KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita haturkan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang Akbar bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini dibuat semaksimal mungkin dan dengan berusaha menghindarkan dari kesalahan dan kekurangan. Karena penulis menyadari, bahwasanya manusia tidak akan pernahluput dari kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikkan penulisan laporan selanjutnya.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhirnya semoga Allah SWT, senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua agar apa yang kita cita-citakan menjadi sukses. Amin-amin ya rabal alamin.
Palu, Desember 2010
Penyusun
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, serta junjungan kami Rasulullah SAW karena atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum dengan lancar dan baik tanpa adanya hambatan.
Dengan adanya pembuatan laporan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dr. Shahabudin, M.si. selaku penyusun petunjuk Praktikum Biologi Umum, serta tak lupa juga kepada para asisten biologi khususnya koordinator praktikum Irzan dan asisten penanggung jawab Dewa Nyoman Oka Diputra, serta asisten-asisten yang lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membimbing dan membantu praktikum dalam menyelesaikan laporan praktikum biologi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan lengkap praktikum biologi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapakan demi kesempurnaan laporan ini.
Palu, Desember 2010
Penyusun
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya panca indra manusia mempunyai keterbatasan sehingga banyak masalah mengenai organisme hanya dapat dipecahkan dengan bantuan alat-alat. Salah satu alat yang paling penting (lazim) digunakan yaitu Mikroskop. Mikroskop berfungsi sebagai alat untuk melihat benda-benda terkecil. Sehingga dengan keberadaan dan bantuan alat inikita dapat mengamati objek dan gerakan sangat halus dan tidak dapat diamati dengan mata telanjang (Mithel, 2000).
Mikroskop yang merupakan alat utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian. Dalam bidang biologi ini terdiri dari beberapa bagian dan fungsi seperti tabungmikroskop yangberfungsi sebagai penghubung antara lensa obyektif dengan lensa okuler, sekrup pengarah kasar (Makrometer), sekrup pengarah halus (Mikrometer), lensa okuler sebagai pembesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif, lensa obyektif berfungsi sebagai pembentukan bayangan pertama, kondesor merupakan alat untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh cermin, diafragma berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke objek, lengan mikroskop berfungsi sebagai tempat untuk memegang mikroskop, revolver merupakan pemutar lensa yang berfungsi untuk meletakkan lensab yang dikehendaki serta kaki mikroskop berfungsi agar mikroskop dapat berdiri tegak (Mithel, 2000).
Istilah sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hook (1667). Pada saat mengamati sayatan gabus dengan bantuan mikroskop ia melihat adanya ruangan-ruangan kecil yang disebutnya sebagai cela yang berarti kamar kecil. Secara singkat sel merupakan kesatuan struktual fungsional dan herediter terkecil. Semua organisme tumbuhan, hewan, dan mikroba terdiri dari jumlah sel dan sekresinya, sel-sel hanya berasal dari yang ada sebelumnya setiap sel memiliki kehidupan sendiri disamping peranan gabungan didalam organisme Multisel. Pernyataan ini sangat sederhana dan wajar bagi mereka yang memiliki latar belakang biologi namun untuk pengembangan konsep untuk dapat diterima memerlukan waktu yang berabad-abad (Subowo,2007).
Pada dasarnya tumbuhan dan hewan adalah makhluk hidup. Tumbuhan merupakan salah satu sumber kehidupan bagi manusia, sehingga para ilmuan tak henti-hentinya mengadakan penelitian guna meningkatkan kualitas dan kuantitas tumbuhan. Hal ini terbukti dengan adanya bagian yang penting pada tumbuhan yang terdiri dari bagian seperti akar, batang, dan daun. Sedangkan hewan merupakan organisme yang mampu bergerak dengan bebas, tetapi pada hewan tingkat rendah hanya mampu menggerakan tubuh dengan cara mengerutkan serabut-serabut dan multiselulernyaa (Chan, 1986).
Konsep hukum mendel dibahas dalam ilmu genetika. Genetika adalah Ilmu yang mempelajari tentangseluk beluk turun menurunnya sifat indu (parental) kepada keturunannya, ilmu ini mempelajari tentang gen dan variasinya, termasuk pendukungnya berupa organel-organel sel lainnya. Tidak semua sifat yang muncul selalu dipertahankan,melainkan selalu mengalami perubahan yang berangsur-angsur atau mendadak (Pratiwi, 1997).
Secara umum transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Dalam proses transpirasi proses kecepatannya berbeda tergantung pada jenis tumbuhan. Transpirasi terjadi karena pada waktu daun menyerap cahaya matahari untuk fotosintesis, hanya sebagian saja tenaga matahari yang diubah menjadi tenaga kimia dan sisanya akan dilepaskan menjadi panas. Transpirasi juga merupakan proses yang sangat membahayakan tumbuhan, karena jika melalui penyerapan akar maka tumbuhan akan kekurangan air melalui batas minimum yang dapat menyebabkan kematian pada tumbuhan tersebut (Lakitan, 1995).
Adapun beberapa faktor –faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain yaitu, faktor internal yang mempengaruhi mekanisme stomata, kelembapan udara disekitar stomata (tanaman), suhu udara, suhu daun tanaman, angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi, angin dapat memacu laju transpirasi jika udara bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering dari udara disekitar tumbuhan tersebut (Dwijoseputra,1986).
Tumbuhan hijau merupakan makhluk hidup yang istimewa. Tumbuhan hijau mendapatkan energi untuk melakukan kegiatan hidupnya dari zat tepung (karbohidrat) yang dibuat sendiri. Peristiwa penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik (air dan karbondioksida) dengan pertolongan energi cahaya matahari yang disebut fotosintesis. Fotosintesis berasal dari kata foton=cahaya dan sintesis=penyusunan. Proses fotosintesis berlangsung didaun yang memiliki klorofil (zat hijau daun). Bagian lain tumbuhan yang tidak berklorofil tidak dapat melakukan fotosintesis. Bagian itu hanya mendapatkan zat makanan dari daun melalui pembuluh floem. Zat makanan itu dialirkan keseluruh tubuh dalam bentuk zat gula dan disimpan sebagai zat makanan dalam bentuk zat tepung. Fotosintesis memerlukan karbondioksida (CO2) dan air. Karbondioksida berasal dari udara yang masuk melalui stomata. Air masuk kedalam tubuh tumbuhan melalui akar. Air merupakan pelarut unsur-unsur penting didalam tanah yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tumbuhan, misalnya akar, batang, daun, dan bunga. Fotosintesis adalah dasar karbondioksida dan hidrogen untuk membentuk senyawa glukosa dan oksigen sebagai hasil akhir. Pada peristiwa fotosintesis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
6CO2+12H2O Cahaya matahari C6H12O6+6O2+6H2O
Klorofil
Engelmen (1982) membuktikan bahwa klorofil merupakan faktor utama dalam fotosintesis dan menyinari ganggang hijau. Banyak faktor yang mempengaruhi Fotosintesis diantaranya adalah, kadar CO2, kadar O2, Air dan Suhu (Soerodikusuma, 1987).
1.2 Tujuan dan kegunaan
1.2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop.
Tujuan dari praktikum Biologi Umum tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop adalah untuk memperkenalkan komponen mikroskop dan cara menggunakannya serta mempelajari cara menyiapkan bahan-bahan yang akan diamati dibawah mikroskop.
Kegunaan praktikum Biologi Umum tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop adalah agar praktikan dapat mengetatrui dan membedakan bermacam-macam jenis sel dan dapat menggunakan mikroskop sesuai aturan yang benar.
1.2.2 Pengamatan Sel
Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengenal bentuk dan struktur sel secara umum dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari berbagai jenis organisme serta mampu memahami sifat semi permeabilitas sel.
Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikam dapat mengetahui dan membandingkan berbagai jenis sel beserta fungsi sel. Juga dapat mengetahui bagaimana proses kerja permeabilitas dan semi pemeabilitas sel
1.2.3 Pengamatan Tumbuhan
Tujuan dari pelaksanaan Praktikum Biologi Umum Pengamatan Tumbuhan adalah agar dapat memahami struktur morfologi, anatomi dan histologi sistem organ pada tumbuhan serta mampu membandingkan struktur morfologi dan anatomi dari akar, batang dan daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil serta berbagai alat reprduksi pada tumbuhan.
Kegunaan dari pelaksanaan Praktikum Biologi Umum PengamatanTumbuhan adalah agar dapat mengetahui struktur tumbuhan dan menbedakan dengan jelas tumbuhan dikotil dan monokotil dengan melihat perbedaan akar, batang dan daun.
1.2.4 Pengamatan Hewan
Tujuan dari Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah agar dapat mengetahui struktur morfologi, anatomi dan histology system organ hewan serta mampu menggambarkan morfologi katak, menjelaskan system pencernaan dan system reproduksi pada katak.
Kegunaan dari Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah agar dapat memberikan gambaran dan pengetahuan tentang bagaimana cara pembedahan katak untuk di amati sistem reproduksinya.
1.2.5 Memahami konsep hukum mendel
Tujuan dari Praktikum Biologi Umum Memahani Konsep Hukum Mendel adalah agar dapat memahami angka-angka perbandingan Hukum Mendel melalui hukum kebetulan.
Kegunaan dari Praktikiim Biologi umum Memahami Konsep Hukum mendel adalah untuk memberikan pemahaman tentang suatu peristiwa sifat yang diturunkan kepada anaknya melalui ilmu genetika.
1.2.6 Pengamatan Transipirasi Tumbuhan
Tujuan dari praktikum biologi tentang pengamatan transpirasi pada tumbuhan adalah untuk mengetahui proses transpirasi pada tumbuahan yang diamati
Kegunaan dari praktikum biologi umum tentang proses transpirasi adalah untuk mengetahui proses transpirasi pada tumbuhan.
1.2.7 Pengamatan Fotosintesis
Tujuan dari Praktikum Biologi Umum tentang Pengarnatan Fotosintesis adalah untuk membuktikan terbentuknya arnilum pada proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau.
Kegunaan dari Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah untuk mengetahui bahwa proses fotosintesis dapat berlangsung dengan tidak ada bantuan sinar matahari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengenalan dan pengunaan mikroskop
2.1.1. Sejarah Mikroskop.
Menurut sejarah, orang yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang bernama mikroskop ini adalah Zacharias Janssen. Janssen sendiri sehari-harinya adalah seorang yang kerjanya membuat kacamata. Dibantu oleh Hans Janssen mereka membuat Mikroskop pertama kali pada tahun 1590. Mikroskop pertama yang dibuat pada saat itu mampu melihat perbesaran objek hingga dari 150 kali dari ukuran asli.
Beberapa tahun kemudian Galileo menyelesaikan pembuatan Mikroskop pada tahun 1609 dan Mikroskop yang dibuatnya diberi nama yang sama dengan penemunya, yaitu Mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut Mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran objek. Hal ini di sebabkan oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Namun Mikroskop ini memiliki kelemahan, yaitu tidak bisa mengamati ukuran dibawah 200 nanometer (Prawirahartono, 1984).
Setelah itu seorang berkebangsaan belanda bernama Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723) terus mengembangkan pembesaran Mikroskopis. Antony Van Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikan ia salah seorang penemu Mikrobiologi. Leewenhoek menggunakan Mikroskopnya yang sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan Mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan menumpuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 Mikroskop yang mampu memperbesar 200-300 kali (Subowo, 1989).
Hingga saat ini, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan telah banyak jenis Mikroskop yang berhasil ditemukan dan tentunya lebih modern. Perbesaran yang dihasilkan pun jauh lebih besar dan ada pula yang dapat dianalisis melalui komputer. Adapun jenis-jenis Mikroskop yang berkembang saat ini adalah Mikroskop Elektron. Mikroskop elektron pertama di desain oleh Knoll dan Ruska di Jerman pada tahun 1932. Pada Mikroskop ini, pancaran elektron digunakan untuk mengungkap objek yang lebih kecil dari 2000 amstrong, di mana objek sekecil ini tidak mungkin dilihat oleh Mikroskop cahaya. Elektron yang dilepas dari filamen metal yang dipanaskan di tempatkan pada ruang hampa di kumpulkan dan di fokuskan pada objek melalui lensa kondenser elektromagnetik. Setelah elektron di lewatkan pada objek, mereka di kumpulkan lagi oleh kumparan elektromagnet yang berfungsi sebagai lensa objektif. Lensa ini menghasilkan citra yang diperbesar dari objek yang diterima oleh lensa elektromagnetik ketiga yang kemudian, berlaku sebagai lensa okuler atau lensa proyeksi. Citra akhir kemudian dapat divisualisasi pada layar fluoresdent atau dapat direkam pada pelat fotografis (Subowo, 1989).
2.1.2. Jenis – jenis Mikroskop.
a. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada ke dua ujung tabung Mikroskop. Lensa okuler pada Mikroskop bias membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler). Pada ujung bawah Mikroskop terdapat dudukan lensa objektif yang biasa di pasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung Mikroskop terdapat meja Mikroskop yang merupakan tempat preparat
Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa Mikroskop yang lain. Pada Mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan oleh suatu cermin datar atau pun cekung yang terdapat di bawah kondensor. Cermin in akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada Mikroskop modern sudah di lengkapai lampu sebagai pengganti cahaya matahari.
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah. Lensa okuler, merupakan lensa Mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfugsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-25 kali. Lensa kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada objek yang akan di fokus, sehinga pengaturannya tepat akan di peroleh daya pisah maksimal, dua benda menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah Mikroskop kurang baik. Mikroskop ini mampu mencapai perbesaran maksimal 1000 kali.
b. Mikroskop Elektron
Adalah sebuah Mikroskop yang mampu melakuakan pembesaran objek sampai dua juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada Mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro magnetik yang lebih pendek dibandingkan Mikroskop cahaya.
Jenis - jenis Mikroskop elektron : a)Mikroskop transmisi elektron (TEM) adalah sebuah Mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide di mana elektron di tembuskan ke dalam objek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar ; b)Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM) adalah merupakan salah satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari Mikroskop transmisi elektron (TEM). Pada sistem STEM ini, elektron menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan memindai objek menggunakan pola pemindaian di mana objek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik (dots)yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh CRT pada televisi dan monitor; c)Mikroskop pemindai elektron, Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang di gunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi; d)Mikroskop pemindai lingkungan elektron (ESEM) Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari SEM, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Environmental SEM (ESEM) yang di kembangkan guna mengatasi objek pengamatan yang tidak memenuhi syarat sebagai objek TEM maupun SEM, Objek yang tidak memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah bahan alami yang ingin diamati secara detil tanpa merusak atau menambah perlakuan yang tidak perlu terhadap objek yang apabila menggunakat alat SEM konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal tersebut bisa terlaksana; e)Mikroskop refleksi elektron (REM) adalah Mikroskop elektron yang memiliki cara kerja yang serupa sebagaimana halnya dengan cara kerja TEM namun sistem ini menggunakan deteksi pantulan elektron pada permukaan objek. Tehnik ini secara khusus digunakan dengan menggabungkannya dengan tehnik Refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection High Energy Electron Diffraction) dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-energy loss spectrum – RHELS).
c. Mikroskop Stereo
Benda yang diamati dengan Mikroskop ini dapat di lihat secara 3 dimensi. Komponen utama Mikroskop stereo hampir sama dengan Mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa objektif. Beberapa perbedaan dengan Mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa Mikroskop stereo jauh lebih tinggi di bandingkan dengan Mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga objek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasannya 3 kali, sehingga perbesaran objek total minimal 30 kali.
Pada bagian bawah Mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa objektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengaturan fokus objek terletak disamping tangkai Mikroskop, sedangkan pengaturan perbesaran terletak diatas pengatur fokos. Mikroskop stereo merupakan jenis Mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo memiliki perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan Mikroskop ini dapat dilihat secara 3 dimensi.
d. Mikroskop Ultraviolet
Suatu variasi dari Mikroskop cahaya biasa adalah Mikroskop ultraviolet. Karena cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya yang dapat dilihat, penggunaan cahaya ultraviolet untuk pecahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali lipat daripada Mikroskop biasa. Karena cahaya ultraviolet tak dapat di lihat oleh mata manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya photografi (Plate). Mikroskop ini menggunakan lensa kuasa, dan Mikroskop ini terlalu rumit serta mahal untuk dalam pekerjaan sehari-hari.
e. Mikroskop Pender (Flourenscence Microscope)
Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau Antigen (seperti bakteri, riketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam teknik ini protein Antibodi yang khas mula-mula di pisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi Antibodi-Antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akan terjadi apabila antigen yang di maksud ada dan di lihat oleh antibodi yang ditandai dengan pewarna pendar.
f. Mikroskop Medan-Gelap
Mikroskop Medan Gelap digunakan untuk mengamati bakteri hidup khususnya bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas daya Mikroskop majemuk. Mikroskop medan-Gelap berbeda dengan Mikroskop cahaya majemuk biasa hanya dalam hal adanya kondensor khusus yang dapat membentuk kerucut hampa bekas cahaya yang dapat di lihat. Bekas cahaya dari kerucut hampa ini di pantulkan dengan sudut yang lebih kecil dari bagian atas gelas preparat (Cromer, 1994).
g. Mikroskop Fase kontras
Cara ideal untuk mengamati benda hidup adalah dalam keadaan alamiahnya : tidak di beri warna dalam keadan hidup, namun pada galibnya fragma benda hidup yang mikroskopik (jaringan hewan atau bakteri) tembus cahaya sehingga pada masing-masing tincram tak akan teramati, kesulitan ini dapat di atasi dengan menggunakan Mikroskop fasekontras. Prinsip alat ini sangat rumit.
Apabila Mikroskop biasa digunakan untuk nukleus sel hidup yang tidak diwarnai dan tidak dapat di lihat, walaupun begitu karena nukleus dalam sel, mengubah sedikit hubungan cahaya yang melalui materi sekitar inti. Hubungan ini tidak dapat ditangkap oleh mata manusia yang di sebut fase. Namun suatu susunan filter dan diafragma pada Mikroskop fase kontras akan mengubah perbedaan fase ini menjadi perbedaan dalam terang yaitu daerah-daerah terang dan bayangan yang dapat di tangkap oleh mata, dengan demikian nukleus dan unsur lain yang sejauh ini tak dapat di lihat menjadi dapat dilihat (Cromer, 1994).
2.1.3. Bagian – bagian dan fungsi komponen Mikroskop
Lensa Okuler
Lensa Mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang di hasilkan oleh lensa objektif berkisar antara 4 hingga 25 kali (Cromer, 1994).
Tabung Mikroskop
Untuk mengatur keadaan fokus terhadap suatu objek, tabung ini dapat di naikkan dan di turunkan sesuai keadaan fokus yang di inginkan (Cromer,1994)
Tombol Pengatur Fokus Kasar
Tombol ini digunakan untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung Mikroskop turun atau naik dengan cepat (Cromer,1994)
Tombol Pengatur Fokus Halus
Tombol ini digunakan untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat, atau untuk mendapatkan fokus yang baik sehingga tabung Mikroskop turun atau naik dengan lambat (Cromer, 1994).
Revolvever
Revolvel digunakan untuk memilih lensa obyektif yang akan di gunakan sesuai kebutuhan objek yang akan di amati (Cromer,1994)
Lensa Objektif
Lensa objektif di gunakan untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan 40x (Cromer, 1994).
Lengan Mikroskop
Lengan Mikroskop di gunakan untuk pegangan saat membawa Mikroskop atau memindahkanya dari tempat yang satu ke tempat yang lain (Cromer, 1994).
Meja Preparat
Meja preparat di gunakan untuk meletakkan objek atau benda yang akan kita amati saat kita melakukan praktikum (Cromer, 1994)
Penjepit Objek Glass
Penjepit objek glass di gunakan untuk menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak bergeser sehinga objek dapat teramati dengan baik (Cromer, 1994)
Kondensor
Merupakan lensa tambahan yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk dalam Mikroskop (Cromer, 1994).
Diafragma
Berupa lubang - lubang yang ukurannya dari kecil sampai selebar lubang pada meja objek. Berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk Mikroskop. (Cromer, 1994)
Reflektor/Cermin
Untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam Mikroskop. Ada 2 jenis cermin, yaitu datar dan cekung. Bila sumber cahaya lemah, misalkan sinar lampu, di gunakan cermin cekung tetapi bila sumber cahaya kuat, misalnya sinar matahari yang menembus ruangan, gunakan cermin datar (Cromer, 1994).
Kaki Mikroskop
Kaki Mikroskop digunakan Untuk menjaga Mikroskop agar dapat berdiri dengan mantap di atas meja (Cromer, 1994).
2.1.4. Sifat lensa pada mikroskop.
Sifat lensa yang dimiliki mikroskop ádalah mampu memperbesar statu objek. Membentuk bayangan yang bersifat maya dan diperbesar. Mikroskop cahaya menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa objektif, kondensor dan okuler. Lensa objektif dan okuler terletak pada ke dua ujung tabung Mikroskop sedangkan penggunaan lensa okuler terletak pada Mikroskop biasa berbentuk lensa tunggal atau ganda. Pada ujung bawah Mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif yang biasa di pasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung Mikroskop terdapat meja Mikroskop yang merupakan tempat preparat (Cromer, 1994)
2.2. Pengamatan Sel
2.2.1. Pengertian Sel
Sel adalah suatu dasar kehidupan yang merupakan suatu satuan terkecil dari suatu mahluk hidup yang merupakan struktur dasar dari mahluk hidup tersebut. (kartasapoetra,1988) .Beberapa tokoh yang mengungkapkan teori tentang sel adalah unit struktural terkecil makhluk hidup (Schleiden & T. Schwann) ; sel adalah unit fungsional terkecil mahluk hidup (Max Schultze) ; sel adalah unit pertumbuhan terkecil mahluk hidup (Rudolf Virchow) ; d)unit hereditas terkecil makhluk hidup (Penemuan akhir abad XIX)
2.2.2. Sel hewan
Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan, tidak mempunyai bentuk yang tetap, tidak mempunyai dinding sel (cell wall), tidak mempunyai vakuola (vacuole), walaupun terkadang sel beberapa hewan uniseluler memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan), yang biasa di miliki hewan adalah vesikel atau [vesicle], mempunyai sentrosom (centrosome), memiliki lisosom (lysosome), nukleus lebih besar daripada vesikel (Prawiranata, 1992).
2.2.3. Sel tumbuhan
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel (cell wall) dari selulosa, mempunyai vakuola (vacuole) atau rongga sel yang besar, tidak Mempunyai sentrosom (centrosome), tidak memiliki lisosom (lysosome), nukleus lebih kecil dari pada vakuola.
2.2.4. Organel – organel sel
Membran Sel
Membran sel adalah bagian dari sel yang membatasi antara isi sel dan lingkungan luarnya. Membran Sel terdiri dari 2 lapisan yang tersusun atas lipoprotein. Mebran Sel juga bersifat semipermeabel yang artinya hanya dapat dimasukki oleh zat- zat tertentu, seperti air (Prawiranata, 1992)
Dinding Sel
Dinding sel hanya di jumpai pada tumbuhan. Dinding sel terletak diluar membran plasma bersifat kaku, dan tersusun atas polisakarida. Semula dinding sel dianggap sebagai sebuah struktur yang inert yang memberikan perlindungan dan penunjang pada sitoplasma yang berada di dalam dan inti sel (Prawiranata, 1992)
Sitoplasma (plasma sel)
Sitoplasma merupakan benda hidup yang terdpat di dalam sel, berbentuk cairan yang agak kental. Sitoplasma atau plasma sel adalah cairan yang berada dalam sel. Penyusun sitoplasma terdiri atas 90% cairan dan sekitar 0% padatan. Sitoplasma terdiri dari 3 lapisan yaitu : 1. lapisan aktoplasma meupakan lapisan paling luar dan berbatasan dengan dinding sel. 2. lapisan tonoplas lapisan plasma yang terletak agak dalam yang berbatasan dengan vakuola. 3. lapisan polioplasma lapisan yang terdapat diantara aktoplasma dan tonoplas, tampak butiran butiran kecil sehingga warnanya keruh (kartasapoetra,1988)
Inti Sel (Nukleus)
Inti Sel adalah bagian yang mengatur seluruh kegiatan sel. Inti sel terdiri dari, selaput inti (Karioteka), Nukleoplasma (Kariolimfa), Kromatin atau Kromosom, Nukleolus(anak inti). Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 yaitu, Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik (Kartasapoetra,1988)
Plastida
Plastida merupakan benda benda yang mempunyai organisasi khusus biasa berbentuk speris, oval atau berbentuk pita. Dikenal dua jenis plastida yaitu Lekoplas, Kloroplas. Pada kloroplas terdapat dua jenis zat yaitu: khlorofil dan karetenoid (Kartasapoetra,1988)
Badan Golgi
Pada tahun 1900 ahli sitologi Camillo golgi mengamati dan menggambar sebuah unit subselular yang terdiri dari sebuah jalinan benang. Peneliti lain juga banyak struktur yang sama dalam sel, dari banyak jaringan binatang dan menamakanya badan golgi. Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat di lihat dengan menggunakan Mikroskop cahaya biasa (Prawiranata, 1992)
Mitokondria
Ferey wissling berpendapat bahwa di dalam sitoplasma selain terdapat mitrosoma terdapat pula mitrokondria yang merupakan benda – benda yang hidup yang berupa butiran atau bagian benang yang halus. Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung (Kartasaputra, 1998)
Ribosom
Ribosom adalah partikel partikel RNA padat yang ukuranya sangat kecil. Struktur ini hanya dapat di lihat dengan Mikroskop elektron.
Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan.
Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma adalah organel yang memiliki struktur menyerupai kantung berlapis-lapis. Retikulum endoplasma merupakan organel yang dapat di temukan di seluruh sel hewan eukariotik.(Gabriel, 1988)
2.3. Pengamatan tumbuhan
2.3.1. Tumbuhan monokotil
Tumbuhan Monokotil adalah tumbuhan yang memiliki keping biji satu. Anggota tumbuhan yang termasuk klas Monocotyledoneae mencakup tumbuhan yang memiliki habitat herba, semak, perdu, atau pohon. Pada tumbuhan monokotil akar lembaga tidak tumbuh terus sehingga terjadi pertumbuhan akar serabut yang menyusun sistem akarnya. Batang dari pangkal ke ujung hampir sama besar dan tidak bercabang. Bulu - bulu dan ruas batang tampak jelas (Siti,1983).
Tumbuhan monokotil dikelompokan menjadi 5 suku yaitu suku Rumut - rumputan (Graminae), suku Pinang - pinangan (Palmae), suku Pisang -pisangan (Musaceae), suku Anggrek-angrekan (Orchidaceae), suku Jahe-jahean (Zingiberaceae) .(Siti,1983)
Ciri – ciri tumbuhan monokoti ; a)Tulang daun umumnya sejajar ; b) Batang tak berkambium ; c) Akar serabut ; d) Bagian-bagian bunga kelipatan 3 (Siti,1983)
2.3.2. Tumbuhan dikotil
Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan yang memiliki dua buah keping biji. Pada tumbuhan dikotil akar lembaga terus tumbuh dan membentuk akar tunggang. Akar tunggang akan memiliki cabang yang membentuk akar serabut, akar serabut ini berfungsi memperluas wilayah penyerapan unsur hara (Siti,1983)
Tumbuhan dikotil dikelaompokan menjadi 5 suku yaitu suku Jarak-jarakan (Euphorbiaceae), suku Polong-polongan (Leguminoceae), suku Terung-terungan (Solanaceae), suku Jambu-jambuan (Myrtaceae),suku Komposite (Compositae) (Siti,1983)
Ciri – ciri tumbuhan dikotil ; a)tulang daun beranekaragam ; b)batang berkambium ; c)akar tunggang ; d)bagian-bagian bunga kelipatan 2,4, atau 5 (Siti, 1983).
2.3.3. Organ – organ tumbuhan
Daun (folium)
Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umunya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Bagian batang tempat melekatnya daun di namakan buku – buku ( nodus) batang dan tepat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun disebut ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar kaya akan suatu zat warna hijau yang disebut klorofil. (Tjitrosoepomo,1989)
Daun lengkap memiliki bagian bagian seperti, pelepah daun (vagina), tangkai daun (patiolus), dan helai daun (lamina). Daun memiliki fungsi seperti, pengambilan zat – zat makanan (resorbsi) terutama yang berupa gas, pengolahan zat – zat makanan (asimilasi),pengupan air (transpirasi), dan pernafasan (repirasi) (Tjitrosoepomo,1989).
Batang (CAULIS)
Batang merupakan bagian tumbuhan yang penting dan mengingat tempat serta duduknya batang bagi tumbuh - tumbuhan ,maka batang dapat disamakan dengan sumbu tumbuh tumbuhan (Tjitrosoepomo,1989).
Pada umunya batang memilikisifar sifat sebagai berikut ; a)Umunya berbentuk panjang bulat seperti silinder ; b)Terdiri atas ruas ruas yang masing masing dibatasi atas buku buku; c)Tumbuhnya umumnya keatas atau mengikiti cahaya matahari; d)Selalu brtambah panjang di ujung; e)ada yang mengalami percabangan dan ada juga tidak (Tjitrosoepomo,1989).
Batang memiliki tugas untuk , mendukung bagian – bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, dengan percabangan memperluas daerah asimilasi, jalan pengangkut air dan zat – zat makanan dari bawah keatas,menjadi tempat penimbunan zat makanan (Tjitrosoepomo,1989).
Akar ( RADIX)
Akar adalah bagian pokok tumbuhan yang penting dan letaknya pada bagian bawah tanaman. (Tjitrosoepomo,1989) Akar biasanya mempunyai sifat – sifat sebagai berikut; a)Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasa terdapat didalam tanahdengan arah kepusat bumi (geotrop) atau menuju ke air(hidrotrop); b)Tidak berbuku buku; c)Warnanya tidak hijau biasanya keputih putihan atua kekuninn kuningan; d)Terus tumbuh pada ujung; d)Bentuknya seringkali meruncing sehingga mudah menembus tanah (Tjitrosoepomo,1989).
Akar mmemiliki fungís sebagai, memperkuat persediaan makanan. Menyerap air dan zat zat makanan yang terlarut didalam air. Mengangkut zazt makanan tadi ketempat yang membutuhkan. Kadang kadang sebagai tempat menimbun makanan (Tjitrosoepomo,1989).
Pada umunya akar dibeda bedakan menurut bagian bagian berikut ; a)Pangkal akar(collom) dalah bagian akar yang bersambung dengan batang; b)Ujung akar(apex radicis) adalah bagaian akar yang paling muda; c)Batang akar(corpus radicis) bagian akar yang terletak antara leher dan bagian ujung; d)Cabang cabang akar(radix leteralis) adalah bagian akar yang tidak langsung tersambung dengan pangkal batang; e)Serabut akar (fibrilla radicalis)cabang cabang akar yang halua halus berbentuk serabut; d)Bulu bulu akar (pilus radicalis bagian akar yang merupakan penonjolansel sel kulit luar pada akar; f)tundung akar (calyptra) adalah bagian akar yang paling ujung yang berfunsi melinduni bagian ujung akar yang lemah (Siti,1983).
Bunga(Flos)
Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya telah dihasikan suatu alatyang nanti dapat utmbuh menjadi tumbuhan baru. Alat yang dimaksut dinamakan alat perkembang biakan yang biasa digolongkan menjadi dua golongan, yang bersifat fegetatif dangeneretif (Tjitrosoepomo,1989).
Alat pertumbuhan generatif berbeda beda pada setiap tumbuhan. Sedangkan pada tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazim merupakan bagian yang dikenal dengan bunga. Oleh karna itu suatu tumbuhan berbiji jika tiba waktunya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagiaan bagian setelah terjadi peris tiwa penyerbukan dan pembuahan akan menghasilkan bagian ntumbuhan yang kita sebut biji (Tjitrosoepomo,1989).
Bagian bagian dari bunga; a)Tangkai bunga(Pedicellus) adalah bagian bunga yang masih jekas bersifat batang, padanya masih sering ditemukan daun daun peralihan; b)Dasar bunga(Receptaculum) adalah ujung tangkai yang sering sekali melebar, dengan ruas ruas yang sangat pendek, sehinga daun yang telah mengalami metemorfosis menjadi bagian bagian bunga yang duduk amat rapat; c)Hiasan bunga ( Perianthium) adalahbagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang tampak berupa lembaran dengan tulang dauan atau urat urat daun masih jelas terlihat. Hiasan buma terdiri atas dua yaitu kelopak dan tajuk bunga tau mahkota; d)Alat kelamin dalah alat yang membuat bung adapat menghasilkan biji. Alat kelami dibagi manjadi dua yaitu alat kelamin jantan (androecium) dan alat kelamin betina (Gynaecium) (Siti,1983).
Melihat kelengkapan yang terdapat pada bunga maka bunga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :bunga lengkap dan bunga tidak lengkap (Tjitrosoepomo,1989).
Bunga lengkap adalah bunga yang memiliki seluruh kelengkapan bunga. Kelengkapan bunga itu adalah hiasan bunga, dan alat kelamin. Contoh bunga sempurna bunga kembang sepatu. Bunga tidak lengkap dalah bunga yang salah satu atau lebih tidak memiliki hiasan bunga atau alat kelamin . contoh buna tidak sempurna adalah bunga rambutan (Tjitrosoepomo,1989).
Berdasrkan kepemilikan elat kelamin jatan dan betina bunga dibedakan menjadi bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna adalah bunga – bunga yang memiliki dua alat kelamin dalam satu bunga . cotohnya adalah bunga Kembang sepatu. Bunga tidak sempurna adalah bunga yang tidak memiliki salah satu alat kelamin atau bahkan tidak memiliki alat kelamin. Contohnya bunga pinggir ( bunga pita) (Tjitrosoepomo,1989).
2.4.4. Reproduksi tumbuhan.
Reproduksi vegetatif
Reproduksi vegetatif adalah perkembang biakan tumbuhan yang dilakukan tampa terjadinya pekawinanan. Reproduksi vegetatif terbagi menjadi reproduksi vegetatif alami dan reproduksi vegetatif buatan. Reproduksi vegetatif alami adalah perkembang biakan tumbuhan yang terjadi tampa ada campur tangan dari manusia. Sedangkan reproduksi vegetatif buatan adalah perkembang biakan tumbuhan tanpa kawin yang melalui bantuan manusia (Siti,1983).
Contoh Reproduksi vegetatif alami antara lain ;a) Tunas adventif adalah tunas yang timbul pada akar atau daun tumbuhan yang kemudian menjadi tumbuhan baru ; b)Rizoma adalah batang yang tumbuh secara horizontal di dalam tanah ; c) Gragih adalah batang yang berbuku dan tumbuh di permukaan tanah ; d)Umbi lapis adalah pelepah daun yang tersusun pada batang dengan ruas –ruas yang rapat yang menyimpan cadangan makanan dan pada setiap lapisan terdapat calon tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru ;e) Umbi akar adalah akar yang menggabung dan bayak terdapat cadangan makanan dan memiliki pangkal batang yang bertunas.
Cara reproduksi fegetatif buatan antara lain ; a)Mencangkok adalah metode perbanyakan tanaman dengan cara merangsang perakaran pada cabang tanaman pohon sehingga bisa menjadi tumbuhan baru ; b)Stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan akar dari pucuk atau potongan batang sehingga menjadi tanaman baru ; c)Menyambung merupakan perbanyakana tanaman dengan cara menyambung pucuk dari tanaman induk ketanaman lain ; d)Okulasi adalah mengabungkan bagian tumbuh dari dua tanaman sejenis yang berbeda sifat ; e)Merunduk merupakan perbanyakan dengan cara membengkokan tanaman atau ranting ke tanah (Siti,1983).
Reproduksi generatif
Bunga merupakan organ yang nantinya akan menjadi buah dan didalam buah akan terdapat biji ,dan didalam biji inilah terdapat calon tumbuhan yang disebut lembaga (Tjitrosoepomo,1989).
Bunga yang telah siap untuk melakukan atau mengalami peristiwa penyerbukan, kepala sarinya pecah atau membuka dan kelurlah serbuk sari. Serbuk sari yang sampai kepada kepala putik yang cocok dan terjadilah penyerbukan. Setelah itu serbuk sari akan berkecambah, terjadi buluh serbuk sari yang akan tumbuh menuju bakal biji.selama pertumbuhan ini inti serbuk sari membelah menjadi dua yaitu inti vegetatif dan inti generatif lalu membelah lagi menjadi inti sperma.setelah sampai pada liang bakal buah inti vegetatif lenyap (Tjitrosoepomo,1989).
Kemudian sperma dapat menuju ke kantung lembaga, sperma itu dalam kantung lembaga membelah tiga kali secara berturut – turut sehingga terdapat 8 inti dari 8 inti ini 3 menuju ke tempat yang berhadapan dengan liang bakal biji, tiga lainya menuju kantung lembaga, dua lagi menuju tengah kantung lembaga.dari dua serbuk sari tadi yang satunnya kawin dengan sel telur hasil perkawinan inilah yang akan menjadi lembaga dan peristiwa ini disebut pembuahan. Sedangkan inti – inti generatif yang kedua akan kawin dengan inti lembaga sekunder yang nantinya akan membentuk jaringan tempat penyimpanan makanan untuk lembaga. Dan inilah yang dinamakan pembuahan ganda (Siti,1983).
Jika persarian yang diikuti pembuahan berhasil biasanya bakal buah akan tumbuh menjadi buah sedangkan bakal biji akan tumbuh menjadi biji. Kemudian bagiaan – bagian bunga lain akan layu dan gugur (Siti,1983).
2.4. Pengamatan hewan
2.4.1. Klasifikasi katak (Taksonomi anpibi)
Sistem klasifikasi pada katak Hijau (Rana cancrivora) sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora (Soepomo, 1976).
2.4.2. Hewan berdarah dingin.
Hewan berdarah dingin (Poikiloterm) adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu tempat) bila suhu lingkungan rendah (Soepomo, 1976).
Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut (Soepomo, 1976).
2.4.3. Hewan berdarah panas.
Hewan homoiterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh hewan ini relatif konstan, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya. Hal ini karena darah bersih dan darah kotor pada hewan ini sudah tidak bercampur lagi karena katup pada jantungnya sudah sempurna
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang di pengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi di bandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan (Soepomo, 1976)
2.4.4. Sistem pencernaan hewan.
Menurut Tjitrosoeputro (1987), dalam melakukan pencernaan amphibi mempunyai alat-alat seperti, mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan yang berakhir pada kloaka. Pencernaan pada katak yang meliputi, esofagus, kemudian lambung, pancreas, dan kemudian menuju usus halus, duodenum (usus 12 jari), dan selanjutnya usus besar, limpa kloaka dan yang terakhir pada kantong kemih (Taryono, 1995).
Pada hewan amphibi, kloaka mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai alat pengeluaran (sekresi), sebagai alat reproduksi (seksual), dan juga sebagai pengeluaran urine. Sehingga tidak dapat dikatakan sebagai anus seperti halnya pada manusia. Olehnya itu alat pengeluarannya disebut kloaka sebab mempunyai banyak fungsi (Soepomo, 1976).
2.4.5. Sistem reproduksi hewan.
Sistem Reproduksi Katak Jantan
Pada mammalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil seperti cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedang pada bangsa unggas misalnya : bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka (Tenzer,2003).
Sistem Reproduksi pada Katak Betina
Pada katak betina terdapat sepasang ovarium yang berfungsi sebagai tempat pembuahan dan penghasil ovari. Dalam melakukan reproduksi katak melakukan pembuahan diluar tubuh, sehingga bila ingin bertelur, katak tersebut menuju dalam air dan bertelur (Soepomo, 1976)
2.5. Memahami konsep hokum Mendel.
2.5.1. Hukum Mendel.
Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu; tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan (Wildan, 1991)
Dari hasil percobaanya, Mendel menyusun hipotesis. Hipotesis tersebut untuk menjelasakan peristiwa persilangan. Hipotesis yang dikemukakan oleh Mendel adalah sebagai berikut.
Setiap sifat organisme dikendalikan oleh sepasang factor keturunan yang sekarang disebut gen. Satu dari induk jantan dan satu dari induk betina.
a. Setiap pasang factor keturunan menunjukan bentuk alternative sesamanya, misalnya tinggi atau pendek, bulat atau keriput, asam atau manis. Kedua bentuk alternative itu disebut alel.
b. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama, factor dominant akan menutup factor resesif.
c. Pada saat pembentukan sel kelamin, pasangan factor ketureunan memisah. Setiap gamet akan menerima salah satu fajtor dari pasangan itu. Pada proses pembuahan factor-faktor itu akan berpasangt-pasangan secara acak.
d. Individu galur murni memiliki dua alel yang sama, alal dominant disimbolakan dengan huruf besar, sedangakan alel resesif disimbolkan dengan huruf kecil. Misalnya, TT untuk pasangan alel tinggi domonan dan tt untuk pendek resesif.
Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Yang kemudian menjadi Hukum mendel I dan hukum mendel II.
Hukum mendel I
Hukum mendel I menyatakan bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari) dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut plasma pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciri-ciri yang akan muncul pada keturunan. Atau yang disebut dengan Hukum segregasi atau hokum pemisahan alel-alel dari sati gen yang berpasangan. Dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan – pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan denagn satu sifat benda (monohybrid.
Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk "jenis murni" dengan ciri dominan memunyai sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada keturunannya. Induk "jenis murni" dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh karenanya, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan tumbuhan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan dengan ciri terpendam.
Hukum mendel II
Hukum II Mendel (hukum pengelompokan gen secara bebas atau asortasi). Dalam peristiwa pembentukan gamet , alel membutuhkan kombinasi secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam keturunanya beranmeka ragam. Hukum ini berlaku dengan persilangan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih.
Penelitian Mendel dengan dua ciri sekaligus, yakni bentuk benih (bundar atau keriput) dan warna benih (kuning atau hijau). Dia menyilang tumbuhan yang selalu menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam tidak muncul dalam keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama memunyai benih kuning bundar. Namun, tumbuhan generasi kedua mempunyai empat macam benih yang berbeda, yakni bundar dan kuning, bundar dan hijau, keriput dan kuning, dan keriput dan hijau. Keempat macam ini dibagi dalam perbandingan 9:3:3:1. Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Perbandingan yang sama muncul lagi. Perbandingan 9:3:3:1 menunjukkan bahwa kedua ciri tidak saling tergantung, sebab perbandingan 3:1 untuk satu ciri bertahan dalam setiap subkelompok ciri yang lain, dan sebaliknya. Hasil ini disebut Hukum Mendel Kedua -- Hukum Ragam Bebas (Wildan, 1991)
2.5.2. Sifat Dominan dan Resesif.
Sifat Dominan
Dalam pewarisan keturunan gen, atau Informasi genetik selalu ada dan mewariskan ciri tertentu tertentu yang tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Gen yang lebih kuat ini disebut gen dominan.
Gen dominan adalah gen yang lebih menentukan sifat suatu organisme atau biasa disebut sifat yang lebih kuat sehingga muncul pada tampilan luarnya atau Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan sifat pasanganya serta gen yang memperlihatkan bentuknya secara utuh tanpa dipengaruhi oleh modifikasi alelnya.
Sifat resesif
Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi kemudian, bila ciri dominan tidak ada, ciri terpendam itu akan muncul lagi ( gen resesif).
Gen resesif adalah gen yang dikalahkan,kurang berpengaruh atau tertutupi dalam penentuan tampilan luar, serta sifat yang tidak muncul (teresembunyi) pada keturunanya Karena dikalahkan oleh sifat pasanganya (Triastono, 2002).
2.5.3. Sifat intermedit
Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya disebut sifat resesif.
Misalnya bunga mawar merah disilangkan dengan bunga mawar putih, dan menghasilkan keturunan bunga mawar merah. Induk/ Parental: Bunga mawar merah > < Bunga mawar putih Keturunan/ Filial: Bunga mawar merah Warna merah bersifat dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif (alel warna merah dominan terhadap alel warna putih). Warna merah yang bersifat dominan dibandingkan dengan warna putih, maka menyebabkan semua bunga mawar pada keturunan pertama atau filial ke-1 (F1) akan berwarna merah. Apabila dalam suatu persilangan, sifat yang muncul merupakan campuran dari kedua induknya,maka sifat tersebut disebut sifat intermediet (dominan parsial). Misalnya persilangan antara ikan Koi warna merah dan ikan Koi warna putih menghasilkan Filial 1 yang semuanya ikan Koi berwarna merah muda. Warna merah muda tersebut merupakan sifat intermediet. Induk/ Parental: Ikan Koi merah > < Ikan Koi putih Keturunan/ Filial 1: Ikan Koi merah muda (Soekardi,1993). 2.6. Pengamatan traspirasi. 2.6.1. Pengertian traspirasi. Transpirasi itu suatu suatu akibat yang tidak dapat dielakan. Luasnya permukaan daun mengakibatkan suatu kondisi yang menyebapkan penguapan mesti terjadi. Pada tanaman transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang membawa garam garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat dalam hubungan pengunaan sinar matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagian dari sinar matahari yang memancar digunakan utuk penguapan. Hal ini juga mempengaruhi bertambah cepatnya laju transpirasi (Dwijoseputro,1980). Laju transpirasi ialah laju kehilangan air dari tumbuhan yang dihitung dalam satuan waktu. Laju hilangnya air dalam tumbuhan sangat beragam dipengaruhi siang hari, musim, struktur daun dan beberapa faktor lingkungan yang lain.laju kehilangn air pad abeberapa tumbuhan bunga pada tengah hari rata rata sekitar 1,25 gram air per 100 cm persegi luasa daun setiap jam. Batang tanaman jagung bisa mentraspirasi lebih dari setengah liter air sehari dan satu acre tanaman jagung akan mentranspirasi lebih dari 300.000 selama masa tubuhnya. Hal tersebut menunjukan bahwa adanya perbedaan kecepatan taranspirasi pada tumbuhan. Yang mempengaruhi Laju transpirasi dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam (Siti,1983). 2.6.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju transpirasi. • Faktor luar (lingkungan) Faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi laju transpirasi ialah suhu, kelembaban udara, cahaya, angin dan kelembaban udara (Siti,1983). a. kelembaban udara . Bila daun mempunyai kandungan air yang cukupdan stomata terbuka maka laju traspirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air didalam rongga ronga antar sel daun dengan konsentrasi molekul uap air udara disekitar daun. semakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi semakin lambat. Pada saat udara lembab transpirasi akan terganggu, sehingga tumbuhan akan melakukan gutasi (Siti,1983). b. Suhu Suhu daun yang terlindung dari sinar matahari langsung kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 10 – 20 derajat farenheit daripada suhu udara. Kenaikan suhu cenderung untuk meningkatkan penguapan air pada tumbuhan dimana semakin tinggi suhu maka transpirasi semakin cepat (Siti,1983). c. Intensitas cahaya Sehelai daun yang terkena cahaya matahari langsung akan mengabsorsi energi radiasi. Hanya sebagian kecil saja dari energi itu yang digunakan untuk fotosntesis , selebihnya diubah menjadi energi panas. Sebagian dari energi panas itu dilepas pada lingkungan dan sebagian lagi meninkatkan suhu daun nlebih tingi dari suhu udara di sekitar daunhal ini mengakibatkan laju traspirasi bertambah cepat. Cahaya juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yang berakibat turut andil mempercepat traspirasi (Siti,1983). d. Angin Angin memiliki pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap transpirasi.angin yang bergerak melalui permukaan daun akan menyapu setiap lapisan uap air yang terkumpul dekat permukaan daun sebagai akibat transpirasi. Dengan demikian angin mempengaruhi kelembaban udara yang ada disekitar daun sehinga menurunkan uap yang kembali kedalam daun akan tetapi jika daun terkena cahya matahari langsung daun tersebut akan meningkat suhunya. Dalam keadaan tersebut, angin akan mendinginkan daun yang dipanasi dengan pengaliran molekul udara yang mengenainya (Siti,1983). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung meningkatkan laju transpirasi baik terkena sinar matahari maupun didalam naungan melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, dibawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, mempengaruhi penurunan laju transpirasi, yang cenderung lebih penting terhadap pengaruhnya dalam pengeringan uap(Siti,1983). e. Kandungan air tanah Transpirasi dapat dipengaruhi oleh Kandungan air tanah dan laju absorsi air dari akar. Pada siang hari, air ditranspirasi dengan laju lebih cepat dari pada penyerapan air tanah. Kejadian tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pengaruh defisit air dalam daun akan menurunkan laju transpirasi (Siti,1983). • Faktor dalam. Faktor dalam terpenting yang mempengaruhi laju transpirasi ialah luas daun, tebal tipisnya daun, adanya lapisan lilin,dan jumlah stomta (Anonim, 2007) . a. Luas daun b. Luas permukaan daun mempengaruhi transpirasi karena sebagian besar penguapan air terjadi di daun semakin lebat atau semakin banyak daun yang dimiliki tumbuhan akan memperluas permuaan daun yang dimiliki tanaman, hal ini mengakibatkan penguapan lebih cepat terjadi (Anonimous, 2007). c. Tebal tipisnya daun Transpirasi dapat dipengaruhi oleh ketebalan daun, semakin tebal daun semakin sulit penguapan terjadi didaun. Ini karena daun yang tebal akan menyulitkan kenaikan suhu daun yang mengakibatkan berkurangnya kecepatan transpirasi (Anonimous, 2007). d. Adanya lapisan lilin Pada tumbuhan yang tinggal di daerah panas umunya memiliki lapisan lilin yang melindungi tumbuhan. Lapisan ini seperti yang dimiliki kaktus berfungsi mencegah kehilangan air dari proses penguapan (Anonimous, 2007). e. Jumlah stomata Stomata mempengaruhi kehilangan air karna transpirasi. Semakin banyak stomata pada daun laju transpirasi cenderung tinggi. Tetapi pada batasan tertentu atau saat daun kehilangan air yang cukup besar stomata akan menutup dan mengurangi laju transpirasi (Anonimous, 2007) . 2.7. Pengamatan fotosintesis 2.7.1. Pengertian Fotosintesis Salah satu sifat fisiologis yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan, ialah kemampuan menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organic serta diasimilasikan didalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada cahaya, dan proses asimilasi zat karbón dimana zat – zat anorganik H2O da CO2 oleh klorofil diubah menjadi zat organik dengan pertolongan sinar matahari (Dwijoseputro,1980) . Jadi fotosintesis adalah proses pembentukan bahan makanan (glukosa) dengan bantuan sinar matahari yang berbahan baku karbon dioksida dan air. Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan ganggang hijau yang bersifat autotrof. Artinya, keduanya mampu menangkap energi matahari untuk menyintesis molekul-molekul organik kaya energi dari prekursor anorganik H2O dan CO2 (Siti,1983) . Proses fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastida yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang mengandung kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman, yaitu sel-sel jaringan tiang (palisade) dan sel-sel jaringan bunga karang (spons). Klorofil dapat di bedakan menjadi. (Dwijoseputro,1980) . Klorofil a merupakan pigmen hijau rumput (grass green pigment) yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan. Klorofil a ini sangat berperan dalam reaksi gelap fotosintesis yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya, Klorofil b merupakan pigmen hijau kebiruan yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Klorofil b banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang hijau, dan beberapa bakteri autotrof. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). • Reaksi terang Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foto oleh pigmen sebagai antena.Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan di pantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi (Triasmono,1996). Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat (Triasmono,1996) . Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen (Dwijoseputro,1980). Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH Reaksi gelap (Dwijoseputro,1980). ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya) (Dwijoseputro,1980). 2.7.2. Percobaan Sachs. Gustav Julius von Sachs adalah seorang ahli botani Jerman bernama Julius von Sachs Pada tahun 1860, berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum (zat tepung). Adanya zat tepung ini dapat dibuktikan dengan uji yodium, amilum dan yodium memberikan warna hitam. Amilum hanya terdapat pada bagian – bagian daun yang hijau dan terkena sinar matahari sebaliknya bagian – bagian daun yang tertutup sepanjang hari tidak mengandung amilum. sehingga percobaan Sachs ini juga disebut uji yodium (Dwijoseputro,1980). Dari hal tersebut Sachs, membuktikan bahwa fotosintesis; a)Memerlukan cahaya; b)Memerlukan klorofil (tumbuhan hijau); c)Menghasilkan amilum yang diuji dengan larutan iodium. 2.7.3. Larutan indicator Larutan indicator biasa digunakan dalam percobaan Sachs. Larutan ini juga biasa digunakan dalam pengamatan proses terjadinya fotisintesis yang berguna untuk mengetahui perubahan warna dari daun setelah mendapatkan perlakuan (Amien, 1997). III METODE PRAKTEK. 3.1 Pengenalan dan penggunakan mikroskop. 3.1.1 Tempat dan Waktu Praktek Biologi Umum tentang Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop dilakukan pada hari Jumat tanggal 29 Oktober 2010 mulai pukul 14.00 - selesai WITA di Laboratorium Unggas dan Ternak Universitas Tadulako Palu. 3.1.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah mikroskop, gelas objek, cutter, kaca preparat dan pipet tetes. Bahan-bahan yang digunakan adalah potongan kertas yang bertulis huruf "d" berukuran kecil dan butir-butir pati kentang. 3.1.3 Cara Kerja Mikroskop berguna untuk melakukan sesuatu sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan, lalu preparat basah disiapkan dengan ditetesi medium air dan usahakan tidak ada gelembung udara diatas objek. Kemudian preparat yang sudah disediakan diamati dibawah mikroskop. Terakhir besarnya objek diatur sehingga mendapatkan bayangan sejelas mungkin.Potongan huruf "d" yang telah dibuat sekecil mungkin dan ditetakkan pada gelas objek, lalu ditutup dengan gelas penutup.langkah kedua bentuk bayangan yang diambil dibandingkan dengan bentuk objek yang diamati dengan cara digambar. Preparat di geser ke kiri dan ke kanan sambil lensa okuler di pasang, lalu lensa objektif diputar sehingga objektif kuat berada di bawah okuler. Dengan penggantian objektif lemah ke objek kuat, diamati terjadi tidaknya bidang pandang lalu diamati pula perubahan kedudukan bayangan jika terjadi penggantian objektif. Mengamati tentang kentang ditalakukankan dengan cara kentang dikerik hingga cairannya keluar. Cairan tersebut diteteskan pada gelas objek namun diusahakan tidak ada gelembung udara diatas objek. Caranya yaitu gelas penutup dipegang pada posisi 450 terhadap gelas objek, sentuhlah tepi bawahnya pada perrrukaan tetesan air dan perlahan-latranre bahkan sehingga gelas penutup terletak diatas gelas objek. Jika masih ada gelembung udara di ulangi lagi sampai berhasil dan diafragma mikroskop diatur agar butir pati kelihatan kontras terhadap air disekelilingnya dan digambar di buku garnbar yang telah disediakan. 3.2 Pengamatan Sel 3.2.1 Tempat dan Waktu Praktikum Biologi mengenai pengamatan sel dilaksanakan di Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Pada hari Jumat, 05 November 2010, mulai pukul 14.00 – Selesai. 3.2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, kaca obyek, kaca penutup, pipet tetes, cutter, pinset, tusuk gigi, jarum pentul Bahan yang digunakan pada saat praktikum ini adalah telur, sirup, Ephitalium mucosa, umbi lapis bawang merah (Allium ascalonicum), Empelur batang ubi kayu (Manihot esculenta), cuka, metilan blue, dan air jerami. 3.2.3 Cara Kerja Untuk pengamatan struktur sel lapisan bawang merah dipotong dan lapisan siung yang berdaging diambil. Dengan menggunakan pinset, epidermis yang tipis diambil secara perlahan-lahan. Potong kecil epidermis itu diletakkan diatas gelas obyek dan ditutup dengan gelas penutup dibawah mikroskop epidermis itu diamati dengan pembesaran 10x dan gambar bentuk selnya. Pada pengamatan empulur batang ubi kayu, pertama-tama praktikan menyediakan empulur ubi kayu yang telah diiris sekecil mungkin. Lalu diletakan pada gelas objek. Kemudian beri1 atau 2 tetes aquades dan tutup dengan gelas penutup kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x dan digambar hasil pengamatan pada buku gambar. Pengamatan ephitelium rongga mulut, pertarna-tama epitel yang terdapat dibagian dalam dinding pipi dikeruk dengan menggunakan ujung tusuk gigi.Kemudian diletakkan pada gelas objek dan diteteskan I atau 2 aquades kemudian diamati dibawah milroskop dengan pembesaran 10x dan stnrktur sel yang terlihat digambar di buku gambar. Pada pengamatan permeabilitas membran sel, pertama-tama menyediakan telur, cuka sirup, pita ukur dan toples beserta penutupnya. Selanjutnya telur yang akan diamati dan diukur diameternya juga diperhatikan bentuknya.Lalu telur yang telah diamati dimasukkan ke dalam toples yang berisi air cuka sampai telurnya melayang. Kemudian selanjutnya biarkn selama 72 jam dengan interval 24 jam harus diukur kembali diameter dan bentuk telurnya. Setelah selesai, ganti larutan cuka dengan larutan sirup dan ulang proses yang sama seperti larutan cuka. 3.3 pengamatan tumbuhan 3.3.1 Tempat dan Waktu Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium tehnologi benih Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, pada hari Jumat tanggal 12 November 2010 mulai pukul 14.00 sampai selesai. 3.3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah mikroskop, gelas objek dan gelas penutup. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Tumbuhan adalah bunga kembang sepatu (hibiscus rosa chinensis) bunga kamboja (Plumeria acuminata), mangga (Mangifera indica), jagung (zea mays) kecambah kacang hijau (Phoseolus radlatus) dan stek ubi kayu (Manihot esculenta). 3.3.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Tumbuhan adalah mengambil masing-masing satu jenis tumbuhan yang mewakili tumbuhan dikotil dan monokotil yaitu bibit mangga dan jagung. Kemudian mengamati morfologi akar, batang dan daun pada tumbuhan tersebut, selanjutnya menggambarkan ketiga organ tersebut pada buku gambar. Pada pengamatan perkecambahan dimulai dengan mengambil kacang hijau yang telah menjadi kecambah. Kemudian mengamati bagian-bagian kecambah tersebut dan menggambarnya pada buku gambar. Selanjutnya mengambil stek batang ubi kayu dan mengamati bagian-bagiannya kemudian menggambarnya pada buku gambar. Pada pengamatan alat reproduksi tumbuhan, mengambil bunga yaitu bunga kembang sepatu bunga kamboja dan bunga mawar, kemudian mengamati bagian-bagian bunga tersebut beserta dengan alat reproduksinya dan menggambarnya pada buku gambar. Selanjuhya memotong bagian bakal buahnya secara membujur dan mengamatinya dengan menggunakan kaca pembesar (Lup) serta menggambarnya pada buku gambar. Setelah mengamati morfologi tumbuhan, kemudian mengamati bagian anatomi dari tumbuhan tersebut. Pada pengamatan anatomi tumbuhan tersebut, mula-mula membuat irisan melintang pada akar, batang dan daun, setelah itu meletakannya pada Kaca objek lalu ditetesi air sebanyak dua tetes dan ditutup perlahan-lahan.Kemudian Mengamatinya pada mikroskop dengan perbesaran 10 kali dan menggambarnya pada buku gambar 3.4 pengamatan hewan 3.4.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 November 2010 mulai pukul 14:00 sampai selesai di Laboratorium Agroindustri, Fakultas pertanian Universitas Tadulako Palu. 3.4.2 Alat dan Bahan Alat digunakan dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah pinset, toples, papan bedah, jarum pentul, pisau bedah( silet) dan masker .Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah katak sawah (Rana cancrivora) dan alcohol 70 %. .3.4.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah mengambil seekor katak sawah, kemudian memasukkannya kedalam toples yang berisi alcohol 70% lalu membiarkannya beberapa saat sampai katak tersebut pingsan. Setelah katak tersebut pingsan, kemudian meletakkannya di atas papan bedah dalam keadaan tertelungkup lalu mengarnati morfologinya dan menggambar serta member keterangan ekstremitas anterior dan ekstremitas posterior. Selanjutnya melakukan pembedahan secara hati-hati pada bagian perut yang dimulai dari bagian yang sejajar dengan kloaka lurus sampai pada bagian kaki, selanjutnya membelah tegak lurus yang sejajar dengan kloaka sampai dengan bagian lengan (tulang yang keras) dan membelah lurus agar terlihat jelas. Kemudian menarik lambung katak sampai pada kerongkongan dan mengiris bagian tersebut, selanjutnya mengamati bagian system pencernaan dan menggambarnya pada kertas gambar dengan keteranganya. Setelah mengamati system pencernaan pada katak kemudian mengamati dan menggambar system reproduksi katak pada kertas gambar dengan keterangannya . 3.5 Memahami Konsep Hukum Mendel 3.5.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum Memahami Konsep Hukum Mendel dilaksanakan diLaboratorium Agroteknologi Program Studi Petemakan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu pada hari Kamis 09 Desember 2010, dimulai pukul 14.00 sampai selesai. 3.5.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah dalam Praktikum Biologi Umum Memahami Konsep Hukum Mendel adalah dos kue 2 buah dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umun Memahami Konsep Hukum Mendel adalah kancing baju warna marah dan putih masing-masing 50 buah. 3.5.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi umum Memahami Konsep Hukum Mendel adalah mengambil dos dan memasukan semua kancing baju yang diumpamakan sebagai model-model gen lalu mengocok dos yang berisi kancing tersebut Selanjutnya mengambil kancing baju tersebut secara acak dengan menutup mata. Pada setiap pengarnbilan kancing pada dos tersebut kita menuliskan hasilnya pada buku. 3.6 pengamatan transpirasi 3.6.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan transpirasi dilaksanakan di Laboratorium Unggas dan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, pada hari Kamis, tanggal 16 Desember 2010 Mulai pukul 14:00 sampai selesai. 3.6.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam praktikum biologi umum tentang pengamatan transpirasi pada tumbuhan adalah alat tulis, kertas grafik, gelas ukur, rak dan tabung reaksi. Bahan yang digunakan dalam praktikum biologi umum tentang pengamatan transpirasi pada tumbuhan adalah 3 tumbuhan yang berbeda morfologinya, air, dan, minyak kelapa. 3.6.3 Cara kerja Potonglah batang atau ranting tumbuhan dibawah permukaan air . Usahakan potongan selalu berada didalam air demikian juga sewaktu memasukan potongan atau ranting tumbuhan kedalam gelas ukur usahakan selalu terendam. Gunakan 3 macam tumbuhan untuk dimasukan kedalam 3 gelas ukur 10 ml dengan 5 ml air. Satu gelas tanpa tumbuhan hanya berisi air saja (kontrol). Setelah itu susunlah dalam rak tabung reaksi . Ingat ketinggian air harus sama dengan kontrol, kemudian tetesi dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup dengan minyak kelapa maksudnya agar air tidak menguap dari dalam tabung reaksi. Setelah itu, satu rangkaian gelas ukur diletakan di lapangan terbuka. Catat air yang hilang / menguap setiap 10 menit selama 1 jam. Jumlah air yang hilang pada setiap 10 menit dapat dihitung dengan menambahkan sejumlah air hingga mencapai tinggi permukaan semula. 3.7 Pengamatan Fotosintesis 3.7.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis dilaksanakan diLaboratorium Unggas dan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Dimulai dari pukul 14.00 sampai selesai. 3.7.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah dalam Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah pemanas listrik, pinset, cawan petri, dan kertas timah. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah daun ubi (Manihot esculenta), iodium dan alkohol, 96%. 3.7.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah mengarnbil dam ubi yang telah dibungkus dengan aluminium foil sehari sebelumnya, kemudian membuka aluminium foil tersebut dan merendam pada air Panas sampai layu. Setelah itu diangkat dengan pinset dan direndam dengan alcohol panas. Selanjutnya meletakan daun ubi tersebut dicawan petri kemudian meneteskannya dengan larutan iodium sebanyak tiga tetes lalu amati apa yang terjadi dan tulis hasilnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop 4.1.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 1. Mikroskop dan Bagian-bagiannya Gambar 2. Preparat Huruf “d” pada sepotong kertas sebelum pengamatan Gambar 3. Preparat Huruf “d” sesudah diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x Sebelum diwarnai Sesudah diwarnai Gambar 4. Hasil pengamatan butir pati kentang (Solanum terebosum) 4.1.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan bahwa Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil. Mikroskop memiliki beberapa bagian yaitu Lensa okuler, Tabung mikroskop, Revolver, Lensa obyektif, Gagang mikroskop, Meja mikroskop, Penjepit obyek, Kondesor, Pengatur kasar, Pengatur halus, Cermin dan Kaki Mikroskop. Mikroskop merupakan suatu alat yang sangat sederhana memungkinkan kita dapat mengamati suatu objek dan gerakan yang sangat halus yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop ditemukan oleh seorang ilmuawan yang bernama Anthony Van Leewenhoek. Beliau berhasil menemukan lensa yang dapat memperbesar gambar benda atau objek pengamatan. Lalu dibuat sebuah mikroskop tetapi masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop berupa preparat huruf “d” yang berubah menjadi huruf “p” dan butir pati kentang yang pertama tidak dapat dilihat akhirnya dapat dilihat jelas dengan menggunakan mikroskop. Hal ini terjadi karena mikroskop menggunakan prinsip penggabungan lensa cembung yang terdapat pada lensa objektif sehingga bayangan yang dihasilkan bersifat maya, diperbesar, dan terbalik. Pengamatan ini dilakukan dengan pembesaran 10x dari bentuk aslinya. (Anonim, 2003). Pada pengamatan huruf “d” dengan ukuran yang kecil, didapatkan bayangan benda berupa huruf “p” dan butir pati kentang didapatkan bayangan gelembung-gelembung butir pati kentang dengan jelas yang mana pembesaran terjadi pada lensa objektif adalah pembesaran okuler yaitu pembesaran sudut. Pada pengamatan butir pati kentang (Solanum tuberosum) hasil diperoleh berupa bbutiran yang terikat erat dimana tampak juga nukleus dan dinding sel. Akan tetapi, diantara butiran-butiran yang masih terikat terlihat adanya ruang yang kosong dalam artian tidak terdapatbutiran pati kentang. Kemudian pada pengamatan butiran-butiran tersebut tidak dapat dibedakan antara xylem dan floem karena tidak adanya kambium. Keefektifan kerja suatu instrumen optik seperti mikroskop dapat ditentukan berdasarkan revolusi atau daya urai (Resolving Power). Daya urai ini menggambarkan jarak minimal yang memungkinkan dua objek yang berjarak sangat dekat untuk dibedakan dan diidentifikasi dengan jelas (George, 2006). 4.2 Pengamatan Sel 4.2.1 Hasil Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 5. Bentuk irisan empulur batang ubi kayu (Manihot esculenta) Sebelum di warnai Sesudah diwarnai Keterangan: Sebelum diwarnai: Sesudah diwarnai: 1. Ribosom 1.Vakuola 2. Retikulum endoplasma 2.Ruang pembatas sel 3. Dinding sel 3.Inti sel 4. Vakuola 4.Sitoplasma 5.Dinding sel Gambar 6. Sel epidermis umbi lapis bawang merah Keterangan: Dinding Nukleus Nukleolus Nukleus Gambar 7. Pengamatan Struktur sel selaput rongga mulut Darah manusia Darah katak Keterngan: Sel darah manusia Sel darah katak 1. Sel darah merah 1.Sel darah merah 2. Sel darah putih 2.Sel darah putih Gambar 8. Pengamatan sel darah katak dan sel darah manusia Gambar 9. Bidang Protozoa Pada Rendaman Air Jerami 4.2.2 Pembahasan Dinding sel dibuat oleh proplasma dan berguna untuk melindungi dan memperkuat protoplas. Dinding sel menentukan bentuk dari sel. Ruang antara sel berfungsi untuk menghubungkan dari bagian sel yang satu kebagian sel yang lain (Santosa,1997). Dari pengamatan sel epidermis umbi bawang merah yang dijadikan sebagai gambaran sel tumbuhan diperoleh hasil bahwa pada sel umbi bawang merah terdapat inti sel, dinding sel, ruang-ruang antar sel dan sitoplasma. Inti sel yang berfungsi sebagai pembatas luar dan pelindung sel, ruang-ruang antar sel berfungsi sebagai penghubung antara sel yang satu ke sel yang lain. Sedangkan sitoplasma berfungsi sebagai tempat berlangsungnya semua reaksi enzim metabolisme sel (Suwono, 1967). Pada pengamatan sel epitelium mucosa diperoleh bahwa didalam sel tersebut terdapat membran sel yang membatasi bagian sel dan merupakan bagian terluar dari sel. Membran sel merupakan selaput yang selektif permeabel, artinya hanya dapat dilalui oleh molekul tertentu yang berfungsi sebagai pengendali kegiatan sel . Pada pengamatan empulur batang ubi kayu terdapat bagian-bagian sel yang berongga yang berbentuk seperti balok-balok segitiga dan memiliki dinding sel. Dinding sel pada empulur batang ubi kayu berfungsi sebagai pelindung bagian sel yang terdapat dibagian dalam empulur batang ubi kayu tersebut. Didalam empulur batang ubi kayu tersebut terdapat inti sel yang berbentukbulat kecil yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan yang terdapat dalam sel empulur batang ubi kayu (Fahn, 1992). Pengamatan pada rendaman air jerami diperoleh hasil bahwa pada rendaman jerami terdapat protozoa. Akan tetapi bentuk protozoa yang satu dengan yang lainnya tidak sama, selain itu pada protozoa terdiri dari membran sehingga menyebabkan bentuk-bentuk selnya tidak tetap (Nasir, 1993). Berdasarkan hasil pengamatan melalui beberapa percobaan pada sampel hewan dan tumbuhan, diperoleh perbedaan secara umum antara sel hewan dan sel tumbuhan. Pada sel hewan masih terdiri dari membram sel yang sifatnya lunak sehingga bentuknya tidak tetap. Sedangkan pada sel tumbuhan terdapat dinding sel yang bersifat kakukarena mengandung selulosa sehingga bentuk selnya tetap. Selain itu juga pada sel tumbuhan terdapat nukleus dan sitoplasma (Sulisetijono, 2000). Hal yang dikemukakan bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki dinding sel, sehingga bentuk selnya berubah-ubah. Memiliki lisosom, tidak memiliki plastida, vakuolanya sedikit tetapi ukurannya besar dan mempunyai mitokondria yang banyak. Sedangkan pada sel tumbuhan terdapat dinding sel, bentuk selnya tetap, tidak memiliki lisosom, memiliki plastida, vakuolanya banyak dan memiliki mitokondria yang sedikit (Sulisetijono, 2000). 4.3 Pengamatan Tumbuhan 4.3.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Akar tumbuhan Monokotil Keterangan: 1.Batang akar(Corpus Radix) 2.Pangkal akar(Coolum) 3.Serabut akar (Fibrilia Radiaralis) 4.Ujung akar(Apex radix) Gambar 10. Morfologi akar jagung Akar tumbuhan dikotil 1.Batang akar (Corpus radix) 2.Pangkal akar (Coolum) 3.Ujung akar (Apex radix) Gambar 11. Morfologi akar Mangga Gambar 12. Morfologi Batang Jagung Gambar 13. Morfologi Batang Mangga Gambar 14. Morfologi Daun Jagung Daun Tumbuhan Dikotil Keterangan: 1.Ujung daun (Apex Folli) 2. Tulang daun (Nervata) 3.Tepi daun (Margo Folli) 4.Pangkal daun (Basos Folli) Gambar 15. Morfologi Daun Mangga Gambar 16. Morfologi Kecambah Kacang Hijau Gambar 17. Morfologi Bunga Kembang Sepatu Gambar 18. Morfologi Bunga Kamboja Gambar 19. Morfologi Stek ubi Kayu Gambar 20. Anatomi akar jagung Gambar 21. Anatomi akar mangga Gambar 22. Batang jagung Gambar 23. Anatomi Batang Mangga Gambar 24. Anatomi Daun Gambar 25.Pengamatan Beberapa Preparat Awetan Tumbuhan 4.3.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan, nampak perbedaan yang sangat jelas dari keduanya. Morfologi akar sampai daun nampak begitu berbeda. Pada tumbuhan monokotil seperti jagung akarnya berbentuk serabut, bentuk tulang daun sejajar atau melengkung, batang umumnya tidak bercabang, ruas batang tampak jelas dan tidak berkambium (Darjanto, 1984). Didalam sistem pembuluh pada akar jagungterdapat pembuluh yang terdapat disebelah pembuluh korteks berkas pembuluh tersusun dalam satu lingkaran yang tertutup atau terputus. Serta terdapat xylem dan floem yang terletak disebelah luar dan dalam. Pada lingkaran tersebut terdapat bagian yang terputus-putus yang dinamakan ikatan pembuluh (Frandson, 1990). Pada pengamatan bunga kembang sepatu terdapat putik (Stigma), benang sari (Stamen), mahkota (Clrolla), kelopak (Calix) dan tangkai bunga (Pendicelus). Pada bunga kembang sepatu putik berfungsi untuk alat kelamin jantan yang berfungsi untuk menempelkan serbuk sari pada saat penyerbukan. Kemudian pada putikjuga terdapat bagian bagian dari pusat bunga yang tersusun dari lembaran bakal buah (Kimball, 1992). Pada daun jagung memiliki bentuk daun panjang dan runcing. Ujung daun berbentuk meruncing dan tulang daun berbentuk lurus. Pada daun jagung dimana daun tersebut tidak bergerigi, dan dalam helaian daun hanya terdapat satu daun (Mahardono,1980). Pada pengamatan anatomi tumbuhan yaitu pada sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk peluru, kubus, prisma, memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel tumbuhan memiliki dua bagian pokok yaitu protoplasma merupakan bagian yang hidup yang terdiri atas sitoplasma, nukleus, dan organel. Sedangkan pada dinding sel tumbuhan merupakan bagian yang tidak hidup (Taryono, 1994). 4.4 Pengamatan Hewan 4.4.1 Hasil Berdasarkan pengamatan pada hewan yaitu katak (Rana cancrivora) diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 26. Morfologi Katak Gambar 27. Sistem pencernaan katak Gambar 29. Sistem reproduksi katak 4.4.2Pembahasan Menurut Tjitrosoeputro (1987), salah satu bagian morfologi pada katak adalah sistem pencernaannya. Morfologi pada katak terdiri dari kulit, mata, tangan, kaki dan berbagai macam morfologi lainnya. Disini diperjelas sistem respirasi atau sistem pernafasan. Alat respirasi pada katak seperti pada hewan amphibi lainnya. Amphibi merupakan hewan vertebrata yang pertama kali memulai kehidupan didarat. Perbedaannya dengan ikan adalah ikan hanya dapat hidup di air, sedangkan amphibi mempunyai alat-alat yang sesuai dengan kehidupan di darat, misalnya paru-paru sebagai alat pernafasan, sepasang kaki yang berguna untuk berjalan dan berenang (Soepomo,1976). Salah satu bagian dari morfologi pada katak adalah pada sistem pencernaanya. Morfologi pada katak terdiri dari kulit, mata, kaki, dan berbagai macam morfologi lainnya. Alat respirasi pada katak seperti hewan amphibi lainnya (Tjitrosoeputro, 1987). Terdapat strukturfungsi tubuh katak yaitu fruncusn dua pasang extremitas seluruh tubuh terbungkus halus dan licin, bagian kepala terdapat Rima oris yang lebar untuk pernafasan, sepasang Organan visus yang bulat. Dibelakang mata terdapat Membran timpani untuk menerima getaran suara, pada akhir tubuh terdapat kloaka yang berfungsi sebagai tempat pelepasan faeces, urine dan sel kelamin. Pada hewan amphibi, kloaka mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai alat pengeluaran (sekresi), sebagai alat reproduksi (seksual), danjuga sebagai pengeluaran urine. Sehingga tidak dapat dikatakan sebagai anus seperti halnya pada manusia. Olehnya itu alat pengeluarannya disebut kloaka, karena mempunyaibanyak fungsi (Soepomo, 1976). Sistem klasifikasi pada katak hijau (Rana cancrivora) sebagai berikut: Kerajaan: Animalia ; Filum: Chordata; Kelas: Amphibia; Ordo:Anura; Familia: Ranidae; Genus: Rana; dan Spesies: Rana cancrivora. Pada katak hijau (Rana cancrivora) terdiri atas Esofagus, lambung (Vertikulus), usus besar (Intestinum crassum), usus halus (Intesinum tenuel). Pada Esofagus dapat meluas dan menerima mangsa yang besar. Lambung (Ventrikulus) disebelah kiri, pylorus terletak pada ujung belakang lambung. Pankreas adalah kelenjar yang menunjang pencernaan terletak dimesentrium antara lambung dan duodenum,sedangkan recktum bagian ujung belakang yang membesar, terletak median yang bermuara kedalam kloaka (Soepomo, 1976). Sistem reproduksi pada katak jantan ada sepasang testis yang berfungsi memproduksi sperma, Vas deferens berfungsi sebagai saluran sperma, kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu saluran pencernaan, saluran kelamin, dan saluran pengeluaran (Soepomo,1976). Sistem reproduksi katak betina adanya kebenaran pendapat dikemukakan oleh Tenzer, adanya ovarium yang berfungsi memproduksi ovum. Oviduk berfungsi sebagai saluran ovum, sedangkan kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu saluran pencernaan, saluran kelamin, dan saluran pengeluaran (Soepomo,1976). 4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel 4.5.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan hukum Mendel diperoleh hasil sebagai berikut: Macam pasangan Frekuensi yang muncul Merah-Merah 13 Merah-Putih 24 Putih-Putih 13 Perbandingan yang dihasilkan apabila gen M (Merah) bersifat dominan terhadap gen P (putih) yaitu: 1. Perbandingan fenotipnya: MM :Mm :mm = 13:24:13 atau 3:1 2. Perbandingan genotipnya 38:12 Sedangkan perbandingan gen dihasilkan apabila bersifat intermediet adalah: 1. Perbandingan fenotipnya: 2:1:1 2. Perbandingan genotipnya 3:1 4.5.2 Pembahasan Parental (P) : MM>
Gamet : M m
F1 : Mm
(Merah putih)
Tabel 1. hasil persilangan Monohybrid
M M
M MM
(Merah) Mm
(Merah putih)
m Mm
(Merah putih) Mm
(Putih)
Pada praktikum persilangan monohybrid yang disimpulkan dengan pariental M untu induk yang warna putih. Hasil yang diperoleh dari persilangan tersebut adalah perbandingan 3:1 dan jika M bersifat intermediet maka diperoleh perbandingan adalah 2:1:1. Jika gen bersifat intermediet maka diperoleh perbandingan fenotip 3:1 dan perbandingan genotipnya 2:1:1 inilah perbandingan tertinggi terjadipada gen yang bersifat dominan, akan tetapi pada gen yang bersifat resesif nilai perbandingan tertinggi berada pada gen baru atau perpaduan dari sifat gen-gen tersebut. Dengan demikian hasil perbandingan pada persilangan monohybrid sama dengan teori mendel meskipun tidak sama dalam hal angka perbandingan itu, dikarenakan adanya perbedaan jumlah gen pasangan yang disilangkan (Sudjino, 2005).
4.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
4.6.1 Hasil
Dari pengamatan transpirasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel hasil pengamatan tiap 10 menit
Waktu mulai Hasil Pengamatan
1-10 menit Rica: 6,3; Jagung:6,3; Kemangi: 6,2
10-20 menit Rica:6,1; Jagung:6,1; Kemangi: 5,8
20-30 menit Rica:5,9; Jagung:6,0; Kemangi : 5,7
30-40 menit Rica:5,8 ;Jagung:5,9 ;Kemangi:5,7
40-50 menit Rica:5,7 ;Jagung:5,8 ; Kemangi:5,7
50-60 menit Rica:5,7 ; Jagung:5,8 ; Kemangi: 5,6
4.6.2 Pembahasan
Transpirasi adalah hilangnya air dari daun. Air keluar daun melalui stomata yang merupakan pori-pori kecil yang berada didaun. Kebanyakan daun ditutupi oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki restensi (Ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomsta memiliki restensi sangat rendah ketika uap air berdifusi keluar melalui stomata.
Pada percobaan ini diamati adalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi pada tumbuhan dan menghitung jumlah air yang hilang akibat adanya penguapan pada masing-masing tabung. Saat melakukan pengamatan, pada 10 menit pertama intensitas cahaya sangat tinggi, namun pada menit-menit berikutnya intensitas cahaya makin menurun disebabkan karena waktu yang hampir sore sehingga laju transpirasi mengalami penurunan, walaupun intensitas cahaya menurun pada 10 menit ketiga sampai seterusnya tetap terjadi penguapan walaupun hanya sedikit. Hal ini menunjukan bahwa angin juga ikut berperan penting karena angin dapat menyapu uap air yang berkumpul didekat permukaan.
Cahaya Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bila terbuka terhadap cahaya dibandingkan dengan keadaan gelap. Hal ini cahaya mendorong/merangsang stomata tumbuhan. Dengan demikian sangat menentukan pemindahan pada udara bersisikan pada uap air dari ruang udara (Dwjoseputra,1986).
Suhu tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu tinggi dalam 300C, daun dapat bertranspirasi 3 kali lebih cepat dibanding dengan suhu 2000C. Hal ini disebabkan karena suhu juga mempengaruhi kelembaban udara. (Dwjoseputra, 1986).
4.7 Pengamatan Fotosintesis
4.7.1 Hasil
Dari pengamatan fotosintesis diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 29. Daun tanaman yang ditutupi kertas alumunium foil
Gambar 30. Daun tanaman yang tidak ditutupi kertas alumunium foil
4.7.2 Pembahasan
Fotosintesis adalah reaksi pengubahan zat anorganik (air dan karbondioksda) menjadi zat organik (gula, amolum) oleh klorofil dengan pertolongan energi cahaya (terutama cahaya matahari). Fotosintesis merupakan suatu proses yang penting bagi organisme dibumi. Dengan fotosintesis ini, tumbuhan menyediakan makanan bagi organisme lain baik secara langsungmaupun tidak langsung. Cahaya yang dimanfaatkan oleh tumbuhan hijau memerlukan klorofil, karbondioksida, air dan cahaya. Cahaya dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk fotosintesis cahaya merah dan nila. Dalam proses fotosintesis , yang pertama kali dibentuk adalah gula(glukosa), selanjutnya dapat diubah menjadi zat tepung. Senyawa-senyawa lain yang dapat terbentuk adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Air,oksigen, dan karbondioksida di alam mengalami siklus sehingga selalu terjaga suatu kesetimbangan alam. (Soerodikusumo, 1987)
Organel yang berperan dalam fotosintesis adalah kloroplas yang mengandung pigmen, klorofil yamg menyebabkan warna hijau pada daun. Tiap-tiap kloroplas dibatasi oleh sepasang membran luar yang halus. Batas luar ini melingkup matriks fluida yang dinamakan stomata. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas adalah dua zat warna (berwarna hijau mudah dan berwarna hijau tua) atau disebut juga klorofil. Pigmen penyerap cahaya pada tanaman tilakoid disusun dalam suatu rangkaian fungsional yang disebut dengan fotosintesis (Gem, 1994).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
Berdasarkan hasil pengamatan tentang mikroskop dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Mikroskop yaitu peralatan yang didesain untuk memperbesar gambaran objek yang berukuran kecil.
2. Mikroskop mempunyai komponen-komponen yaitu tubus, lensa okuler, pengatur kasar, pengatur halus, lengan mikroskop, meja preparat, diafragma dan alas.
3. Sifat bayangan yang ditimbulkan mikroskop adalah maya, terbalik dan diperbesar.
5.1.2 Pengamatan Sel
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap sel tumbuhan memiliki bagian-bagian sel yang hampir sama, serta memiliki fungsi yang berbeda-beda.
2. Sel adalah satuan unit terkecil dari makhluk hidup dan merupakan komponen utama penyusun makhluk hidup, baik secara struktur maupun fungsional.
3. Sel hewan memiliki bentuk sel yang tidak tetap karena masih berupa membran sel sedangkan sel tumbuhan memiliki sel yang tetap karena terdiri dari dinding sel yang mengandung selulosa.
5.1.3 Pengamatan Tumbuhan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tumbuhan adalah organisme eukariota terbagi atas Gymnospermae dan Angiospermae. Tumbuhan angiospermae terbagi atas monokotil dan dikotil.
2. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur terluar dari makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
3. Daun merupakan bagian dari sistem batang sehingga daun memiliki bagian-bagian yang menyerupai batang. Daun yang lengkap terdiri dari tiga bagian yakni pelepah atau pipih, tangkai (petiolus), dan helai daun (lamina).
4. Akar adalah bagian batang suatu tumbuhan yang tertanam dibawah tanah. Akar berfungsi sebagai tempat penyerapan unsur hara dan makanan dari dalam tanah, sebagai pengisap air dan makanan, serta sebagai alat penguat suatu tanaman.
5. Reproduksi tumbuhan terdiri atas dua, yaitu seksual dan aseksual.
5.1.4 Pengamatan Hewan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Morfologi Katak terdiri atas mulut (Cavum oris), mata(Organ visus), kepala (Caput), lengan atas (Brahium), badan (Abbomen), punggung (Dorsum), paha (Femus), betis (Crus), jari-jari kaki (Digiti), jari-jari tangan (Digiti), lengan bawah (Ante bracium), dan kloaka.
2. Sistem pencernaan pada katak terdiri atas esofagus, lambung, duadenum, pilosus, usus halus, rektum, limpa, dan kloaka.
3. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas testis, vasdeferens, ginjal, kantung sperma dan kloaka, sedangkan sistem reproduksi pada katak betina terdiri atas saluran telur, ovarium, ginjal, ureter, lubang dari oviduk dan uterus.
5.1.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
Dari hasil pengamatan dan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari mekanisme pewarisan sifat dari induk pada keturunannya.
2. Persilangan monohybrid adalah persilangan antara dua individu yang berbeda dalam sepasang gen.
3. Keturuna F1 pada persilangan monohybrid adalah seragam.
4. Pada persilangan monohybrid yang bersifat dominan penuh, individu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominan (merah), sedangkan yang bersifat dominan tidak penuh (intermediet), Fenotip individu F1 tidak seperti induk murni, melainkan mempunyai sifat fenotip diantara kedua induknya (Merah muda).
5. Jika dominan nampak sepenuhnya pada persilangan monohybrid maka akan memperlihatkan perbandingan genotip yang sama dengan fenotipnya adalah 3:1.
5.1.6 Pengamatan transpirasi tumbuhan
Dari hasil pengamatan dan hasil pembahasan dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Transpirasi adalah hilangnya air dari daun, air keluar dari tanaman dengan melalui stomata yang merupakan pori-pori kecil yang berada didaun.
2. Transpirasi tumbuhan melalui daun dapat terjadi melalui 3 jalan penguapan, yaitu sebagai berikut adalah, penguapan kutikula adalah penguapan-penguapan air dengan menembus sel-sel perifer beserta lapisan kulit luarnya, penguapan stomata adalah penguapan air melalui stomata, penguapan substomata adalah penguapan air melalui stomata dalam keadaan tertutup.
3. Terjadinya transpirasi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah suhu, kelembaban, cahaya, dan angin.
4. Pada tumbuhan terjadi transpirasi karena untuk mencegah kandungan air yang berlebihan pada tumbuhan tersebut.
5.1.7 Pengamatan fotosintesis
Dari hasil pengamatan dan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses fotosintesis terhadap tumbuhan hijau dapat menghasilkan amilum dan dapat menghasilkan oksigen.
2. Faktor-faktor yang menentukan berlangsungnya fototsintesis yaitu cahaya, klorofil, karbondioksida dan air.
3. Klorofil berfungsi sebagai penangkap cahaya. Jadi, proses fotosintesis dapat berlangsung apabila terdapat cukup cahaya.
5.2 Saran
1. Jika masih ada yang kurang dalam Laporan ini, mohon diberi petunjuk agar pada praktikum selanjutnya bisa lebih baik.
2. Untuk mencapai praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya serta keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah mada University Press, Yogyakarta.
Amin H, 1977. Botani. Balai pustaka Jakarta.
Darjanto, 1984. Anatomi Tumuhan. Biocca Exact, Bandung.
Dwijoseputro, 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo persada Jakarta.
Gabriel, J. F. 1998. Fisika Kedokteran. Universitas Udaya Press, Bali.
Haryanto, 1994. Anatomi Tumbuhan.UGM Press Yogyakarta.
Ismedi, 1993. Biokimia. UGM Press Jakarta.
Kimball, 2000. Biologi Umum. Jakarta, Erlangga.
Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan
Michael J. Pelzar, Jr. Dan ECS Cha. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi.
UI-Press Jakarta.
Noble, 1989. Parasitologi. Gajah mada University Press, Yogyakarta.
Parawirohartono, 1984. Biologi Umum. Jakarta, Gramedia.
Pratiwi, 1997. Biologi. Universitas Terbuka, Jakarta.
Pratiwi, D,A. 2003. Biologi Umum. Jakarta, Erlangga.
Sastodinoto, 1989 . Biologi Umum. Jakarta, Gramedia,
Soepomo,1997. Zoologi. Jakarta,Erlangga,
Soerudikusumo,1987. Anatomi Tumbuhan. Jakarta,Karunika.
Subowo,2007. Biologi sel. Angkasa Bandung.
Suryo,1990. Genetika Tumbuhan. UGM Press Yogyakarta.
Syamsuri, 2000. Biologi Umum. Jakarta, Erlangga.
Tjirosoepomo, 1985. Morfologi Tumbuhan.UGM Yogyakarta.
RIWAYAT PENULIS
Sri Rahayu Lestari, lahir di Desa Karawana, Kec. Dolo, Kab.Donggala (Sekarang telah berganti nama, menjadi Kab.Sigi), Provinsi Sulawesi Tengah , pada tanggal 25 Januari 1993, dari pasangan Sahbudin Sumaila dan Tadria, anak pertama dari empat bersaudara.
Menamatkan pendidikan Sekolah dasar (SDN) 05 Dolo, Kec.Dolo pada tahun 2004. Pada tahun itu saya melanjutkan ke SMPN 05 Biromaru dan menamatkan pendidikan pada tahun 2007. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi di SMAN 01 Dolo dan menamatkan pendidikan pada tahun 2010. Sampai saat ini saya masih melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Tadulako, Fakultas Pertanian, Program studi Agroteknologi.
Puji syukur patut kita haturkan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang Akbar bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini dibuat semaksimal mungkin dan dengan berusaha menghindarkan dari kesalahan dan kekurangan. Karena penulis menyadari, bahwasanya manusia tidak akan pernahluput dari kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikkan penulisan laporan selanjutnya.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhirnya semoga Allah SWT, senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua agar apa yang kita cita-citakan menjadi sukses. Amin-amin ya rabal alamin.
Palu, Desember 2010
Penyusun
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, serta junjungan kami Rasulullah SAW karena atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum dengan lancar dan baik tanpa adanya hambatan.
Dengan adanya pembuatan laporan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dr. Shahabudin, M.si. selaku penyusun petunjuk Praktikum Biologi Umum, serta tak lupa juga kepada para asisten biologi khususnya koordinator praktikum Irzan dan asisten penanggung jawab Dewa Nyoman Oka Diputra, serta asisten-asisten yang lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membimbing dan membantu praktikum dalam menyelesaikan laporan praktikum biologi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan lengkap praktikum biologi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapakan demi kesempurnaan laporan ini.
Palu, Desember 2010
Penyusun
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya panca indra manusia mempunyai keterbatasan sehingga banyak masalah mengenai organisme hanya dapat dipecahkan dengan bantuan alat-alat. Salah satu alat yang paling penting (lazim) digunakan yaitu Mikroskop. Mikroskop berfungsi sebagai alat untuk melihat benda-benda terkecil. Sehingga dengan keberadaan dan bantuan alat inikita dapat mengamati objek dan gerakan sangat halus dan tidak dapat diamati dengan mata telanjang (Mithel, 2000).
Mikroskop yang merupakan alat utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian. Dalam bidang biologi ini terdiri dari beberapa bagian dan fungsi seperti tabungmikroskop yangberfungsi sebagai penghubung antara lensa obyektif dengan lensa okuler, sekrup pengarah kasar (Makrometer), sekrup pengarah halus (Mikrometer), lensa okuler sebagai pembesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif, lensa obyektif berfungsi sebagai pembentukan bayangan pertama, kondesor merupakan alat untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh cermin, diafragma berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke objek, lengan mikroskop berfungsi sebagai tempat untuk memegang mikroskop, revolver merupakan pemutar lensa yang berfungsi untuk meletakkan lensab yang dikehendaki serta kaki mikroskop berfungsi agar mikroskop dapat berdiri tegak (Mithel, 2000).
Istilah sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hook (1667). Pada saat mengamati sayatan gabus dengan bantuan mikroskop ia melihat adanya ruangan-ruangan kecil yang disebutnya sebagai cela yang berarti kamar kecil. Secara singkat sel merupakan kesatuan struktual fungsional dan herediter terkecil. Semua organisme tumbuhan, hewan, dan mikroba terdiri dari jumlah sel dan sekresinya, sel-sel hanya berasal dari yang ada sebelumnya setiap sel memiliki kehidupan sendiri disamping peranan gabungan didalam organisme Multisel. Pernyataan ini sangat sederhana dan wajar bagi mereka yang memiliki latar belakang biologi namun untuk pengembangan konsep untuk dapat diterima memerlukan waktu yang berabad-abad (Subowo,2007).
Pada dasarnya tumbuhan dan hewan adalah makhluk hidup. Tumbuhan merupakan salah satu sumber kehidupan bagi manusia, sehingga para ilmuan tak henti-hentinya mengadakan penelitian guna meningkatkan kualitas dan kuantitas tumbuhan. Hal ini terbukti dengan adanya bagian yang penting pada tumbuhan yang terdiri dari bagian seperti akar, batang, dan daun. Sedangkan hewan merupakan organisme yang mampu bergerak dengan bebas, tetapi pada hewan tingkat rendah hanya mampu menggerakan tubuh dengan cara mengerutkan serabut-serabut dan multiselulernyaa (Chan, 1986).
Konsep hukum mendel dibahas dalam ilmu genetika. Genetika adalah Ilmu yang mempelajari tentangseluk beluk turun menurunnya sifat indu (parental) kepada keturunannya, ilmu ini mempelajari tentang gen dan variasinya, termasuk pendukungnya berupa organel-organel sel lainnya. Tidak semua sifat yang muncul selalu dipertahankan,melainkan selalu mengalami perubahan yang berangsur-angsur atau mendadak (Pratiwi, 1997).
Secara umum transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Dalam proses transpirasi proses kecepatannya berbeda tergantung pada jenis tumbuhan. Transpirasi terjadi karena pada waktu daun menyerap cahaya matahari untuk fotosintesis, hanya sebagian saja tenaga matahari yang diubah menjadi tenaga kimia dan sisanya akan dilepaskan menjadi panas. Transpirasi juga merupakan proses yang sangat membahayakan tumbuhan, karena jika melalui penyerapan akar maka tumbuhan akan kekurangan air melalui batas minimum yang dapat menyebabkan kematian pada tumbuhan tersebut (Lakitan, 1995).
Adapun beberapa faktor –faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain yaitu, faktor internal yang mempengaruhi mekanisme stomata, kelembapan udara disekitar stomata (tanaman), suhu udara, suhu daun tanaman, angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi, angin dapat memacu laju transpirasi jika udara bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering dari udara disekitar tumbuhan tersebut (Dwijoseputra,1986).
Tumbuhan hijau merupakan makhluk hidup yang istimewa. Tumbuhan hijau mendapatkan energi untuk melakukan kegiatan hidupnya dari zat tepung (karbohidrat) yang dibuat sendiri. Peristiwa penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik (air dan karbondioksida) dengan pertolongan energi cahaya matahari yang disebut fotosintesis. Fotosintesis berasal dari kata foton=cahaya dan sintesis=penyusunan. Proses fotosintesis berlangsung didaun yang memiliki klorofil (zat hijau daun). Bagian lain tumbuhan yang tidak berklorofil tidak dapat melakukan fotosintesis. Bagian itu hanya mendapatkan zat makanan dari daun melalui pembuluh floem. Zat makanan itu dialirkan keseluruh tubuh dalam bentuk zat gula dan disimpan sebagai zat makanan dalam bentuk zat tepung. Fotosintesis memerlukan karbondioksida (CO2) dan air. Karbondioksida berasal dari udara yang masuk melalui stomata. Air masuk kedalam tubuh tumbuhan melalui akar. Air merupakan pelarut unsur-unsur penting didalam tanah yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tumbuhan, misalnya akar, batang, daun, dan bunga. Fotosintesis adalah dasar karbondioksida dan hidrogen untuk membentuk senyawa glukosa dan oksigen sebagai hasil akhir. Pada peristiwa fotosintesis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
6CO2+12H2O Cahaya matahari C6H12O6+6O2+6H2O
Klorofil
Engelmen (1982) membuktikan bahwa klorofil merupakan faktor utama dalam fotosintesis dan menyinari ganggang hijau. Banyak faktor yang mempengaruhi Fotosintesis diantaranya adalah, kadar CO2, kadar O2, Air dan Suhu (Soerodikusuma, 1987).
1.2 Tujuan dan kegunaan
1.2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop.
Tujuan dari praktikum Biologi Umum tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop adalah untuk memperkenalkan komponen mikroskop dan cara menggunakannya serta mempelajari cara menyiapkan bahan-bahan yang akan diamati dibawah mikroskop.
Kegunaan praktikum Biologi Umum tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop adalah agar praktikan dapat mengetatrui dan membedakan bermacam-macam jenis sel dan dapat menggunakan mikroskop sesuai aturan yang benar.
1.2.2 Pengamatan Sel
Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengenal bentuk dan struktur sel secara umum dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari berbagai jenis organisme serta mampu memahami sifat semi permeabilitas sel.
Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikam dapat mengetahui dan membandingkan berbagai jenis sel beserta fungsi sel. Juga dapat mengetahui bagaimana proses kerja permeabilitas dan semi pemeabilitas sel
1.2.3 Pengamatan Tumbuhan
Tujuan dari pelaksanaan Praktikum Biologi Umum Pengamatan Tumbuhan adalah agar dapat memahami struktur morfologi, anatomi dan histologi sistem organ pada tumbuhan serta mampu membandingkan struktur morfologi dan anatomi dari akar, batang dan daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil serta berbagai alat reprduksi pada tumbuhan.
Kegunaan dari pelaksanaan Praktikum Biologi Umum PengamatanTumbuhan adalah agar dapat mengetahui struktur tumbuhan dan menbedakan dengan jelas tumbuhan dikotil dan monokotil dengan melihat perbedaan akar, batang dan daun.
1.2.4 Pengamatan Hewan
Tujuan dari Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah agar dapat mengetahui struktur morfologi, anatomi dan histology system organ hewan serta mampu menggambarkan morfologi katak, menjelaskan system pencernaan dan system reproduksi pada katak.
Kegunaan dari Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah agar dapat memberikan gambaran dan pengetahuan tentang bagaimana cara pembedahan katak untuk di amati sistem reproduksinya.
1.2.5 Memahami konsep hukum mendel
Tujuan dari Praktikum Biologi Umum Memahani Konsep Hukum Mendel adalah agar dapat memahami angka-angka perbandingan Hukum Mendel melalui hukum kebetulan.
Kegunaan dari Praktikiim Biologi umum Memahami Konsep Hukum mendel adalah untuk memberikan pemahaman tentang suatu peristiwa sifat yang diturunkan kepada anaknya melalui ilmu genetika.
1.2.6 Pengamatan Transipirasi Tumbuhan
Tujuan dari praktikum biologi tentang pengamatan transpirasi pada tumbuhan adalah untuk mengetahui proses transpirasi pada tumbuahan yang diamati
Kegunaan dari praktikum biologi umum tentang proses transpirasi adalah untuk mengetahui proses transpirasi pada tumbuhan.
1.2.7 Pengamatan Fotosintesis
Tujuan dari Praktikum Biologi Umum tentang Pengarnatan Fotosintesis adalah untuk membuktikan terbentuknya arnilum pada proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau.
Kegunaan dari Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah untuk mengetahui bahwa proses fotosintesis dapat berlangsung dengan tidak ada bantuan sinar matahari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengenalan dan pengunaan mikroskop
2.1.1. Sejarah Mikroskop.
Menurut sejarah, orang yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang bernama mikroskop ini adalah Zacharias Janssen. Janssen sendiri sehari-harinya adalah seorang yang kerjanya membuat kacamata. Dibantu oleh Hans Janssen mereka membuat Mikroskop pertama kali pada tahun 1590. Mikroskop pertama yang dibuat pada saat itu mampu melihat perbesaran objek hingga dari 150 kali dari ukuran asli.
Beberapa tahun kemudian Galileo menyelesaikan pembuatan Mikroskop pada tahun 1609 dan Mikroskop yang dibuatnya diberi nama yang sama dengan penemunya, yaitu Mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut Mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran objek. Hal ini di sebabkan oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Namun Mikroskop ini memiliki kelemahan, yaitu tidak bisa mengamati ukuran dibawah 200 nanometer (Prawirahartono, 1984).
Setelah itu seorang berkebangsaan belanda bernama Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723) terus mengembangkan pembesaran Mikroskopis. Antony Van Leeuwenhoek sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikan ia salah seorang penemu Mikrobiologi. Leewenhoek menggunakan Mikroskopnya yang sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan Mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan menumpuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 Mikroskop yang mampu memperbesar 200-300 kali (Subowo, 1989).
Hingga saat ini, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan telah banyak jenis Mikroskop yang berhasil ditemukan dan tentunya lebih modern. Perbesaran yang dihasilkan pun jauh lebih besar dan ada pula yang dapat dianalisis melalui komputer. Adapun jenis-jenis Mikroskop yang berkembang saat ini adalah Mikroskop Elektron. Mikroskop elektron pertama di desain oleh Knoll dan Ruska di Jerman pada tahun 1932. Pada Mikroskop ini, pancaran elektron digunakan untuk mengungkap objek yang lebih kecil dari 2000 amstrong, di mana objek sekecil ini tidak mungkin dilihat oleh Mikroskop cahaya. Elektron yang dilepas dari filamen metal yang dipanaskan di tempatkan pada ruang hampa di kumpulkan dan di fokuskan pada objek melalui lensa kondenser elektromagnetik. Setelah elektron di lewatkan pada objek, mereka di kumpulkan lagi oleh kumparan elektromagnet yang berfungsi sebagai lensa objektif. Lensa ini menghasilkan citra yang diperbesar dari objek yang diterima oleh lensa elektromagnetik ketiga yang kemudian, berlaku sebagai lensa okuler atau lensa proyeksi. Citra akhir kemudian dapat divisualisasi pada layar fluoresdent atau dapat direkam pada pelat fotografis (Subowo, 1989).
2.1.2. Jenis – jenis Mikroskop.
a. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada ke dua ujung tabung Mikroskop. Lensa okuler pada Mikroskop bias membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler). Pada ujung bawah Mikroskop terdapat dudukan lensa objektif yang biasa di pasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung Mikroskop terdapat meja Mikroskop yang merupakan tempat preparat
Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa Mikroskop yang lain. Pada Mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan oleh suatu cermin datar atau pun cekung yang terdapat di bawah kondensor. Cermin in akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada Mikroskop modern sudah di lengkapai lampu sebagai pengganti cahaya matahari.
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah. Lensa okuler, merupakan lensa Mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfugsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-25 kali. Lensa kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada objek yang akan di fokus, sehinga pengaturannya tepat akan di peroleh daya pisah maksimal, dua benda menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah Mikroskop kurang baik. Mikroskop ini mampu mencapai perbesaran maksimal 1000 kali.
b. Mikroskop Elektron
Adalah sebuah Mikroskop yang mampu melakuakan pembesaran objek sampai dua juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada Mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro magnetik yang lebih pendek dibandingkan Mikroskop cahaya.
Jenis - jenis Mikroskop elektron : a)Mikroskop transmisi elektron (TEM) adalah sebuah Mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide di mana elektron di tembuskan ke dalam objek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar ; b)Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM) adalah merupakan salah satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari Mikroskop transmisi elektron (TEM). Pada sistem STEM ini, elektron menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan memindai objek menggunakan pola pemindaian di mana objek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik (dots)yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh CRT pada televisi dan monitor; c)Mikroskop pemindai elektron, Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang di gunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi; d)Mikroskop pemindai lingkungan elektron (ESEM) Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari SEM, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Environmental SEM (ESEM) yang di kembangkan guna mengatasi objek pengamatan yang tidak memenuhi syarat sebagai objek TEM maupun SEM, Objek yang tidak memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah bahan alami yang ingin diamati secara detil tanpa merusak atau menambah perlakuan yang tidak perlu terhadap objek yang apabila menggunakat alat SEM konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal tersebut bisa terlaksana; e)Mikroskop refleksi elektron (REM) adalah Mikroskop elektron yang memiliki cara kerja yang serupa sebagaimana halnya dengan cara kerja TEM namun sistem ini menggunakan deteksi pantulan elektron pada permukaan objek. Tehnik ini secara khusus digunakan dengan menggabungkannya dengan tehnik Refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection High Energy Electron Diffraction) dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-energy loss spectrum – RHELS).
c. Mikroskop Stereo
Benda yang diamati dengan Mikroskop ini dapat di lihat secara 3 dimensi. Komponen utama Mikroskop stereo hampir sama dengan Mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa objektif. Beberapa perbedaan dengan Mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa Mikroskop stereo jauh lebih tinggi di bandingkan dengan Mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga objek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasannya 3 kali, sehingga perbesaran objek total minimal 30 kali.
Pada bagian bawah Mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa objektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengaturan fokus objek terletak disamping tangkai Mikroskop, sedangkan pengaturan perbesaran terletak diatas pengatur fokos. Mikroskop stereo merupakan jenis Mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo memiliki perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan Mikroskop ini dapat dilihat secara 3 dimensi.
d. Mikroskop Ultraviolet
Suatu variasi dari Mikroskop cahaya biasa adalah Mikroskop ultraviolet. Karena cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya yang dapat dilihat, penggunaan cahaya ultraviolet untuk pecahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali lipat daripada Mikroskop biasa. Karena cahaya ultraviolet tak dapat di lihat oleh mata manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya photografi (Plate). Mikroskop ini menggunakan lensa kuasa, dan Mikroskop ini terlalu rumit serta mahal untuk dalam pekerjaan sehari-hari.
e. Mikroskop Pender (Flourenscence Microscope)
Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau Antigen (seperti bakteri, riketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam teknik ini protein Antibodi yang khas mula-mula di pisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi Antibodi-Antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akan terjadi apabila antigen yang di maksud ada dan di lihat oleh antibodi yang ditandai dengan pewarna pendar.
f. Mikroskop Medan-Gelap
Mikroskop Medan Gelap digunakan untuk mengamati bakteri hidup khususnya bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas daya Mikroskop majemuk. Mikroskop medan-Gelap berbeda dengan Mikroskop cahaya majemuk biasa hanya dalam hal adanya kondensor khusus yang dapat membentuk kerucut hampa bekas cahaya yang dapat di lihat. Bekas cahaya dari kerucut hampa ini di pantulkan dengan sudut yang lebih kecil dari bagian atas gelas preparat (Cromer, 1994).
g. Mikroskop Fase kontras
Cara ideal untuk mengamati benda hidup adalah dalam keadaan alamiahnya : tidak di beri warna dalam keadan hidup, namun pada galibnya fragma benda hidup yang mikroskopik (jaringan hewan atau bakteri) tembus cahaya sehingga pada masing-masing tincram tak akan teramati, kesulitan ini dapat di atasi dengan menggunakan Mikroskop fasekontras. Prinsip alat ini sangat rumit.
Apabila Mikroskop biasa digunakan untuk nukleus sel hidup yang tidak diwarnai dan tidak dapat di lihat, walaupun begitu karena nukleus dalam sel, mengubah sedikit hubungan cahaya yang melalui materi sekitar inti. Hubungan ini tidak dapat ditangkap oleh mata manusia yang di sebut fase. Namun suatu susunan filter dan diafragma pada Mikroskop fase kontras akan mengubah perbedaan fase ini menjadi perbedaan dalam terang yaitu daerah-daerah terang dan bayangan yang dapat di tangkap oleh mata, dengan demikian nukleus dan unsur lain yang sejauh ini tak dapat di lihat menjadi dapat dilihat (Cromer, 1994).
2.1.3. Bagian – bagian dan fungsi komponen Mikroskop
Lensa Okuler
Lensa Mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang di hasilkan oleh lensa objektif berkisar antara 4 hingga 25 kali (Cromer, 1994).
Tabung Mikroskop
Untuk mengatur keadaan fokus terhadap suatu objek, tabung ini dapat di naikkan dan di turunkan sesuai keadaan fokus yang di inginkan (Cromer,1994)
Tombol Pengatur Fokus Kasar
Tombol ini digunakan untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung Mikroskop turun atau naik dengan cepat (Cromer,1994)
Tombol Pengatur Fokus Halus
Tombol ini digunakan untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat, atau untuk mendapatkan fokus yang baik sehingga tabung Mikroskop turun atau naik dengan lambat (Cromer, 1994).
Revolvever
Revolvel digunakan untuk memilih lensa obyektif yang akan di gunakan sesuai kebutuhan objek yang akan di amati (Cromer,1994)
Lensa Objektif
Lensa objektif di gunakan untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan 40x (Cromer, 1994).
Lengan Mikroskop
Lengan Mikroskop di gunakan untuk pegangan saat membawa Mikroskop atau memindahkanya dari tempat yang satu ke tempat yang lain (Cromer, 1994).
Meja Preparat
Meja preparat di gunakan untuk meletakkan objek atau benda yang akan kita amati saat kita melakukan praktikum (Cromer, 1994)
Penjepit Objek Glass
Penjepit objek glass di gunakan untuk menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak bergeser sehinga objek dapat teramati dengan baik (Cromer, 1994)
Kondensor
Merupakan lensa tambahan yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk dalam Mikroskop (Cromer, 1994).
Diafragma
Berupa lubang - lubang yang ukurannya dari kecil sampai selebar lubang pada meja objek. Berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk Mikroskop. (Cromer, 1994)
Reflektor/Cermin
Untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam Mikroskop. Ada 2 jenis cermin, yaitu datar dan cekung. Bila sumber cahaya lemah, misalkan sinar lampu, di gunakan cermin cekung tetapi bila sumber cahaya kuat, misalnya sinar matahari yang menembus ruangan, gunakan cermin datar (Cromer, 1994).
Kaki Mikroskop
Kaki Mikroskop digunakan Untuk menjaga Mikroskop agar dapat berdiri dengan mantap di atas meja (Cromer, 1994).
2.1.4. Sifat lensa pada mikroskop.
Sifat lensa yang dimiliki mikroskop ádalah mampu memperbesar statu objek. Membentuk bayangan yang bersifat maya dan diperbesar. Mikroskop cahaya menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa objektif, kondensor dan okuler. Lensa objektif dan okuler terletak pada ke dua ujung tabung Mikroskop sedangkan penggunaan lensa okuler terletak pada Mikroskop biasa berbentuk lensa tunggal atau ganda. Pada ujung bawah Mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif yang biasa di pasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung Mikroskop terdapat meja Mikroskop yang merupakan tempat preparat (Cromer, 1994)
2.2. Pengamatan Sel
2.2.1. Pengertian Sel
Sel adalah suatu dasar kehidupan yang merupakan suatu satuan terkecil dari suatu mahluk hidup yang merupakan struktur dasar dari mahluk hidup tersebut. (kartasapoetra,1988) .Beberapa tokoh yang mengungkapkan teori tentang sel adalah unit struktural terkecil makhluk hidup (Schleiden & T. Schwann) ; sel adalah unit fungsional terkecil mahluk hidup (Max Schultze) ; sel adalah unit pertumbuhan terkecil mahluk hidup (Rudolf Virchow) ; d)unit hereditas terkecil makhluk hidup (Penemuan akhir abad XIX)
2.2.2. Sel hewan
Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan, tidak mempunyai bentuk yang tetap, tidak mempunyai dinding sel (cell wall), tidak mempunyai vakuola (vacuole), walaupun terkadang sel beberapa hewan uniseluler memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan), yang biasa di miliki hewan adalah vesikel atau [vesicle], mempunyai sentrosom (centrosome), memiliki lisosom (lysosome), nukleus lebih besar daripada vesikel (Prawiranata, 1992).
2.2.3. Sel tumbuhan
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel (cell wall) dari selulosa, mempunyai vakuola (vacuole) atau rongga sel yang besar, tidak Mempunyai sentrosom (centrosome), tidak memiliki lisosom (lysosome), nukleus lebih kecil dari pada vakuola.
2.2.4. Organel – organel sel
Membran Sel
Membran sel adalah bagian dari sel yang membatasi antara isi sel dan lingkungan luarnya. Membran Sel terdiri dari 2 lapisan yang tersusun atas lipoprotein. Mebran Sel juga bersifat semipermeabel yang artinya hanya dapat dimasukki oleh zat- zat tertentu, seperti air (Prawiranata, 1992)
Dinding Sel
Dinding sel hanya di jumpai pada tumbuhan. Dinding sel terletak diluar membran plasma bersifat kaku, dan tersusun atas polisakarida. Semula dinding sel dianggap sebagai sebuah struktur yang inert yang memberikan perlindungan dan penunjang pada sitoplasma yang berada di dalam dan inti sel (Prawiranata, 1992)
Sitoplasma (plasma sel)
Sitoplasma merupakan benda hidup yang terdpat di dalam sel, berbentuk cairan yang agak kental. Sitoplasma atau plasma sel adalah cairan yang berada dalam sel. Penyusun sitoplasma terdiri atas 90% cairan dan sekitar 0% padatan. Sitoplasma terdiri dari 3 lapisan yaitu : 1. lapisan aktoplasma meupakan lapisan paling luar dan berbatasan dengan dinding sel. 2. lapisan tonoplas lapisan plasma yang terletak agak dalam yang berbatasan dengan vakuola. 3. lapisan polioplasma lapisan yang terdapat diantara aktoplasma dan tonoplas, tampak butiran butiran kecil sehingga warnanya keruh (kartasapoetra,1988)
Inti Sel (Nukleus)
Inti Sel adalah bagian yang mengatur seluruh kegiatan sel. Inti sel terdiri dari, selaput inti (Karioteka), Nukleoplasma (Kariolimfa), Kromatin atau Kromosom, Nukleolus(anak inti). Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 yaitu, Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik (Kartasapoetra,1988)
Plastida
Plastida merupakan benda benda yang mempunyai organisasi khusus biasa berbentuk speris, oval atau berbentuk pita. Dikenal dua jenis plastida yaitu Lekoplas, Kloroplas. Pada kloroplas terdapat dua jenis zat yaitu: khlorofil dan karetenoid (Kartasapoetra,1988)
Badan Golgi
Pada tahun 1900 ahli sitologi Camillo golgi mengamati dan menggambar sebuah unit subselular yang terdiri dari sebuah jalinan benang. Peneliti lain juga banyak struktur yang sama dalam sel, dari banyak jaringan binatang dan menamakanya badan golgi. Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat di lihat dengan menggunakan Mikroskop cahaya biasa (Prawiranata, 1992)
Mitokondria
Ferey wissling berpendapat bahwa di dalam sitoplasma selain terdapat mitrosoma terdapat pula mitrokondria yang merupakan benda – benda yang hidup yang berupa butiran atau bagian benang yang halus. Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung (Kartasaputra, 1998)
Ribosom
Ribosom adalah partikel partikel RNA padat yang ukuranya sangat kecil. Struktur ini hanya dapat di lihat dengan Mikroskop elektron.
Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan.
Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma adalah organel yang memiliki struktur menyerupai kantung berlapis-lapis. Retikulum endoplasma merupakan organel yang dapat di temukan di seluruh sel hewan eukariotik.(Gabriel, 1988)
2.3. Pengamatan tumbuhan
2.3.1. Tumbuhan monokotil
Tumbuhan Monokotil adalah tumbuhan yang memiliki keping biji satu. Anggota tumbuhan yang termasuk klas Monocotyledoneae mencakup tumbuhan yang memiliki habitat herba, semak, perdu, atau pohon. Pada tumbuhan monokotil akar lembaga tidak tumbuh terus sehingga terjadi pertumbuhan akar serabut yang menyusun sistem akarnya. Batang dari pangkal ke ujung hampir sama besar dan tidak bercabang. Bulu - bulu dan ruas batang tampak jelas (Siti,1983).
Tumbuhan monokotil dikelompokan menjadi 5 suku yaitu suku Rumut - rumputan (Graminae), suku Pinang - pinangan (Palmae), suku Pisang -pisangan (Musaceae), suku Anggrek-angrekan (Orchidaceae), suku Jahe-jahean (Zingiberaceae) .(Siti,1983)
Ciri – ciri tumbuhan monokoti ; a)Tulang daun umumnya sejajar ; b) Batang tak berkambium ; c) Akar serabut ; d) Bagian-bagian bunga kelipatan 3 (Siti,1983)
2.3.2. Tumbuhan dikotil
Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan yang memiliki dua buah keping biji. Pada tumbuhan dikotil akar lembaga terus tumbuh dan membentuk akar tunggang. Akar tunggang akan memiliki cabang yang membentuk akar serabut, akar serabut ini berfungsi memperluas wilayah penyerapan unsur hara (Siti,1983)
Tumbuhan dikotil dikelaompokan menjadi 5 suku yaitu suku Jarak-jarakan (Euphorbiaceae), suku Polong-polongan (Leguminoceae), suku Terung-terungan (Solanaceae), suku Jambu-jambuan (Myrtaceae),suku Komposite (Compositae) (Siti,1983)
Ciri – ciri tumbuhan dikotil ; a)tulang daun beranekaragam ; b)batang berkambium ; c)akar tunggang ; d)bagian-bagian bunga kelipatan 2,4, atau 5 (Siti, 1983).
2.3.3. Organ – organ tumbuhan
Daun (folium)
Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umunya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Bagian batang tempat melekatnya daun di namakan buku – buku ( nodus) batang dan tepat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun disebut ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar kaya akan suatu zat warna hijau yang disebut klorofil. (Tjitrosoepomo,1989)
Daun lengkap memiliki bagian bagian seperti, pelepah daun (vagina), tangkai daun (patiolus), dan helai daun (lamina). Daun memiliki fungsi seperti, pengambilan zat – zat makanan (resorbsi) terutama yang berupa gas, pengolahan zat – zat makanan (asimilasi),pengupan air (transpirasi), dan pernafasan (repirasi) (Tjitrosoepomo,1989).
Batang (CAULIS)
Batang merupakan bagian tumbuhan yang penting dan mengingat tempat serta duduknya batang bagi tumbuh - tumbuhan ,maka batang dapat disamakan dengan sumbu tumbuh tumbuhan (Tjitrosoepomo,1989).
Pada umunya batang memilikisifar sifat sebagai berikut ; a)Umunya berbentuk panjang bulat seperti silinder ; b)Terdiri atas ruas ruas yang masing masing dibatasi atas buku buku; c)Tumbuhnya umumnya keatas atau mengikiti cahaya matahari; d)Selalu brtambah panjang di ujung; e)ada yang mengalami percabangan dan ada juga tidak (Tjitrosoepomo,1989).
Batang memiliki tugas untuk , mendukung bagian – bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, dengan percabangan memperluas daerah asimilasi, jalan pengangkut air dan zat – zat makanan dari bawah keatas,menjadi tempat penimbunan zat makanan (Tjitrosoepomo,1989).
Akar ( RADIX)
Akar adalah bagian pokok tumbuhan yang penting dan letaknya pada bagian bawah tanaman. (Tjitrosoepomo,1989) Akar biasanya mempunyai sifat – sifat sebagai berikut; a)Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasa terdapat didalam tanahdengan arah kepusat bumi (geotrop) atau menuju ke air(hidrotrop); b)Tidak berbuku buku; c)Warnanya tidak hijau biasanya keputih putihan atua kekuninn kuningan; d)Terus tumbuh pada ujung; d)Bentuknya seringkali meruncing sehingga mudah menembus tanah (Tjitrosoepomo,1989).
Akar mmemiliki fungís sebagai, memperkuat persediaan makanan. Menyerap air dan zat zat makanan yang terlarut didalam air. Mengangkut zazt makanan tadi ketempat yang membutuhkan. Kadang kadang sebagai tempat menimbun makanan (Tjitrosoepomo,1989).
Pada umunya akar dibeda bedakan menurut bagian bagian berikut ; a)Pangkal akar(collom) dalah bagian akar yang bersambung dengan batang; b)Ujung akar(apex radicis) adalah bagaian akar yang paling muda; c)Batang akar(corpus radicis) bagian akar yang terletak antara leher dan bagian ujung; d)Cabang cabang akar(radix leteralis) adalah bagian akar yang tidak langsung tersambung dengan pangkal batang; e)Serabut akar (fibrilla radicalis)cabang cabang akar yang halua halus berbentuk serabut; d)Bulu bulu akar (pilus radicalis bagian akar yang merupakan penonjolansel sel kulit luar pada akar; f)tundung akar (calyptra) adalah bagian akar yang paling ujung yang berfunsi melinduni bagian ujung akar yang lemah (Siti,1983).
Bunga(Flos)
Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya telah dihasikan suatu alatyang nanti dapat utmbuh menjadi tumbuhan baru. Alat yang dimaksut dinamakan alat perkembang biakan yang biasa digolongkan menjadi dua golongan, yang bersifat fegetatif dangeneretif (Tjitrosoepomo,1989).
Alat pertumbuhan generatif berbeda beda pada setiap tumbuhan. Sedangkan pada tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazim merupakan bagian yang dikenal dengan bunga. Oleh karna itu suatu tumbuhan berbiji jika tiba waktunya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagiaan bagian setelah terjadi peris tiwa penyerbukan dan pembuahan akan menghasilkan bagian ntumbuhan yang kita sebut biji (Tjitrosoepomo,1989).
Bagian bagian dari bunga; a)Tangkai bunga(Pedicellus) adalah bagian bunga yang masih jekas bersifat batang, padanya masih sering ditemukan daun daun peralihan; b)Dasar bunga(Receptaculum) adalah ujung tangkai yang sering sekali melebar, dengan ruas ruas yang sangat pendek, sehinga daun yang telah mengalami metemorfosis menjadi bagian bagian bunga yang duduk amat rapat; c)Hiasan bunga ( Perianthium) adalahbagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang tampak berupa lembaran dengan tulang dauan atau urat urat daun masih jelas terlihat. Hiasan buma terdiri atas dua yaitu kelopak dan tajuk bunga tau mahkota; d)Alat kelamin dalah alat yang membuat bung adapat menghasilkan biji. Alat kelami dibagi manjadi dua yaitu alat kelamin jantan (androecium) dan alat kelamin betina (Gynaecium) (Siti,1983).
Melihat kelengkapan yang terdapat pada bunga maka bunga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :bunga lengkap dan bunga tidak lengkap (Tjitrosoepomo,1989).
Bunga lengkap adalah bunga yang memiliki seluruh kelengkapan bunga. Kelengkapan bunga itu adalah hiasan bunga, dan alat kelamin. Contoh bunga sempurna bunga kembang sepatu. Bunga tidak lengkap dalah bunga yang salah satu atau lebih tidak memiliki hiasan bunga atau alat kelamin . contoh buna tidak sempurna adalah bunga rambutan (Tjitrosoepomo,1989).
Berdasrkan kepemilikan elat kelamin jatan dan betina bunga dibedakan menjadi bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna adalah bunga – bunga yang memiliki dua alat kelamin dalam satu bunga . cotohnya adalah bunga Kembang sepatu. Bunga tidak sempurna adalah bunga yang tidak memiliki salah satu alat kelamin atau bahkan tidak memiliki alat kelamin. Contohnya bunga pinggir ( bunga pita) (Tjitrosoepomo,1989).
2.4.4. Reproduksi tumbuhan.
Reproduksi vegetatif
Reproduksi vegetatif adalah perkembang biakan tumbuhan yang dilakukan tampa terjadinya pekawinanan. Reproduksi vegetatif terbagi menjadi reproduksi vegetatif alami dan reproduksi vegetatif buatan. Reproduksi vegetatif alami adalah perkembang biakan tumbuhan yang terjadi tampa ada campur tangan dari manusia. Sedangkan reproduksi vegetatif buatan adalah perkembang biakan tumbuhan tanpa kawin yang melalui bantuan manusia (Siti,1983).
Contoh Reproduksi vegetatif alami antara lain ;a) Tunas adventif adalah tunas yang timbul pada akar atau daun tumbuhan yang kemudian menjadi tumbuhan baru ; b)Rizoma adalah batang yang tumbuh secara horizontal di dalam tanah ; c) Gragih adalah batang yang berbuku dan tumbuh di permukaan tanah ; d)Umbi lapis adalah pelepah daun yang tersusun pada batang dengan ruas –ruas yang rapat yang menyimpan cadangan makanan dan pada setiap lapisan terdapat calon tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru ;e) Umbi akar adalah akar yang menggabung dan bayak terdapat cadangan makanan dan memiliki pangkal batang yang bertunas.
Cara reproduksi fegetatif buatan antara lain ; a)Mencangkok adalah metode perbanyakan tanaman dengan cara merangsang perakaran pada cabang tanaman pohon sehingga bisa menjadi tumbuhan baru ; b)Stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan akar dari pucuk atau potongan batang sehingga menjadi tanaman baru ; c)Menyambung merupakan perbanyakana tanaman dengan cara menyambung pucuk dari tanaman induk ketanaman lain ; d)Okulasi adalah mengabungkan bagian tumbuh dari dua tanaman sejenis yang berbeda sifat ; e)Merunduk merupakan perbanyakan dengan cara membengkokan tanaman atau ranting ke tanah (Siti,1983).
Reproduksi generatif
Bunga merupakan organ yang nantinya akan menjadi buah dan didalam buah akan terdapat biji ,dan didalam biji inilah terdapat calon tumbuhan yang disebut lembaga (Tjitrosoepomo,1989).
Bunga yang telah siap untuk melakukan atau mengalami peristiwa penyerbukan, kepala sarinya pecah atau membuka dan kelurlah serbuk sari. Serbuk sari yang sampai kepada kepala putik yang cocok dan terjadilah penyerbukan. Setelah itu serbuk sari akan berkecambah, terjadi buluh serbuk sari yang akan tumbuh menuju bakal biji.selama pertumbuhan ini inti serbuk sari membelah menjadi dua yaitu inti vegetatif dan inti generatif lalu membelah lagi menjadi inti sperma.setelah sampai pada liang bakal buah inti vegetatif lenyap (Tjitrosoepomo,1989).
Kemudian sperma dapat menuju ke kantung lembaga, sperma itu dalam kantung lembaga membelah tiga kali secara berturut – turut sehingga terdapat 8 inti dari 8 inti ini 3 menuju ke tempat yang berhadapan dengan liang bakal biji, tiga lainya menuju kantung lembaga, dua lagi menuju tengah kantung lembaga.dari dua serbuk sari tadi yang satunnya kawin dengan sel telur hasil perkawinan inilah yang akan menjadi lembaga dan peristiwa ini disebut pembuahan. Sedangkan inti – inti generatif yang kedua akan kawin dengan inti lembaga sekunder yang nantinya akan membentuk jaringan tempat penyimpanan makanan untuk lembaga. Dan inilah yang dinamakan pembuahan ganda (Siti,1983).
Jika persarian yang diikuti pembuahan berhasil biasanya bakal buah akan tumbuh menjadi buah sedangkan bakal biji akan tumbuh menjadi biji. Kemudian bagiaan – bagian bunga lain akan layu dan gugur (Siti,1983).
2.4. Pengamatan hewan
2.4.1. Klasifikasi katak (Taksonomi anpibi)
Sistem klasifikasi pada katak Hijau (Rana cancrivora) sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora (Soepomo, 1976).
2.4.2. Hewan berdarah dingin.
Hewan berdarah dingin (Poikiloterm) adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu tempat) bila suhu lingkungan rendah (Soepomo, 1976).
Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut (Soepomo, 1976).
2.4.3. Hewan berdarah panas.
Hewan homoiterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh hewan ini relatif konstan, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya. Hal ini karena darah bersih dan darah kotor pada hewan ini sudah tidak bercampur lagi karena katup pada jantungnya sudah sempurna
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang di pengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi di bandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan (Soepomo, 1976)
2.4.4. Sistem pencernaan hewan.
Menurut Tjitrosoeputro (1987), dalam melakukan pencernaan amphibi mempunyai alat-alat seperti, mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan yang berakhir pada kloaka. Pencernaan pada katak yang meliputi, esofagus, kemudian lambung, pancreas, dan kemudian menuju usus halus, duodenum (usus 12 jari), dan selanjutnya usus besar, limpa kloaka dan yang terakhir pada kantong kemih (Taryono, 1995).
Pada hewan amphibi, kloaka mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai alat pengeluaran (sekresi), sebagai alat reproduksi (seksual), dan juga sebagai pengeluaran urine. Sehingga tidak dapat dikatakan sebagai anus seperti halnya pada manusia. Olehnya itu alat pengeluarannya disebut kloaka sebab mempunyai banyak fungsi (Soepomo, 1976).
2.4.5. Sistem reproduksi hewan.
Sistem Reproduksi Katak Jantan
Pada mammalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil seperti cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedang pada bangsa unggas misalnya : bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka (Tenzer,2003).
Sistem Reproduksi pada Katak Betina
Pada katak betina terdapat sepasang ovarium yang berfungsi sebagai tempat pembuahan dan penghasil ovari. Dalam melakukan reproduksi katak melakukan pembuahan diluar tubuh, sehingga bila ingin bertelur, katak tersebut menuju dalam air dan bertelur (Soepomo, 1976)
2.5. Memahami konsep hokum Mendel.
2.5.1. Hukum Mendel.
Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu; tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan (Wildan, 1991)
Dari hasil percobaanya, Mendel menyusun hipotesis. Hipotesis tersebut untuk menjelasakan peristiwa persilangan. Hipotesis yang dikemukakan oleh Mendel adalah sebagai berikut.
Setiap sifat organisme dikendalikan oleh sepasang factor keturunan yang sekarang disebut gen. Satu dari induk jantan dan satu dari induk betina.
a. Setiap pasang factor keturunan menunjukan bentuk alternative sesamanya, misalnya tinggi atau pendek, bulat atau keriput, asam atau manis. Kedua bentuk alternative itu disebut alel.
b. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama, factor dominant akan menutup factor resesif.
c. Pada saat pembentukan sel kelamin, pasangan factor ketureunan memisah. Setiap gamet akan menerima salah satu fajtor dari pasangan itu. Pada proses pembuahan factor-faktor itu akan berpasangt-pasangan secara acak.
d. Individu galur murni memiliki dua alel yang sama, alal dominant disimbolakan dengan huruf besar, sedangakan alel resesif disimbolkan dengan huruf kecil. Misalnya, TT untuk pasangan alel tinggi domonan dan tt untuk pendek resesif.
Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Yang kemudian menjadi Hukum mendel I dan hukum mendel II.
Hukum mendel I
Hukum mendel I menyatakan bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari) dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut plasma pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciri-ciri yang akan muncul pada keturunan. Atau yang disebut dengan Hukum segregasi atau hokum pemisahan alel-alel dari sati gen yang berpasangan. Dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan – pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan denagn satu sifat benda (monohybrid.
Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk "jenis murni" dengan ciri dominan memunyai sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada keturunannya. Induk "jenis murni" dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh karenanya, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan tumbuhan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan dengan ciri terpendam.
Hukum mendel II
Hukum II Mendel (hukum pengelompokan gen secara bebas atau asortasi). Dalam peristiwa pembentukan gamet , alel membutuhkan kombinasi secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam keturunanya beranmeka ragam. Hukum ini berlaku dengan persilangan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih.
Penelitian Mendel dengan dua ciri sekaligus, yakni bentuk benih (bundar atau keriput) dan warna benih (kuning atau hijau). Dia menyilang tumbuhan yang selalu menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam tidak muncul dalam keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama memunyai benih kuning bundar. Namun, tumbuhan generasi kedua mempunyai empat macam benih yang berbeda, yakni bundar dan kuning, bundar dan hijau, keriput dan kuning, dan keriput dan hijau. Keempat macam ini dibagi dalam perbandingan 9:3:3:1. Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Perbandingan yang sama muncul lagi. Perbandingan 9:3:3:1 menunjukkan bahwa kedua ciri tidak saling tergantung, sebab perbandingan 3:1 untuk satu ciri bertahan dalam setiap subkelompok ciri yang lain, dan sebaliknya. Hasil ini disebut Hukum Mendel Kedua -- Hukum Ragam Bebas (Wildan, 1991)
2.5.2. Sifat Dominan dan Resesif.
Sifat Dominan
Dalam pewarisan keturunan gen, atau Informasi genetik selalu ada dan mewariskan ciri tertentu tertentu yang tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Gen yang lebih kuat ini disebut gen dominan.
Gen dominan adalah gen yang lebih menentukan sifat suatu organisme atau biasa disebut sifat yang lebih kuat sehingga muncul pada tampilan luarnya atau Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan sifat pasanganya serta gen yang memperlihatkan bentuknya secara utuh tanpa dipengaruhi oleh modifikasi alelnya.
Sifat resesif
Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi kemudian, bila ciri dominan tidak ada, ciri terpendam itu akan muncul lagi ( gen resesif).
Gen resesif adalah gen yang dikalahkan,kurang berpengaruh atau tertutupi dalam penentuan tampilan luar, serta sifat yang tidak muncul (teresembunyi) pada keturunanya Karena dikalahkan oleh sifat pasanganya (Triastono, 2002).
2.5.3. Sifat intermedit
Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya disebut sifat resesif.
Misalnya bunga mawar merah disilangkan dengan bunga mawar putih, dan menghasilkan keturunan bunga mawar merah. Induk/ Parental: Bunga mawar merah > < Bunga mawar putih Keturunan/ Filial: Bunga mawar merah Warna merah bersifat dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif (alel warna merah dominan terhadap alel warna putih). Warna merah yang bersifat dominan dibandingkan dengan warna putih, maka menyebabkan semua bunga mawar pada keturunan pertama atau filial ke-1 (F1) akan berwarna merah. Apabila dalam suatu persilangan, sifat yang muncul merupakan campuran dari kedua induknya,maka sifat tersebut disebut sifat intermediet (dominan parsial). Misalnya persilangan antara ikan Koi warna merah dan ikan Koi warna putih menghasilkan Filial 1 yang semuanya ikan Koi berwarna merah muda. Warna merah muda tersebut merupakan sifat intermediet. Induk/ Parental: Ikan Koi merah > < Ikan Koi putih Keturunan/ Filial 1: Ikan Koi merah muda (Soekardi,1993). 2.6. Pengamatan traspirasi. 2.6.1. Pengertian traspirasi. Transpirasi itu suatu suatu akibat yang tidak dapat dielakan. Luasnya permukaan daun mengakibatkan suatu kondisi yang menyebapkan penguapan mesti terjadi. Pada tanaman transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang membawa garam garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat dalam hubungan pengunaan sinar matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagian dari sinar matahari yang memancar digunakan utuk penguapan. Hal ini juga mempengaruhi bertambah cepatnya laju transpirasi (Dwijoseputro,1980). Laju transpirasi ialah laju kehilangan air dari tumbuhan yang dihitung dalam satuan waktu. Laju hilangnya air dalam tumbuhan sangat beragam dipengaruhi siang hari, musim, struktur daun dan beberapa faktor lingkungan yang lain.laju kehilangn air pad abeberapa tumbuhan bunga pada tengah hari rata rata sekitar 1,25 gram air per 100 cm persegi luasa daun setiap jam. Batang tanaman jagung bisa mentraspirasi lebih dari setengah liter air sehari dan satu acre tanaman jagung akan mentranspirasi lebih dari 300.000 selama masa tubuhnya. Hal tersebut menunjukan bahwa adanya perbedaan kecepatan taranspirasi pada tumbuhan. Yang mempengaruhi Laju transpirasi dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam (Siti,1983). 2.6.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju transpirasi. • Faktor luar (lingkungan) Faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi laju transpirasi ialah suhu, kelembaban udara, cahaya, angin dan kelembaban udara (Siti,1983). a. kelembaban udara . Bila daun mempunyai kandungan air yang cukupdan stomata terbuka maka laju traspirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air didalam rongga ronga antar sel daun dengan konsentrasi molekul uap air udara disekitar daun. semakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi semakin lambat. Pada saat udara lembab transpirasi akan terganggu, sehingga tumbuhan akan melakukan gutasi (Siti,1983). b. Suhu Suhu daun yang terlindung dari sinar matahari langsung kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 10 – 20 derajat farenheit daripada suhu udara. Kenaikan suhu cenderung untuk meningkatkan penguapan air pada tumbuhan dimana semakin tinggi suhu maka transpirasi semakin cepat (Siti,1983). c. Intensitas cahaya Sehelai daun yang terkena cahaya matahari langsung akan mengabsorsi energi radiasi. Hanya sebagian kecil saja dari energi itu yang digunakan untuk fotosntesis , selebihnya diubah menjadi energi panas. Sebagian dari energi panas itu dilepas pada lingkungan dan sebagian lagi meninkatkan suhu daun nlebih tingi dari suhu udara di sekitar daunhal ini mengakibatkan laju traspirasi bertambah cepat. Cahaya juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yang berakibat turut andil mempercepat traspirasi (Siti,1983). d. Angin Angin memiliki pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap transpirasi.angin yang bergerak melalui permukaan daun akan menyapu setiap lapisan uap air yang terkumpul dekat permukaan daun sebagai akibat transpirasi. Dengan demikian angin mempengaruhi kelembaban udara yang ada disekitar daun sehinga menurunkan uap yang kembali kedalam daun akan tetapi jika daun terkena cahya matahari langsung daun tersebut akan meningkat suhunya. Dalam keadaan tersebut, angin akan mendinginkan daun yang dipanasi dengan pengaliran molekul udara yang mengenainya (Siti,1983). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung meningkatkan laju transpirasi baik terkena sinar matahari maupun didalam naungan melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, dibawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, mempengaruhi penurunan laju transpirasi, yang cenderung lebih penting terhadap pengaruhnya dalam pengeringan uap(Siti,1983). e. Kandungan air tanah Transpirasi dapat dipengaruhi oleh Kandungan air tanah dan laju absorsi air dari akar. Pada siang hari, air ditranspirasi dengan laju lebih cepat dari pada penyerapan air tanah. Kejadian tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pengaruh defisit air dalam daun akan menurunkan laju transpirasi (Siti,1983). • Faktor dalam. Faktor dalam terpenting yang mempengaruhi laju transpirasi ialah luas daun, tebal tipisnya daun, adanya lapisan lilin,dan jumlah stomta (Anonim, 2007) . a. Luas daun b. Luas permukaan daun mempengaruhi transpirasi karena sebagian besar penguapan air terjadi di daun semakin lebat atau semakin banyak daun yang dimiliki tumbuhan akan memperluas permuaan daun yang dimiliki tanaman, hal ini mengakibatkan penguapan lebih cepat terjadi (Anonimous, 2007). c. Tebal tipisnya daun Transpirasi dapat dipengaruhi oleh ketebalan daun, semakin tebal daun semakin sulit penguapan terjadi didaun. Ini karena daun yang tebal akan menyulitkan kenaikan suhu daun yang mengakibatkan berkurangnya kecepatan transpirasi (Anonimous, 2007). d. Adanya lapisan lilin Pada tumbuhan yang tinggal di daerah panas umunya memiliki lapisan lilin yang melindungi tumbuhan. Lapisan ini seperti yang dimiliki kaktus berfungsi mencegah kehilangan air dari proses penguapan (Anonimous, 2007). e. Jumlah stomata Stomata mempengaruhi kehilangan air karna transpirasi. Semakin banyak stomata pada daun laju transpirasi cenderung tinggi. Tetapi pada batasan tertentu atau saat daun kehilangan air yang cukup besar stomata akan menutup dan mengurangi laju transpirasi (Anonimous, 2007) . 2.7. Pengamatan fotosintesis 2.7.1. Pengertian Fotosintesis Salah satu sifat fisiologis yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan, ialah kemampuan menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organic serta diasimilasikan didalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada cahaya, dan proses asimilasi zat karbón dimana zat – zat anorganik H2O da CO2 oleh klorofil diubah menjadi zat organik dengan pertolongan sinar matahari (Dwijoseputro,1980) . Jadi fotosintesis adalah proses pembentukan bahan makanan (glukosa) dengan bantuan sinar matahari yang berbahan baku karbon dioksida dan air. Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan ganggang hijau yang bersifat autotrof. Artinya, keduanya mampu menangkap energi matahari untuk menyintesis molekul-molekul organik kaya energi dari prekursor anorganik H2O dan CO2 (Siti,1983) . Proses fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastida yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang mengandung kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman, yaitu sel-sel jaringan tiang (palisade) dan sel-sel jaringan bunga karang (spons). Klorofil dapat di bedakan menjadi. (Dwijoseputro,1980) . Klorofil a merupakan pigmen hijau rumput (grass green pigment) yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan. Klorofil a ini sangat berperan dalam reaksi gelap fotosintesis yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya, Klorofil b merupakan pigmen hijau kebiruan yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Klorofil b banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang hijau, dan beberapa bakteri autotrof. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). • Reaksi terang Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foto oleh pigmen sebagai antena.Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan di pantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi (Triasmono,1996). Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat (Triasmono,1996) . Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen (Dwijoseputro,1980). Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH Reaksi gelap (Dwijoseputro,1980). ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya) (Dwijoseputro,1980). 2.7.2. Percobaan Sachs. Gustav Julius von Sachs adalah seorang ahli botani Jerman bernama Julius von Sachs Pada tahun 1860, berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum (zat tepung). Adanya zat tepung ini dapat dibuktikan dengan uji yodium, amilum dan yodium memberikan warna hitam. Amilum hanya terdapat pada bagian – bagian daun yang hijau dan terkena sinar matahari sebaliknya bagian – bagian daun yang tertutup sepanjang hari tidak mengandung amilum. sehingga percobaan Sachs ini juga disebut uji yodium (Dwijoseputro,1980). Dari hal tersebut Sachs, membuktikan bahwa fotosintesis; a)Memerlukan cahaya; b)Memerlukan klorofil (tumbuhan hijau); c)Menghasilkan amilum yang diuji dengan larutan iodium. 2.7.3. Larutan indicator Larutan indicator biasa digunakan dalam percobaan Sachs. Larutan ini juga biasa digunakan dalam pengamatan proses terjadinya fotisintesis yang berguna untuk mengetahui perubahan warna dari daun setelah mendapatkan perlakuan (Amien, 1997). III METODE PRAKTEK. 3.1 Pengenalan dan penggunakan mikroskop. 3.1.1 Tempat dan Waktu Praktek Biologi Umum tentang Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop dilakukan pada hari Jumat tanggal 29 Oktober 2010 mulai pukul 14.00 - selesai WITA di Laboratorium Unggas dan Ternak Universitas Tadulako Palu. 3.1.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah mikroskop, gelas objek, cutter, kaca preparat dan pipet tetes. Bahan-bahan yang digunakan adalah potongan kertas yang bertulis huruf "d" berukuran kecil dan butir-butir pati kentang. 3.1.3 Cara Kerja Mikroskop berguna untuk melakukan sesuatu sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan, lalu preparat basah disiapkan dengan ditetesi medium air dan usahakan tidak ada gelembung udara diatas objek. Kemudian preparat yang sudah disediakan diamati dibawah mikroskop. Terakhir besarnya objek diatur sehingga mendapatkan bayangan sejelas mungkin.Potongan huruf "d" yang telah dibuat sekecil mungkin dan ditetakkan pada gelas objek, lalu ditutup dengan gelas penutup.langkah kedua bentuk bayangan yang diambil dibandingkan dengan bentuk objek yang diamati dengan cara digambar. Preparat di geser ke kiri dan ke kanan sambil lensa okuler di pasang, lalu lensa objektif diputar sehingga objektif kuat berada di bawah okuler. Dengan penggantian objektif lemah ke objek kuat, diamati terjadi tidaknya bidang pandang lalu diamati pula perubahan kedudukan bayangan jika terjadi penggantian objektif. Mengamati tentang kentang ditalakukankan dengan cara kentang dikerik hingga cairannya keluar. Cairan tersebut diteteskan pada gelas objek namun diusahakan tidak ada gelembung udara diatas objek. Caranya yaitu gelas penutup dipegang pada posisi 450 terhadap gelas objek, sentuhlah tepi bawahnya pada perrrukaan tetesan air dan perlahan-latranre bahkan sehingga gelas penutup terletak diatas gelas objek. Jika masih ada gelembung udara di ulangi lagi sampai berhasil dan diafragma mikroskop diatur agar butir pati kelihatan kontras terhadap air disekelilingnya dan digambar di buku garnbar yang telah disediakan. 3.2 Pengamatan Sel 3.2.1 Tempat dan Waktu Praktikum Biologi mengenai pengamatan sel dilaksanakan di Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Pada hari Jumat, 05 November 2010, mulai pukul 14.00 – Selesai. 3.2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, kaca obyek, kaca penutup, pipet tetes, cutter, pinset, tusuk gigi, jarum pentul Bahan yang digunakan pada saat praktikum ini adalah telur, sirup, Ephitalium mucosa, umbi lapis bawang merah (Allium ascalonicum), Empelur batang ubi kayu (Manihot esculenta), cuka, metilan blue, dan air jerami. 3.2.3 Cara Kerja Untuk pengamatan struktur sel lapisan bawang merah dipotong dan lapisan siung yang berdaging diambil. Dengan menggunakan pinset, epidermis yang tipis diambil secara perlahan-lahan. Potong kecil epidermis itu diletakkan diatas gelas obyek dan ditutup dengan gelas penutup dibawah mikroskop epidermis itu diamati dengan pembesaran 10x dan gambar bentuk selnya. Pada pengamatan empulur batang ubi kayu, pertama-tama praktikan menyediakan empulur ubi kayu yang telah diiris sekecil mungkin. Lalu diletakan pada gelas objek. Kemudian beri1 atau 2 tetes aquades dan tutup dengan gelas penutup kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x dan digambar hasil pengamatan pada buku gambar. Pengamatan ephitelium rongga mulut, pertarna-tama epitel yang terdapat dibagian dalam dinding pipi dikeruk dengan menggunakan ujung tusuk gigi.Kemudian diletakkan pada gelas objek dan diteteskan I atau 2 aquades kemudian diamati dibawah milroskop dengan pembesaran 10x dan stnrktur sel yang terlihat digambar di buku gambar. Pada pengamatan permeabilitas membran sel, pertama-tama menyediakan telur, cuka sirup, pita ukur dan toples beserta penutupnya. Selanjutnya telur yang akan diamati dan diukur diameternya juga diperhatikan bentuknya.Lalu telur yang telah diamati dimasukkan ke dalam toples yang berisi air cuka sampai telurnya melayang. Kemudian selanjutnya biarkn selama 72 jam dengan interval 24 jam harus diukur kembali diameter dan bentuk telurnya. Setelah selesai, ganti larutan cuka dengan larutan sirup dan ulang proses yang sama seperti larutan cuka. 3.3 pengamatan tumbuhan 3.3.1 Tempat dan Waktu Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium tehnologi benih Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, pada hari Jumat tanggal 12 November 2010 mulai pukul 14.00 sampai selesai. 3.3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah mikroskop, gelas objek dan gelas penutup. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Tumbuhan adalah bunga kembang sepatu (hibiscus rosa chinensis) bunga kamboja (Plumeria acuminata), mangga (Mangifera indica), jagung (zea mays) kecambah kacang hijau (Phoseolus radlatus) dan stek ubi kayu (Manihot esculenta). 3.3.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Tumbuhan adalah mengambil masing-masing satu jenis tumbuhan yang mewakili tumbuhan dikotil dan monokotil yaitu bibit mangga dan jagung. Kemudian mengamati morfologi akar, batang dan daun pada tumbuhan tersebut, selanjutnya menggambarkan ketiga organ tersebut pada buku gambar. Pada pengamatan perkecambahan dimulai dengan mengambil kacang hijau yang telah menjadi kecambah. Kemudian mengamati bagian-bagian kecambah tersebut dan menggambarnya pada buku gambar. Selanjutnya mengambil stek batang ubi kayu dan mengamati bagian-bagiannya kemudian menggambarnya pada buku gambar. Pada pengamatan alat reproduksi tumbuhan, mengambil bunga yaitu bunga kembang sepatu bunga kamboja dan bunga mawar, kemudian mengamati bagian-bagian bunga tersebut beserta dengan alat reproduksinya dan menggambarnya pada buku gambar. Selanjuhya memotong bagian bakal buahnya secara membujur dan mengamatinya dengan menggunakan kaca pembesar (Lup) serta menggambarnya pada buku gambar. Setelah mengamati morfologi tumbuhan, kemudian mengamati bagian anatomi dari tumbuhan tersebut. Pada pengamatan anatomi tumbuhan tersebut, mula-mula membuat irisan melintang pada akar, batang dan daun, setelah itu meletakannya pada Kaca objek lalu ditetesi air sebanyak dua tetes dan ditutup perlahan-lahan.Kemudian Mengamatinya pada mikroskop dengan perbesaran 10 kali dan menggambarnya pada buku gambar 3.4 pengamatan hewan 3.4.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 November 2010 mulai pukul 14:00 sampai selesai di Laboratorium Agroindustri, Fakultas pertanian Universitas Tadulako Palu. 3.4.2 Alat dan Bahan Alat digunakan dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah pinset, toples, papan bedah, jarum pentul, pisau bedah( silet) dan masker .Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah katak sawah (Rana cancrivora) dan alcohol 70 %. .3.4.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi Umum Pengamatan Hewan adalah mengambil seekor katak sawah, kemudian memasukkannya kedalam toples yang berisi alcohol 70% lalu membiarkannya beberapa saat sampai katak tersebut pingsan. Setelah katak tersebut pingsan, kemudian meletakkannya di atas papan bedah dalam keadaan tertelungkup lalu mengarnati morfologinya dan menggambar serta member keterangan ekstremitas anterior dan ekstremitas posterior. Selanjutnya melakukan pembedahan secara hati-hati pada bagian perut yang dimulai dari bagian yang sejajar dengan kloaka lurus sampai pada bagian kaki, selanjutnya membelah tegak lurus yang sejajar dengan kloaka sampai dengan bagian lengan (tulang yang keras) dan membelah lurus agar terlihat jelas. Kemudian menarik lambung katak sampai pada kerongkongan dan mengiris bagian tersebut, selanjutnya mengamati bagian system pencernaan dan menggambarnya pada kertas gambar dengan keteranganya. Setelah mengamati system pencernaan pada katak kemudian mengamati dan menggambar system reproduksi katak pada kertas gambar dengan keterangannya . 3.5 Memahami Konsep Hukum Mendel 3.5.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum Memahami Konsep Hukum Mendel dilaksanakan diLaboratorium Agroteknologi Program Studi Petemakan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu pada hari Kamis 09 Desember 2010, dimulai pukul 14.00 sampai selesai. 3.5.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah dalam Praktikum Biologi Umum Memahami Konsep Hukum Mendel adalah dos kue 2 buah dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umun Memahami Konsep Hukum Mendel adalah kancing baju warna marah dan putih masing-masing 50 buah. 3.5.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi umum Memahami Konsep Hukum Mendel adalah mengambil dos dan memasukan semua kancing baju yang diumpamakan sebagai model-model gen lalu mengocok dos yang berisi kancing tersebut Selanjutnya mengambil kancing baju tersebut secara acak dengan menutup mata. Pada setiap pengarnbilan kancing pada dos tersebut kita menuliskan hasilnya pada buku. 3.6 pengamatan transpirasi 3.6.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan transpirasi dilaksanakan di Laboratorium Unggas dan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, pada hari Kamis, tanggal 16 Desember 2010 Mulai pukul 14:00 sampai selesai. 3.6.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam praktikum biologi umum tentang pengamatan transpirasi pada tumbuhan adalah alat tulis, kertas grafik, gelas ukur, rak dan tabung reaksi. Bahan yang digunakan dalam praktikum biologi umum tentang pengamatan transpirasi pada tumbuhan adalah 3 tumbuhan yang berbeda morfologinya, air, dan, minyak kelapa. 3.6.3 Cara kerja Potonglah batang atau ranting tumbuhan dibawah permukaan air . Usahakan potongan selalu berada didalam air demikian juga sewaktu memasukan potongan atau ranting tumbuhan kedalam gelas ukur usahakan selalu terendam. Gunakan 3 macam tumbuhan untuk dimasukan kedalam 3 gelas ukur 10 ml dengan 5 ml air. Satu gelas tanpa tumbuhan hanya berisi air saja (kontrol). Setelah itu susunlah dalam rak tabung reaksi . Ingat ketinggian air harus sama dengan kontrol, kemudian tetesi dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup dengan minyak kelapa maksudnya agar air tidak menguap dari dalam tabung reaksi. Setelah itu, satu rangkaian gelas ukur diletakan di lapangan terbuka. Catat air yang hilang / menguap setiap 10 menit selama 1 jam. Jumlah air yang hilang pada setiap 10 menit dapat dihitung dengan menambahkan sejumlah air hingga mencapai tinggi permukaan semula. 3.7 Pengamatan Fotosintesis 3.7.1 Tempat dan waktu Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis dilaksanakan diLaboratorium Unggas dan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Dimulai dari pukul 14.00 sampai selesai. 3.7.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah dalam Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah pemanas listrik, pinset, cawan petri, dan kertas timah. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah daun ubi (Manihot esculenta), iodium dan alkohol, 96%. 3.7.3 Cara Kerja Cara kerja dalam Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Fotosintesis adalah mengarnbil dam ubi yang telah dibungkus dengan aluminium foil sehari sebelumnya, kemudian membuka aluminium foil tersebut dan merendam pada air Panas sampai layu. Setelah itu diangkat dengan pinset dan direndam dengan alcohol panas. Selanjutnya meletakan daun ubi tersebut dicawan petri kemudian meneteskannya dengan larutan iodium sebanyak tiga tetes lalu amati apa yang terjadi dan tulis hasilnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop 4.1.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 1. Mikroskop dan Bagian-bagiannya Gambar 2. Preparat Huruf “d” pada sepotong kertas sebelum pengamatan Gambar 3. Preparat Huruf “d” sesudah diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x Sebelum diwarnai Sesudah diwarnai Gambar 4. Hasil pengamatan butir pati kentang (Solanum terebosum) 4.1.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan bahwa Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil. Mikroskop memiliki beberapa bagian yaitu Lensa okuler, Tabung mikroskop, Revolver, Lensa obyektif, Gagang mikroskop, Meja mikroskop, Penjepit obyek, Kondesor, Pengatur kasar, Pengatur halus, Cermin dan Kaki Mikroskop. Mikroskop merupakan suatu alat yang sangat sederhana memungkinkan kita dapat mengamati suatu objek dan gerakan yang sangat halus yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop ditemukan oleh seorang ilmuawan yang bernama Anthony Van Leewenhoek. Beliau berhasil menemukan lensa yang dapat memperbesar gambar benda atau objek pengamatan. Lalu dibuat sebuah mikroskop tetapi masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop berupa preparat huruf “d” yang berubah menjadi huruf “p” dan butir pati kentang yang pertama tidak dapat dilihat akhirnya dapat dilihat jelas dengan menggunakan mikroskop. Hal ini terjadi karena mikroskop menggunakan prinsip penggabungan lensa cembung yang terdapat pada lensa objektif sehingga bayangan yang dihasilkan bersifat maya, diperbesar, dan terbalik. Pengamatan ini dilakukan dengan pembesaran 10x dari bentuk aslinya. (Anonim, 2003). Pada pengamatan huruf “d” dengan ukuran yang kecil, didapatkan bayangan benda berupa huruf “p” dan butir pati kentang didapatkan bayangan gelembung-gelembung butir pati kentang dengan jelas yang mana pembesaran terjadi pada lensa objektif adalah pembesaran okuler yaitu pembesaran sudut. Pada pengamatan butir pati kentang (Solanum tuberosum) hasil diperoleh berupa bbutiran yang terikat erat dimana tampak juga nukleus dan dinding sel. Akan tetapi, diantara butiran-butiran yang masih terikat terlihat adanya ruang yang kosong dalam artian tidak terdapatbutiran pati kentang. Kemudian pada pengamatan butiran-butiran tersebut tidak dapat dibedakan antara xylem dan floem karena tidak adanya kambium. Keefektifan kerja suatu instrumen optik seperti mikroskop dapat ditentukan berdasarkan revolusi atau daya urai (Resolving Power). Daya urai ini menggambarkan jarak minimal yang memungkinkan dua objek yang berjarak sangat dekat untuk dibedakan dan diidentifikasi dengan jelas (George, 2006). 4.2 Pengamatan Sel 4.2.1 Hasil Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 5. Bentuk irisan empulur batang ubi kayu (Manihot esculenta) Sebelum di warnai Sesudah diwarnai Keterangan: Sebelum diwarnai: Sesudah diwarnai: 1. Ribosom 1.Vakuola 2. Retikulum endoplasma 2.Ruang pembatas sel 3. Dinding sel 3.Inti sel 4. Vakuola 4.Sitoplasma 5.Dinding sel Gambar 6. Sel epidermis umbi lapis bawang merah Keterangan: Dinding Nukleus Nukleolus Nukleus Gambar 7. Pengamatan Struktur sel selaput rongga mulut Darah manusia Darah katak Keterngan: Sel darah manusia Sel darah katak 1. Sel darah merah 1.Sel darah merah 2. Sel darah putih 2.Sel darah putih Gambar 8. Pengamatan sel darah katak dan sel darah manusia Gambar 9. Bidang Protozoa Pada Rendaman Air Jerami 4.2.2 Pembahasan Dinding sel dibuat oleh proplasma dan berguna untuk melindungi dan memperkuat protoplas. Dinding sel menentukan bentuk dari sel. Ruang antara sel berfungsi untuk menghubungkan dari bagian sel yang satu kebagian sel yang lain (Santosa,1997). Dari pengamatan sel epidermis umbi bawang merah yang dijadikan sebagai gambaran sel tumbuhan diperoleh hasil bahwa pada sel umbi bawang merah terdapat inti sel, dinding sel, ruang-ruang antar sel dan sitoplasma. Inti sel yang berfungsi sebagai pembatas luar dan pelindung sel, ruang-ruang antar sel berfungsi sebagai penghubung antara sel yang satu ke sel yang lain. Sedangkan sitoplasma berfungsi sebagai tempat berlangsungnya semua reaksi enzim metabolisme sel (Suwono, 1967). Pada pengamatan sel epitelium mucosa diperoleh bahwa didalam sel tersebut terdapat membran sel yang membatasi bagian sel dan merupakan bagian terluar dari sel. Membran sel merupakan selaput yang selektif permeabel, artinya hanya dapat dilalui oleh molekul tertentu yang berfungsi sebagai pengendali kegiatan sel . Pada pengamatan empulur batang ubi kayu terdapat bagian-bagian sel yang berongga yang berbentuk seperti balok-balok segitiga dan memiliki dinding sel. Dinding sel pada empulur batang ubi kayu berfungsi sebagai pelindung bagian sel yang terdapat dibagian dalam empulur batang ubi kayu tersebut. Didalam empulur batang ubi kayu tersebut terdapat inti sel yang berbentukbulat kecil yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan yang terdapat dalam sel empulur batang ubi kayu (Fahn, 1992). Pengamatan pada rendaman air jerami diperoleh hasil bahwa pada rendaman jerami terdapat protozoa. Akan tetapi bentuk protozoa yang satu dengan yang lainnya tidak sama, selain itu pada protozoa terdiri dari membran sehingga menyebabkan bentuk-bentuk selnya tidak tetap (Nasir, 1993). Berdasarkan hasil pengamatan melalui beberapa percobaan pada sampel hewan dan tumbuhan, diperoleh perbedaan secara umum antara sel hewan dan sel tumbuhan. Pada sel hewan masih terdiri dari membram sel yang sifatnya lunak sehingga bentuknya tidak tetap. Sedangkan pada sel tumbuhan terdapat dinding sel yang bersifat kakukarena mengandung selulosa sehingga bentuk selnya tetap. Selain itu juga pada sel tumbuhan terdapat nukleus dan sitoplasma (Sulisetijono, 2000). Hal yang dikemukakan bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki dinding sel, sehingga bentuk selnya berubah-ubah. Memiliki lisosom, tidak memiliki plastida, vakuolanya sedikit tetapi ukurannya besar dan mempunyai mitokondria yang banyak. Sedangkan pada sel tumbuhan terdapat dinding sel, bentuk selnya tetap, tidak memiliki lisosom, memiliki plastida, vakuolanya banyak dan memiliki mitokondria yang sedikit (Sulisetijono, 2000). 4.3 Pengamatan Tumbuhan 4.3.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Akar tumbuhan Monokotil Keterangan: 1.Batang akar(Corpus Radix) 2.Pangkal akar(Coolum) 3.Serabut akar (Fibrilia Radiaralis) 4.Ujung akar(Apex radix) Gambar 10. Morfologi akar jagung Akar tumbuhan dikotil 1.Batang akar (Corpus radix) 2.Pangkal akar (Coolum) 3.Ujung akar (Apex radix) Gambar 11. Morfologi akar Mangga Gambar 12. Morfologi Batang Jagung Gambar 13. Morfologi Batang Mangga Gambar 14. Morfologi Daun Jagung Daun Tumbuhan Dikotil Keterangan: 1.Ujung daun (Apex Folli) 2. Tulang daun (Nervata) 3.Tepi daun (Margo Folli) 4.Pangkal daun (Basos Folli) Gambar 15. Morfologi Daun Mangga Gambar 16. Morfologi Kecambah Kacang Hijau Gambar 17. Morfologi Bunga Kembang Sepatu Gambar 18. Morfologi Bunga Kamboja Gambar 19. Morfologi Stek ubi Kayu Gambar 20. Anatomi akar jagung Gambar 21. Anatomi akar mangga Gambar 22. Batang jagung Gambar 23. Anatomi Batang Mangga Gambar 24. Anatomi Daun Gambar 25.Pengamatan Beberapa Preparat Awetan Tumbuhan 4.3.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan, nampak perbedaan yang sangat jelas dari keduanya. Morfologi akar sampai daun nampak begitu berbeda. Pada tumbuhan monokotil seperti jagung akarnya berbentuk serabut, bentuk tulang daun sejajar atau melengkung, batang umumnya tidak bercabang, ruas batang tampak jelas dan tidak berkambium (Darjanto, 1984). Didalam sistem pembuluh pada akar jagungterdapat pembuluh yang terdapat disebelah pembuluh korteks berkas pembuluh tersusun dalam satu lingkaran yang tertutup atau terputus. Serta terdapat xylem dan floem yang terletak disebelah luar dan dalam. Pada lingkaran tersebut terdapat bagian yang terputus-putus yang dinamakan ikatan pembuluh (Frandson, 1990). Pada pengamatan bunga kembang sepatu terdapat putik (Stigma), benang sari (Stamen), mahkota (Clrolla), kelopak (Calix) dan tangkai bunga (Pendicelus). Pada bunga kembang sepatu putik berfungsi untuk alat kelamin jantan yang berfungsi untuk menempelkan serbuk sari pada saat penyerbukan. Kemudian pada putikjuga terdapat bagian bagian dari pusat bunga yang tersusun dari lembaran bakal buah (Kimball, 1992). Pada daun jagung memiliki bentuk daun panjang dan runcing. Ujung daun berbentuk meruncing dan tulang daun berbentuk lurus. Pada daun jagung dimana daun tersebut tidak bergerigi, dan dalam helaian daun hanya terdapat satu daun (Mahardono,1980). Pada pengamatan anatomi tumbuhan yaitu pada sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk peluru, kubus, prisma, memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel tumbuhan memiliki dua bagian pokok yaitu protoplasma merupakan bagian yang hidup yang terdiri atas sitoplasma, nukleus, dan organel. Sedangkan pada dinding sel tumbuhan merupakan bagian yang tidak hidup (Taryono, 1994). 4.4 Pengamatan Hewan 4.4.1 Hasil Berdasarkan pengamatan pada hewan yaitu katak (Rana cancrivora) diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 26. Morfologi Katak Gambar 27. Sistem pencernaan katak Gambar 29. Sistem reproduksi katak 4.4.2Pembahasan Menurut Tjitrosoeputro (1987), salah satu bagian morfologi pada katak adalah sistem pencernaannya. Morfologi pada katak terdiri dari kulit, mata, tangan, kaki dan berbagai macam morfologi lainnya. Disini diperjelas sistem respirasi atau sistem pernafasan. Alat respirasi pada katak seperti pada hewan amphibi lainnya. Amphibi merupakan hewan vertebrata yang pertama kali memulai kehidupan didarat. Perbedaannya dengan ikan adalah ikan hanya dapat hidup di air, sedangkan amphibi mempunyai alat-alat yang sesuai dengan kehidupan di darat, misalnya paru-paru sebagai alat pernafasan, sepasang kaki yang berguna untuk berjalan dan berenang (Soepomo,1976). Salah satu bagian dari morfologi pada katak adalah pada sistem pencernaanya. Morfologi pada katak terdiri dari kulit, mata, kaki, dan berbagai macam morfologi lainnya. Alat respirasi pada katak seperti hewan amphibi lainnya (Tjitrosoeputro, 1987). Terdapat strukturfungsi tubuh katak yaitu fruncusn dua pasang extremitas seluruh tubuh terbungkus halus dan licin, bagian kepala terdapat Rima oris yang lebar untuk pernafasan, sepasang Organan visus yang bulat. Dibelakang mata terdapat Membran timpani untuk menerima getaran suara, pada akhir tubuh terdapat kloaka yang berfungsi sebagai tempat pelepasan faeces, urine dan sel kelamin. Pada hewan amphibi, kloaka mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai alat pengeluaran (sekresi), sebagai alat reproduksi (seksual), danjuga sebagai pengeluaran urine. Sehingga tidak dapat dikatakan sebagai anus seperti halnya pada manusia. Olehnya itu alat pengeluarannya disebut kloaka, karena mempunyaibanyak fungsi (Soepomo, 1976). Sistem klasifikasi pada katak hijau (Rana cancrivora) sebagai berikut: Kerajaan: Animalia ; Filum: Chordata; Kelas: Amphibia; Ordo:Anura; Familia: Ranidae; Genus: Rana; dan Spesies: Rana cancrivora. Pada katak hijau (Rana cancrivora) terdiri atas Esofagus, lambung (Vertikulus), usus besar (Intestinum crassum), usus halus (Intesinum tenuel). Pada Esofagus dapat meluas dan menerima mangsa yang besar. Lambung (Ventrikulus) disebelah kiri, pylorus terletak pada ujung belakang lambung. Pankreas adalah kelenjar yang menunjang pencernaan terletak dimesentrium antara lambung dan duodenum,sedangkan recktum bagian ujung belakang yang membesar, terletak median yang bermuara kedalam kloaka (Soepomo, 1976). Sistem reproduksi pada katak jantan ada sepasang testis yang berfungsi memproduksi sperma, Vas deferens berfungsi sebagai saluran sperma, kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu saluran pencernaan, saluran kelamin, dan saluran pengeluaran (Soepomo,1976). Sistem reproduksi katak betina adanya kebenaran pendapat dikemukakan oleh Tenzer, adanya ovarium yang berfungsi memproduksi ovum. Oviduk berfungsi sebagai saluran ovum, sedangkan kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu saluran pencernaan, saluran kelamin, dan saluran pengeluaran (Soepomo,1976). 4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel 4.5.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan hukum Mendel diperoleh hasil sebagai berikut: Macam pasangan Frekuensi yang muncul Merah-Merah 13 Merah-Putih 24 Putih-Putih 13 Perbandingan yang dihasilkan apabila gen M (Merah) bersifat dominan terhadap gen P (putih) yaitu: 1. Perbandingan fenotipnya: MM :Mm :mm = 13:24:13 atau 3:1 2. Perbandingan genotipnya 38:12 Sedangkan perbandingan gen dihasilkan apabila bersifat intermediet adalah: 1. Perbandingan fenotipnya: 2:1:1 2. Perbandingan genotipnya 3:1 4.5.2 Pembahasan Parental (P) : MM>
Gamet : M m
F1 : Mm
(Merah putih)
Tabel 1. hasil persilangan Monohybrid
M M
M MM
(Merah) Mm
(Merah putih)
m Mm
(Merah putih) Mm
(Putih)
Pada praktikum persilangan monohybrid yang disimpulkan dengan pariental M untu induk yang warna putih. Hasil yang diperoleh dari persilangan tersebut adalah perbandingan 3:1 dan jika M bersifat intermediet maka diperoleh perbandingan adalah 2:1:1. Jika gen bersifat intermediet maka diperoleh perbandingan fenotip 3:1 dan perbandingan genotipnya 2:1:1 inilah perbandingan tertinggi terjadipada gen yang bersifat dominan, akan tetapi pada gen yang bersifat resesif nilai perbandingan tertinggi berada pada gen baru atau perpaduan dari sifat gen-gen tersebut. Dengan demikian hasil perbandingan pada persilangan monohybrid sama dengan teori mendel meskipun tidak sama dalam hal angka perbandingan itu, dikarenakan adanya perbedaan jumlah gen pasangan yang disilangkan (Sudjino, 2005).
4.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
4.6.1 Hasil
Dari pengamatan transpirasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel hasil pengamatan tiap 10 menit
Waktu mulai Hasil Pengamatan
1-10 menit Rica: 6,3; Jagung:6,3; Kemangi: 6,2
10-20 menit Rica:6,1; Jagung:6,1; Kemangi: 5,8
20-30 menit Rica:5,9; Jagung:6,0; Kemangi : 5,7
30-40 menit Rica:5,8 ;Jagung:5,9 ;Kemangi:5,7
40-50 menit Rica:5,7 ;Jagung:5,8 ; Kemangi:5,7
50-60 menit Rica:5,7 ; Jagung:5,8 ; Kemangi: 5,6
4.6.2 Pembahasan
Transpirasi adalah hilangnya air dari daun. Air keluar daun melalui stomata yang merupakan pori-pori kecil yang berada didaun. Kebanyakan daun ditutupi oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki restensi (Ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomsta memiliki restensi sangat rendah ketika uap air berdifusi keluar melalui stomata.
Pada percobaan ini diamati adalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi pada tumbuhan dan menghitung jumlah air yang hilang akibat adanya penguapan pada masing-masing tabung. Saat melakukan pengamatan, pada 10 menit pertama intensitas cahaya sangat tinggi, namun pada menit-menit berikutnya intensitas cahaya makin menurun disebabkan karena waktu yang hampir sore sehingga laju transpirasi mengalami penurunan, walaupun intensitas cahaya menurun pada 10 menit ketiga sampai seterusnya tetap terjadi penguapan walaupun hanya sedikit. Hal ini menunjukan bahwa angin juga ikut berperan penting karena angin dapat menyapu uap air yang berkumpul didekat permukaan.
Cahaya Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bila terbuka terhadap cahaya dibandingkan dengan keadaan gelap. Hal ini cahaya mendorong/merangsang stomata tumbuhan. Dengan demikian sangat menentukan pemindahan pada udara bersisikan pada uap air dari ruang udara (Dwjoseputra,1986).
Suhu tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu tinggi dalam 300C, daun dapat bertranspirasi 3 kali lebih cepat dibanding dengan suhu 2000C. Hal ini disebabkan karena suhu juga mempengaruhi kelembaban udara. (Dwjoseputra, 1986).
4.7 Pengamatan Fotosintesis
4.7.1 Hasil
Dari pengamatan fotosintesis diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 29. Daun tanaman yang ditutupi kertas alumunium foil
Gambar 30. Daun tanaman yang tidak ditutupi kertas alumunium foil
4.7.2 Pembahasan
Fotosintesis adalah reaksi pengubahan zat anorganik (air dan karbondioksda) menjadi zat organik (gula, amolum) oleh klorofil dengan pertolongan energi cahaya (terutama cahaya matahari). Fotosintesis merupakan suatu proses yang penting bagi organisme dibumi. Dengan fotosintesis ini, tumbuhan menyediakan makanan bagi organisme lain baik secara langsungmaupun tidak langsung. Cahaya yang dimanfaatkan oleh tumbuhan hijau memerlukan klorofil, karbondioksida, air dan cahaya. Cahaya dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk fotosintesis cahaya merah dan nila. Dalam proses fotosintesis , yang pertama kali dibentuk adalah gula(glukosa), selanjutnya dapat diubah menjadi zat tepung. Senyawa-senyawa lain yang dapat terbentuk adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Air,oksigen, dan karbondioksida di alam mengalami siklus sehingga selalu terjaga suatu kesetimbangan alam. (Soerodikusumo, 1987)
Organel yang berperan dalam fotosintesis adalah kloroplas yang mengandung pigmen, klorofil yamg menyebabkan warna hijau pada daun. Tiap-tiap kloroplas dibatasi oleh sepasang membran luar yang halus. Batas luar ini melingkup matriks fluida yang dinamakan stomata. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas adalah dua zat warna (berwarna hijau mudah dan berwarna hijau tua) atau disebut juga klorofil. Pigmen penyerap cahaya pada tanaman tilakoid disusun dalam suatu rangkaian fungsional yang disebut dengan fotosintesis (Gem, 1994).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
Berdasarkan hasil pengamatan tentang mikroskop dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Mikroskop yaitu peralatan yang didesain untuk memperbesar gambaran objek yang berukuran kecil.
2. Mikroskop mempunyai komponen-komponen yaitu tubus, lensa okuler, pengatur kasar, pengatur halus, lengan mikroskop, meja preparat, diafragma dan alas.
3. Sifat bayangan yang ditimbulkan mikroskop adalah maya, terbalik dan diperbesar.
5.1.2 Pengamatan Sel
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap sel tumbuhan memiliki bagian-bagian sel yang hampir sama, serta memiliki fungsi yang berbeda-beda.
2. Sel adalah satuan unit terkecil dari makhluk hidup dan merupakan komponen utama penyusun makhluk hidup, baik secara struktur maupun fungsional.
3. Sel hewan memiliki bentuk sel yang tidak tetap karena masih berupa membran sel sedangkan sel tumbuhan memiliki sel yang tetap karena terdiri dari dinding sel yang mengandung selulosa.
5.1.3 Pengamatan Tumbuhan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tumbuhan adalah organisme eukariota terbagi atas Gymnospermae dan Angiospermae. Tumbuhan angiospermae terbagi atas monokotil dan dikotil.
2. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur terluar dari makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
3. Daun merupakan bagian dari sistem batang sehingga daun memiliki bagian-bagian yang menyerupai batang. Daun yang lengkap terdiri dari tiga bagian yakni pelepah atau pipih, tangkai (petiolus), dan helai daun (lamina).
4. Akar adalah bagian batang suatu tumbuhan yang tertanam dibawah tanah. Akar berfungsi sebagai tempat penyerapan unsur hara dan makanan dari dalam tanah, sebagai pengisap air dan makanan, serta sebagai alat penguat suatu tanaman.
5. Reproduksi tumbuhan terdiri atas dua, yaitu seksual dan aseksual.
5.1.4 Pengamatan Hewan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Morfologi Katak terdiri atas mulut (Cavum oris), mata(Organ visus), kepala (Caput), lengan atas (Brahium), badan (Abbomen), punggung (Dorsum), paha (Femus), betis (Crus), jari-jari kaki (Digiti), jari-jari tangan (Digiti), lengan bawah (Ante bracium), dan kloaka.
2. Sistem pencernaan pada katak terdiri atas esofagus, lambung, duadenum, pilosus, usus halus, rektum, limpa, dan kloaka.
3. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas testis, vasdeferens, ginjal, kantung sperma dan kloaka, sedangkan sistem reproduksi pada katak betina terdiri atas saluran telur, ovarium, ginjal, ureter, lubang dari oviduk dan uterus.
5.1.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
Dari hasil pengamatan dan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari mekanisme pewarisan sifat dari induk pada keturunannya.
2. Persilangan monohybrid adalah persilangan antara dua individu yang berbeda dalam sepasang gen.
3. Keturuna F1 pada persilangan monohybrid adalah seragam.
4. Pada persilangan monohybrid yang bersifat dominan penuh, individu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominan (merah), sedangkan yang bersifat dominan tidak penuh (intermediet), Fenotip individu F1 tidak seperti induk murni, melainkan mempunyai sifat fenotip diantara kedua induknya (Merah muda).
5. Jika dominan nampak sepenuhnya pada persilangan monohybrid maka akan memperlihatkan perbandingan genotip yang sama dengan fenotipnya adalah 3:1.
5.1.6 Pengamatan transpirasi tumbuhan
Dari hasil pengamatan dan hasil pembahasan dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Transpirasi adalah hilangnya air dari daun, air keluar dari tanaman dengan melalui stomata yang merupakan pori-pori kecil yang berada didaun.
2. Transpirasi tumbuhan melalui daun dapat terjadi melalui 3 jalan penguapan, yaitu sebagai berikut adalah, penguapan kutikula adalah penguapan-penguapan air dengan menembus sel-sel perifer beserta lapisan kulit luarnya, penguapan stomata adalah penguapan air melalui stomata, penguapan substomata adalah penguapan air melalui stomata dalam keadaan tertutup.
3. Terjadinya transpirasi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah suhu, kelembaban, cahaya, dan angin.
4. Pada tumbuhan terjadi transpirasi karena untuk mencegah kandungan air yang berlebihan pada tumbuhan tersebut.
5.1.7 Pengamatan fotosintesis
Dari hasil pengamatan dan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses fotosintesis terhadap tumbuhan hijau dapat menghasilkan amilum dan dapat menghasilkan oksigen.
2. Faktor-faktor yang menentukan berlangsungnya fototsintesis yaitu cahaya, klorofil, karbondioksida dan air.
3. Klorofil berfungsi sebagai penangkap cahaya. Jadi, proses fotosintesis dapat berlangsung apabila terdapat cukup cahaya.
5.2 Saran
1. Jika masih ada yang kurang dalam Laporan ini, mohon diberi petunjuk agar pada praktikum selanjutnya bisa lebih baik.
2. Untuk mencapai praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya serta keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah mada University Press, Yogyakarta.
Amin H, 1977. Botani. Balai pustaka Jakarta.
Darjanto, 1984. Anatomi Tumuhan. Biocca Exact, Bandung.
Dwijoseputro, 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo persada Jakarta.
Gabriel, J. F. 1998. Fisika Kedokteran. Universitas Udaya Press, Bali.
Haryanto, 1994. Anatomi Tumbuhan.UGM Press Yogyakarta.
Ismedi, 1993. Biokimia. UGM Press Jakarta.
Kimball, 2000. Biologi Umum. Jakarta, Erlangga.
Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan
Michael J. Pelzar, Jr. Dan ECS Cha. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi.
UI-Press Jakarta.
Noble, 1989. Parasitologi. Gajah mada University Press, Yogyakarta.
Parawirohartono, 1984. Biologi Umum. Jakarta, Gramedia.
Pratiwi, 1997. Biologi. Universitas Terbuka, Jakarta.
Pratiwi, D,A. 2003. Biologi Umum. Jakarta, Erlangga.
Sastodinoto, 1989 . Biologi Umum. Jakarta, Gramedia,
Soepomo,1997. Zoologi. Jakarta,Erlangga,
Soerudikusumo,1987. Anatomi Tumbuhan. Jakarta,Karunika.
Subowo,2007. Biologi sel. Angkasa Bandung.
Suryo,1990. Genetika Tumbuhan. UGM Press Yogyakarta.
Syamsuri, 2000. Biologi Umum. Jakarta, Erlangga.
Tjirosoepomo, 1985. Morfologi Tumbuhan.UGM Yogyakarta.
RIWAYAT PENULIS
Sri Rahayu Lestari, lahir di Desa Karawana, Kec. Dolo, Kab.Donggala (Sekarang telah berganti nama, menjadi Kab.Sigi), Provinsi Sulawesi Tengah , pada tanggal 25 Januari 1993, dari pasangan Sahbudin Sumaila dan Tadria, anak pertama dari empat bersaudara.
Menamatkan pendidikan Sekolah dasar (SDN) 05 Dolo, Kec.Dolo pada tahun 2004. Pada tahun itu saya melanjutkan ke SMPN 05 Biromaru dan menamatkan pendidikan pada tahun 2007. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi di SMAN 01 Dolo dan menamatkan pendidikan pada tahun 2010. Sampai saat ini saya masih melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Tadulako, Fakultas Pertanian, Program studi Agroteknologi.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar