ec042010
Pada masa-masa awal dakwah Rasulullah SAW
di Mekkah, terjadi kegelisahan di antara kaum Quraisy akibat syiar Islam yang
gencar disampaikan Rasulullah SAW. Saat itu, Rasulullah SAW ditakdirkan Allah
SWT berada di bawah lindungan pamannya, Abu Thalib, yang merupakan salah satu
tokoh Quraisy yang disegani.
Demi tujuan melenyapkan cahaya Islam,
akhirnya kaum kafir Quraisy pun bersepakat untuk membunuh Rasulullah SAW.
Namun, sebelum melakukannya, mereka berusaha menjumpai Abu Thalib terlebih
dahulu. Suatu saat para pembesar Quraisy datang kepada Abu Thalib. Mereka lalu
mengatakan, “Keponakan anda mencaci-maki sesembahan dan agama kami, menyebut
kami orang-orang jahil (bodoh). Dia juga mengatakan bahwa nenek moyang kami
adalah orang-orang sesat. Sekarang hukum dia atau biar kami yang melakukan.
Kami tidak bisa bersabar lagi menghadapinya.”
Abu Thalib menyadari situasi gawat yang
dihadapinya. la memanggil keponakan tercintanya dan menceritakan semua yang
dikatakan oleh para pembesar Quraisy. la berkata, “Jagalah dirimu dan diriku
dan jangan membebaniku dengan sesuatu yang melebihi kemampuanku.”
Mendengar hal itu, dengan tenang dan teguh
hati, Rasulullah SAW menjawab, “Walaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku
dan rembulan di tangan kiriku agar aku berpaling dari risalah yang aku bawa,
aku tidak akan berhenti sampai Allah SWT mengantarkan aku pada kejayaan Islam
atau aku binasa karenanya.“
Tersentuh oleh nada tinggi dari jawaban
keponakan tersayangnya, Abu Thalib menjawab, “Lakukan apa yang ingin kamu
lakukan! Demi Tuhan Pemelihara Ka’bah, aku tidak akan menyerahkanmu pada
mereka.”
Sungguh luar biasa keteguhan hati
Rasulullah SAW. Beliau hanya takut pada Allah SWT semata, padahal saat itu
pengikutnya masih sedikit sekali. Jangan sampai kita sia-siakan pengorbanan
beliau, apalagi sampai mengorbankan keimanan kita untuk sekedar alasan dunia
semata. Allahuma shalli ‘ala sayyidina Muhammad.
Referensi:
A. Hakim Khan, The Prophet and Islam
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar