Konperensi Malino Juli 1946

Bookmark and Share
Selama bulan Juli 1946 (60 tahun yang lalu) berbagai peristiwa telah terjadi di Indonesia. Misalnya sehabis penculikan Sjahrir Juni 1946, gerakan kaum radikal yang lain terjadi lagi, yaitu apa yang disebut sebagai Peristiwa 3 Juli 1946. Sebuah usaha kudeta yang dipimpin Jederal Mayor Soedarsono (komandannya Soeharto di Divisi III Jawa tengah). Usaha yang dimotori kelompok Tan Malaka ini maksudnya mendesak Presiden agar mau mengganti kabinet. Karena Kabinet Sjahrir dianggap terlalu banyak memberikan konsesi kepada Belanda. Apalagi setelah pidato Bung Hatta yang membocorkan bahwa akan diadakan perundingan baru dengan Belanda dimana antara lain akan dicapai kesepakatan wilayah Republik Indonesia akan meliputi sebatas Jawa dan Sumatera saja. Bagi kelompok Tan Malaka yang menginginkan kemerdekaan 100 % atau tidak ada kompromi dengan pihak Imperialis dan Kolonialis itu, kebijaksanaan pemerintah yang dianggap mau menerima tekanan luar itu, harus dibereskan. Maka kaum militer bekerja sama dengan kaum politik untuk melakukan apa yang dinamakan "Peristiwa 3 Juli". Mereka menyerbu istana Yogya dan rumah Amir Syarifudin. Menteri pertahanan ini yang nyaris terbunuh ternyata selamat, tapi dua orang penjaga rumahnya ditembak mati. Buntutnya pemerintah bertindak tegas, semua jaringan peristiwa 3 Juli 1946 terbongkar, sejumlah orang sipil dan militer ditangkap. Untuk itu dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa. Orang sipil, selan Tan Malaka, ditangkap juga Mohmad Yamin, Adam Malik, Chaerul Saleh, Akhmad Soebardjo dan masih banyak lagi. Selain peristiwa diatas, Sjahrir yang melakukan "Politik beras" yaitu membantu India yang sedang dilanda kelaparan dengan 500.000 ton gabah kering, ahirnya berhasil sebagian menembus blokade Belanda. Meskipin sejumlah besar gabah di Banyuwangi dibom dan dibakar Belanda. Proyek ini sekaligus membuat simpati dunia pada Revolusi Indonesia. Peristiwa ketiga yang terjadi adalah koperensi Malino. Rupanya pihak Belanda bereaksi cepat setelah penyerahan wilayah diluar Jawa dan Sumatera mulai dialihkan dari tangan pasukan sekutu kepada tentara Belanda pada tanggal 10 Juli 1946 jam 0.00 tengah malam. Konperensi Malino (sebuah kota peristarahatan di Sulawesi Selatan) berlangsung dari tanggal 16 - 22 Juli 1946. Adapun maksud dan tujuan Konperensi Malino ini adalah untuk membahas gagasan berdirinya Negara Indonesia Timur (NIT). Disamping itu juga membuka wilayah lainnya diluar Jawa yang anti Republik, seperti antara lain di Kaimantan, Maluku, Flores, Bali, Lombok, Sumbawa, Bangka, Belitung dan sebagainya. Pada foto pertama tampak karikatur sebuah surat kabar Republik yang memperlihatkan van Mook sedang berpidato berapi-api dimuka para wakil rakyat Indonesia yang pro Belanda, sementara dibelakangnya ada patung Ratu Wilhelmina. Foto kedua dan ketiga, para pejabat Belanda dalam suasana sidang Konperensi Malino. Perlu diketahui Konperensi ini dihadiri 39 orang yang berasal dari 15 daerah. Beberapa tokoh pro Belanda antara lain yang hadir adalah, Tjokorde GR Sukawati, Nadjamudin daeng Malewa, Sultan Hamid ke II dan AR Afloes. (diambil dari berbagai sumber)

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar