Mengoptimalkan Potensi Kecerdasan Balita, Harapan Bagi Anak Cedera Otak

Bookmark and Share

Otak manusia lebih unggul dari mahluk lain dalam kemampuan untuk belajar, bekerja dan berbahasa. Mahluk mengalami dua macam perkembangan :

1. Filogenetik : Perkembangan dari kelompok sel, ikan, amfibi, reptile dan mamalia
2. ontogenetic : Perkembangan janin, bayi, dan anak.

Perkembangan Ontogenetic Pada perkembangan ontogenetik terjadi “brain growth spurt” (laju cepat perkembangan otak) mulai usia janin 4 bulan sampai lahir umur 2 tahun. Laju perkembangan otak yang amat cepat ini secara tidak langsung dibuktikan oleh adanya penembahan berat otak janin 50 gram menjadi 400 gram waktu lahir, berkembang terus menjadi 1000 gram pada usia 18 bulan. Sel Otak Manusia Otak manusia menngandung bermilyar-milyar sel otak (sel neuron) yang tumbuh terus sampai usia 2 tahun. Setelah usia tersebut jumlah sel neuron menetap. Namun bukan berarti pertumbuhan sel berhenti, tetapi diganti oleh perkembangan “nerve cell connection”. Sel otak terdiri dari badan sel dan cabang-cabangnya (dendrit sebagai penerima impuls dan neurit sebagai penyalur impuls dari badan sel). Dendrit-dendrit ini saling berhubungan satu dengan yang lain yang disebut sinaps. Dengan adanya sinaps ini seluruh sel neuron dapat saling berkomunikasi. Komunikasi antar sel terjadi lewat mekanisme pelepasan zat penghubung yang disebut neurotransmitter. Plastistas Otak Otak bukan organ yang statis, tetapi dinamis yang senantiasa tumbuh dan berkembang membentuk nerve cell connection (jaringan antar sel) yang baru. Pertumbuhan jaringan antar sel ini dipengaruhi oleh rangsangan atau stimulasi dari dunia luar (environment). Otak beradaptasi terhadap stimulasi lingkungan untuk menimbulkan “dendritic sprouting”. 

Makin banyak dan sering anak diberikan stimulasi lingkungan, makin banyak terjadi pertumbuhan jaringan antar sel (dendritic sprouting). Atau dengan kata lain ‘makin cerdas’ anak itu. Neurogenesis Neurogenesis berarti pertumbuhan sel neuron baru. Teori lama berpendapat bahwa otak memproduksi sel neuron baru sampai umur 2 tahun. Setelah itu tidak ada lagi pertumbuhan sel neuron baru, tetapi digantikan oleh pertumbuhan jaringan antar-sel yang baru (nerve sell connection). Sering disebut-sebut istilah ‘peluang emas’ untuk otak sampi berusia 2 tahun, karena periode pertumbuhan otak ini berpeluang memberikan modal jumlah sel untuk anak. Namun dengan adanya teori baru bahwa sel neuron dapat terus tumbuh sampai usia berapapun, maka peluang untuk mengoptimalkan potensi otak seolah tidak ada batasnya. Umur berapapun, stimulasi pada anak akan bermanfaat bagi peningkatan kecerdasannya.

Proses Lateralisasi Pada perkembangan ontogenetic terjadi pula proses lateralisasi yaitu terciptanya :  
1. Spesialisasi hemisfer. Artinya, anak yang fungsi belahan otak kanan dan kirinya semula hampir sama, pada proses lateralisasi verbal ini terjadi pergeseran fungsi terutama ke belahan otak kiri. Fungsi hemsfer kiri : Kemampuan komunikasi verbal, pragmatic, pola pikir logis-analitis, praktis. Kemampuan hemisfer kiri ini terutama diperoleh anak pada pendidikan formal. Fungsi hemisfer kanan : Komunikasi non-verbal, pragmatic, pola pikir intuitif, orientasi visual-spasial imaginative, spiritual, seni dan musik. Kemampuan ini diperoleh dari pendidikan non-formal, sehari-hari di luar sekolah.
2. Lateralisasi manual. Artinya, anak yang semula mempunyai kecekatan tangan kanan dan kiri hamper sama (ambidekstra) pada proses ini terjadi pergeseran kearah kanan sehingga sebagian besar anak cekat tangan kanan (right handedness). Cedera Otak Anak dengan cedera otak akan mengalami gangguan pada satu atau beberapa fungsi sensorinya dan atau gangguan fungsi motoriknya. Untuk mengetahui bagian otak yang cedera dan sejauh mana beratnya, perlu dilakukan pemeriksaan klinis (dibahas dalam makalah lain).

Prinsip penanganan cedera otak adalah memberikan stimulasi pada bagian otak yang cedera sesuai keadaan secara terarah, intensif, frekuen dan cukup waktu (dibahas dalam makalah lain). Siapa yang disebut anak dengan cedera otak? Istilah lain cedera otak adalah : Kerusakan Otak, Keterbelakangan mental, Definisi Mental, Palsi Serebral, Epilepsy, Autisme, Atetosis, Hiperaktif, Gangguan Pemusatan Perhatian, Kelambatan Perkembangan, Sindroma Down. Istilah di atas merupakan kumpulan gejala atau sindrom, bukan diagnosis. Anak dapat mengalami satu gejala atau lebih dari satu gejala tersebut diatas. Yang penting untuk orang tua yang mempunyai anak yang cedera otak adalah :
APA YANG DAPAT DILAKUKAN PADA ANAK CEDERA OTAK? Gesell adalah orang pertama yang mempelajari anak normal, meliputi perkembangan gerak (motorik) anak, bicara dan sosialnya. Dia yang menyatakan bahwa lantai (the floor) sebagai lapangan atletik untuk anak normal. Dia mencatat kapan anak mulai belajar gerak dan berbicara, namun tidak menjelaskan bagaemana dan mengapa anak mulai melakukan hal demikian. Itulah sebabnya Glenn Doman serta stafnya mulai mempelajari proses atau perjalanan perkembangan otak anak sejak lahir sampai anak dapat lari. “THE SEARCH FOR NORMALITY”.

Lima tahap perjalanan perkembangan penting yang perlu dilalui anak adalah: Tahap 1 : Dimulai bayi lahir dapat menggerakkan anggota tubuh, namun tidak dapat berpindah tempat. Movement withot motility. Tahap 2 : Bayi belajar bergerak dengan lengan dan tungkainya serta perut menempel di lantai, yang disebut merayap (crawling). Tahap 3 : Bayi belajar menentang gaya berat dengan bergerak dengan tangan dan lututnya, yang disebut merangkak (creeping). Tahap 4 : Bayi belajat bangkit dengan tungkai bawah dan berjalan, disebut berjalan (walking). Tahap 5 : Bayi mulai mempercepat jalannya, berlari (running). Keseimbangan dan koordinasi anak bertambah baik, sehingga anak seolah-olah terbang (flies). Urutan tahap-tahap perkembangan yang hilang atau terlewat akan mengakibatkan terjadi masalah. Contoh : anak yang tidak atau kuranga lama merayap atau merangkak, berkibat keseimbangan dan koordinasi tubuh buruk, perkembangan spesialisasi belahan otak yang penting untuk berbicara, membaca, menulis, matematika akan terganggu, sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar. Perkembangan dan pematangan otak merupakan suatu kesinambungan (continuum). Jelaslah bahwa untuk mencapai suatu tingkat perkembangan, bentuk atau struktur otak tertentu dan penghubunga antar sel otak harus utuh supaya dapat berkembang dan berfungsi dengan baik. Gangguan atau masalah system saraf yang dapat terjadi pada anak adalah : 1. masalah pada syaraf perifer seperti gangguan saraf tepi atau penghubung saraf otot (neuromuscular) atau ototnya. 2. masalah psikologis kelainan emosional, perilaku tanpa cedera otak. 3. masalah pada saraf pusat : anak dengan cedera otak. Yang akan dibahas adalah cedera otak. Cedera otak dapat terjadi kapan saja, saat pembuahan, saat bayi lahir atau setelah bayi lahir hingga dewasa. Penyebab cedera otak : 1. cedera otak akut: trauma kepala, radang otak, pendarahan otak. 2. defisiensi mental: malformasi atau kelainan bentuk otak, Sindroma Down (kelainan kromosom) 3. gangguan neurodegenerative: penyakit atau kondisi yang merusak otak secara progresif. Banyak area dalalm otak dan system saraf perlu kerja sama secara sinkron untuk menghasilkan fungsi saraf tertentu. Untuk itu perlu diketahui, Empat tingkat perkembangan otak yang esensial dan penting yaitu terbentuknya area didalam otak sehingga menghasilkan fungsi tertentu. 1. Terbentuknya batang otak awal dan sumsum tulang belakang. Tingkat ini untuk menggerakkan badan, lengan, tungkai tanpa berpindah tempat. 2. Terbentuknya batang otak dan area sub-kotikal awal. Tingkat ini berfungsi untuk merayap dengan perut (amfibi). 3. Terbentuknya otak tengah dan area sub-kortikal. Area ini merupakan area fungsional termasuk ganglia basal, thalamus, otak kecil dan hubungannya. Tingkat ini berfungsi untuk merangkak (lizard, alligator). 4. Terbentuknya korteks, yang merupakan puncak otak, sehingga anak dapat berjalan dan berlari dengan baik. Pada korteks manusia terdapat enam fungsi: a. Kemampuan untuk berjalan tegak b. Kemampuan untuk indentifikasi objek dengan peradaban c. Kemampuan untuk memahami bahasa verbal d. Kemampuan untuk berbicara e. Kemampuan untuk membaca f. Kemampuan untuk menjepit objek dengan ibu-jari dan telunjuk, sehingga anak mampu untuk menulis Bila terdapat kerusakan pada korteks, maka salah satu fungsi (fokal parsial) atau semua fungsi (total) korteks akan terganggu. Untuk menetapkan tingkat cedera otak disebut Diagnosis Neurologi Fungsional.

Dengan memeriksa ketidakmampuan anak dapat didiagnosis di tingkat mana anak mengalami cedera otak. Sehingga dapat melatih tahap otak yang cedera supaya dapat berfungsi mandiri atau optimal dengan program neurologis yang efektif. Bukan dengan re-edukkasi otot yang lumpuh, terapi orientasi motorik yang merupakan metode klasik, atau konvensional. Fungsi otak yang normal bergantung pada integritas system sensorik (reseptif) dan system motorik (ekspresif) melalui masing-masing jalur. Rangsang dari lingkungan melalui jaliu sensorik di bagian belakang otak dan sumsum tulang belakang diterima area sensorik otak. Area motorik otak merepons melalui jalur motorik yang berada di bagian depan otak dan sumsum tulang belakang untuk melakukan aksi. Apa dapat dilakukan pada anak dengan cedera otak?

Caranya dengan mempolakan gerakan: • Gerakan pola silang (menyilang garis tengah tubuh, cross pattern). Bila letak cedera di area otak tengah dan subkortikal dilatih pola silang dengan merangkak (merangsang triune brain). • Gerakan pola satu sisi (homolateral). Bila cedera di batang otak atau area subkotikal dini dilatih gerakan pola satu sisi dengan merayap. Otak menerima informasi dari lingkungannya melalui panca-indera. Terdapat lima area reseptif di otak yang vital pada manusia untuk: 1. melihat 2. merasakan 3. mendengar 4. menghirup (mencium bau) 5. mengecap, (merasakan rasa dilidah) Yang penting lainnya adalah keseimbangan, posisi, proprioseptif. Jaras sensoris maupun jaras motorik merupakan jalan-searah (one-way road), perlu saling kerjasama dan membentuk sebuah simpai yang disebut simpai sibernetik (Nobert Wiener). Pengelihatan Empat tahap anak belajar melihat : 1. Refleks cahaya (segera setelah lahir) 2. Menangkap persepsi dan membedakan berbagai derajat cahaya. 3. Dapat melihat detail suatu objek dan membedakan objek bila ada cahaya yang diarahkan ke objek. 4. Mulai dapat melihat detail orang (usia 1 tahun), lengkap pada usia 6 tahun. Melihat persepsi dalam.

Kelainan pada mata: skotoma, juling atau diplopia. Perabaan, perasaan/sensasi Untuk melindungi hidyp, dapat mencagah bahaya yang merusak hidup. Empat tahap perasaan/sensasi: 1. Sensasi refleks (bulan pertama), Refleks Babinski. 2. Sensasi vital (4 minggu). Tertusuk, timbul rasa sakit, bayi menghindar. 3. Sensasi ginostik (7 bulan). Dapat membedakan hangat dari panas. Permulaan dari keseimbangan. Sensasi perabaan (tactile), anak dapat over-sensitive atau hipo-sensitive. 4. Mengenal bentuk objek tiga dimensi, persepsi dalam (1 tahun). Kelainan dapat berupa tidak mengenal tubuh. Pendengaran Empat tahap pendengaran: 1. Refleks kaget, setelah bayi lahir. Belum mengerti apa yang didengarnya. 2. Kaget dan menangis karena merasa terancam hidupnya (1 bulan) 3. Mengerti suara yang berarti (2,6 bulan). Marah dengan suara meninggi, bayi akan akan menangis walaupun belum memahami kata-kata. 4. Mengerti arti kata-kata (6-12 bulan). Empat derajat masalah sensoris pada anak cedara otak: 1. Tidak ada masukan total baik visual, auditoris atau perabaan. 2. Masukan sensoris yang minimal. Akan cacat bila tidak ditangani. 3. Masukan sensoris yang berlebihan. 4. Suasana yan kacau (chaotic)

Kemampuan berbicara Kemampuan berbicara sangat penting bagi manusia. Dengan berbicara seseorang dapat mengemukakan ide, baik simbolik, merencanakan maupun abstrak. Untuk dapat berbicara anak harus dapat memahami bahasa yang digunakan. Empat tahap perkembangan bicara pada anak: 1. Tangisan lahir, segera setelah lahir. Merupakan refleks alamuah, menandakan anak hidup. Tidak bermakna untuk komunikasi. 2. Bayi dapat bersuara mnyampaikan pesan bila perlu pertolongan. 3. Bersuara yang signifikan dan bermakna. Tahap ini bertujuan walaupun tanpa kata-kata. Contoh: menyatakan gembira atau tidak senang. 4. Bayi mulai meniru suara yang didengarnya. Pada anak yang cedera otak di hemisfer kiri sebelum usia satu tahun – anak belum berbicara – sehingga bicaranya tidak berkembang disebut disfasia perkembangan. Pada orang dewasa yang mengalami stroke atau trauma kepala disebut afasia (kehilangan kemampuan berbicara dan memahami bahasa yang talah diperolehnya sebelun cedara otak). Pernafasan Kekurangan oksigen (hipoksia, anoksia) menyebabkan oran scera refleks bernafas dalam dan cepat. Biasanya didapatkan padan anak yang mempunyai rongga dada yang kurang efisien (seperti pada poliomyelitis), sehingga pemberian oksigen gagal memperbaiki jumalh oksigen ke otak.

Untuk itu dilakukan dengan terapi “masking” untuk memperbaiki kapasitas vital dari paru-paru, sehingga dapat memberikan oksigen ke otak yang optimal. Penanganan Sebelum diberi terapi, harus diyakini dulu bahwa: a. Cedera terletak di otak b. Otak mengontrol semua fungsi tubuh manusia, sehingga gejalanya nampak pada tubuhnya. c. Terapi dilakukan terhadap gejala yang timbul. d. Tindakan pada otak yang bermasalah akan menghilangkan gejalanya. e. Ada cara terapi yang ditujukan pada otak yang bermasalah. Prinsip penanganan: Diberikan program untuk dilakukan oleh staf atau orangrua dirumah: 1. Semua anak yang belum berjalan, tiap haru merayap dengan perut, atau merangkak di lantai. 2. Semua anak diberikan pola gerakan tertentu: bila perlu dengan bantuan. 3. Anak dengan gangguan sensoris diberikan stimulasi sensoris (integrasi sensoris). 4. Anak yang ambidekstral, artinya masih menggunakan kedua tangannya untuk aktivitas, diberikan program untuk menetapkan dominasi hemisfer. 5. Dilakukan pemeriksaan madis yang akurat untuk menerukan apakah anak memerlukan pogram masking. Perlu diingat bahwa hasil terapi tidak dapat dilihat dalam waktu singkat (instant), tapi memerlukan waktu ! Penting diketahui pula bahwa keberhasilan terapi bergantung pada frekuensi, intensitas dan lamanya program yang dilakukan orangtua pada anak. Tidak semua terapi berhasil dengan baik. PROFIL PERKEMBANGAN Profil ini yang diciptakan oleh Dr.Fay merupakan suatu masterpiece of exclusion merupakan langkah vital perkembangan manusia. Dengan profil perkembangan dapat ditentukan lebih tepat apa yang tidak mampu dilakukan anak, ditahap mana kemampuan anak cedera otak berada, sehingga dapat dibuat program secara tepat sesuai dengan kebutuhan anak dan mngukur kemajuan yang dicapai. Profil perkembangan menentukan usia neuroligis, bukan uisa kronologis. Ada enam fungsi terukur yang berbeda dan pentinga pada area korteks mana yang terganggu. Tiga fungsi kemampuan reseptif/sensoris: kemampuan membaca, memahami bicara, identifikasi dengan perabaan. Tiga fungsi kemampuan ekspresif/motorik: kemampuan berjalan , berbicara, manual (menulis). Pada profil perkembangan dapat ditentukan kompetensi sensorik dan motorik yang dicapai anak cedera otak pada usia kronologis anak pada saat dilakukan pemerikasaan. Dengan demikian dapat dibuat program penanganan untuk mencapai sasaran atau kompetensi yang diharapkan. Anak yang datang pertama kali perlu diperiksa scara akurata masing-masing kemampuan atau komptensi yang telah dicapai, ditahap perkembangan mana anak berada yaitu usia neurologisnya. Baru dapat dibuat program latihan untuk mencapai sasaran yang diharapkan pada usia kronologis tersebut. Sekali lagi program latihan harus dilakukan dengan frakuensi, intensita dan lamanya (durasi) latihan yang dilakukan oleh para otangtuanya di rumah dengan penuh kesabaran, kasih saying, dan doa kepada Tuhan YME bila ingin terjadi perbaikan pada anaknya.

Sumber: http://www.infofisioterapi.com/

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar