Kehidupan memang tidak pernah semulus seperti yang kita harapkan. Berbagai masalah tentu pernah menyeret kita, bahkan menenggelamkan kita kedalam jurang keterpurukan hidup. Masalah keluarga, keuangan, karir, terjerat narkoba, hutang, dan lain sebagainya. Benturan-benturan kehidupan tersebut seharusnya dapat menjadikan kita menjadi kuat dan lebih baik, bila kita segera sadar atas kesalahan yang telah dilakukan, dan kemudian dengan segera bangkit untuk mendaki tebing ujian kehidupan ini. Kick Andy mengundang beberapa sosok yang dulunya pernah terjatuh akibat narkoba. Mereka mengalami keterpurukan hidup, tetapi mereka bangkit dan menyusun langkah baru untuk memperbaiki diri.
Baby Rivona Nasution. Ia berasal dari keluarga broken home. Di usia 11 tahun, Baby mulai mengenal alkohol. Saat berusia 18 tahun, Baby menikah dengan teman sekolahnya meski orang tuanya tidak menyetujui. Akibat menikah di usia terlalu muda, mereka akhirnya bercerai. Pasca perceraian, Baby mulai mengkonsumsi heroin. Saat itu, ia sudah bekerja secara profesional menjadi seorang public relation. Baby pun kerap berpindah-pindah tempat tinggal. Perilaku buruknya ia tularkan kepada adiknya yang paling bungsu. Orang tuanya sempat shock saat mengetahui bahwa dua dari tiga anaknya menjadi pecandu heroin. Kemudian orang tuanya memutuskan untuk memasukkan adiknya saja ke pusat rehabilitasi. Saat itu biaya rehabilitasi cukup mahal, maka di tahun 2001, ketika Baby merasa bahwa kecanduannya sudah tidak terkendali, ia memutuskan untuk melarikan diri ke luar negeri. Namun karena tidak memiliki uang, ia pun mendaftar menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia. Disana ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Saat itu tahun 2003, ketika ia sedang menjalani pemeriksaan kesehatan untuk memperpanjang kontrak kerjanya, Baby baru menyadari bahwa dirinya positif HIV. Setelah di ketahui terinfeksi HIV, Baby di deportasi kembali ke Indonesia. Selama lebih kurang setahun ia tidak memiliki tujuan hidup dan mengaku takut menghadapi kematian. Sampai akhirnya tahun 2005, ia bertemu dengan temannya yang juga positif HIV di Medan. Pertemuannya dengan aktivis HIV/AIDS kemudian mengantarnya menjadi seorang aktivis. Baby kemudian bertemu dengan suaminya yang sekarang. Mereka menikah tahun 2006, keduanya sama-sama positif HIV. Untunglah, buah hati mereka yang lahir pada tahun 2009 dinyatakan negatif dan tidak terinfeksi virus HIV karena Baby mengikuti program tertentu dalam penanganannya.
Deradjat Ginandjar Koesmayadi. Sejak tahun 1993, Ginan mengonsumsi obat-obatan anti depresan seperti Pil Koplo dan BK (obat untuk anjing gila). Ketika SMA, Ginan mencoba ganja dan berlanjut putaw. Awalnya Ginan menggunakan putaw dengan cara dibakar. Tapi lama kelamaan karena dosis pemakian semakin meningkat. Ginan mulai menggunakan jarum suntik. Satu jarum digunakan beramai-ramai dengan teman-temannya. Keajaiban yang dialaminya, berkali-kali selamat dari Over Dosis (OD), membuatnya mulai berpikir untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Ginan kemudian pulang ke rumah orang tuanya dan menyatakan ingin sembuh dan masuk rehabilitasi. Tahun 2000, Ginan masuk ke rehabilitasi. Sebagai syarat masuk, Ginan diminta untuk melakukan tes HIV. Hasilnya ia divonis menderita positif HIV. Ginan sempat tidak percaya, sebab disangkanya HIV hanya bisa menular lewat seks bebas.
Pada tahun 2003, tiga tahun setelah dia divonis mengidap virus HIV, bersama empat temannya, Ginan mendirikan Rumah Cemara. Rumah Cemara adalah komunitas yang menjadi tempat berkumpul orang yang pernah hidup dengan narkoba. Juga mereka yang akhirnya terkena HIV/AIDS. Bagi Ginan, sepak bola memang menjadi salah satu jalan yang membuat dirinya bisa kembali bahagia menjalani hidup meski telah positif mengidap HIV. Dia bisa menyalurkan kreativitasnya di tengah keterbatasan kondisi tubuh yang digerogoti virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu. Sepak bola telah menjadi alat untuk memupus diskriminasi dan stigma negatif terhadap ODHA. Lawan-lawan yang pernah bertanding dengan Rumah Cemara, tak ada yang kapok. Semua bersedia datang di kesempatan tanding berikutnya, tak segan beraktivitas bersama para pengidap HIV. Homeless World Cup 2011 adalah ajang sepak bola jalanan yang diikuti komunitas tunawisma. Pesertanya anggota komunitas yang kurang beruntung, seperti pecandu narkoba, penderita HIV/AIDS, dan lain-lain. Homeless World Cup 2011 telah membawa Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia yang melangkah ke perempat final. Indonesia bahkan berhasil mengalahkan Italia, Denmark, Belanda, dan Nigeria. Tak hanya itu, Ginan yang menjadi kapten tim yang terpilih sebagai the Most Valuable Player atau pemain terbaik dalam Homeless World Cup 2011 di Paris, Perancis. Mengapa Ginan enggan menyebutkan nama bapaknya saat ditanya oleh Host Kick Andy? Apa yang dilakukan Ginan hingga membuat marah besar sang ayah bahkan ia diusir dari rumah?
Episode Kick Andy kali ini tak hanya menampilkan Ginan dan Baby saja, tetapi Ari Lasso juga Indra Qadarsih yang ditemani sang ibu, Titi Qadarsih juga ikut berbagi pengalamannya.
Baby Rivona Nasution. Ia berasal dari keluarga broken home. Di usia 11 tahun, Baby mulai mengenal alkohol. Saat berusia 18 tahun, Baby menikah dengan teman sekolahnya meski orang tuanya tidak menyetujui. Akibat menikah di usia terlalu muda, mereka akhirnya bercerai. Pasca perceraian, Baby mulai mengkonsumsi heroin. Saat itu, ia sudah bekerja secara profesional menjadi seorang public relation. Baby pun kerap berpindah-pindah tempat tinggal. Perilaku buruknya ia tularkan kepada adiknya yang paling bungsu. Orang tuanya sempat shock saat mengetahui bahwa dua dari tiga anaknya menjadi pecandu heroin. Kemudian orang tuanya memutuskan untuk memasukkan adiknya saja ke pusat rehabilitasi. Saat itu biaya rehabilitasi cukup mahal, maka di tahun 2001, ketika Baby merasa bahwa kecanduannya sudah tidak terkendali, ia memutuskan untuk melarikan diri ke luar negeri. Namun karena tidak memiliki uang, ia pun mendaftar menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia. Disana ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Saat itu tahun 2003, ketika ia sedang menjalani pemeriksaan kesehatan untuk memperpanjang kontrak kerjanya, Baby baru menyadari bahwa dirinya positif HIV. Setelah di ketahui terinfeksi HIV, Baby di deportasi kembali ke Indonesia. Selama lebih kurang setahun ia tidak memiliki tujuan hidup dan mengaku takut menghadapi kematian. Sampai akhirnya tahun 2005, ia bertemu dengan temannya yang juga positif HIV di Medan. Pertemuannya dengan aktivis HIV/AIDS kemudian mengantarnya menjadi seorang aktivis. Baby kemudian bertemu dengan suaminya yang sekarang. Mereka menikah tahun 2006, keduanya sama-sama positif HIV. Untunglah, buah hati mereka yang lahir pada tahun 2009 dinyatakan negatif dan tidak terinfeksi virus HIV karena Baby mengikuti program tertentu dalam penanganannya.
Deradjat Ginandjar Koesmayadi. Sejak tahun 1993, Ginan mengonsumsi obat-obatan anti depresan seperti Pil Koplo dan BK (obat untuk anjing gila). Ketika SMA, Ginan mencoba ganja dan berlanjut putaw. Awalnya Ginan menggunakan putaw dengan cara dibakar. Tapi lama kelamaan karena dosis pemakian semakin meningkat. Ginan mulai menggunakan jarum suntik. Satu jarum digunakan beramai-ramai dengan teman-temannya. Keajaiban yang dialaminya, berkali-kali selamat dari Over Dosis (OD), membuatnya mulai berpikir untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Ginan kemudian pulang ke rumah orang tuanya dan menyatakan ingin sembuh dan masuk rehabilitasi. Tahun 2000, Ginan masuk ke rehabilitasi. Sebagai syarat masuk, Ginan diminta untuk melakukan tes HIV. Hasilnya ia divonis menderita positif HIV. Ginan sempat tidak percaya, sebab disangkanya HIV hanya bisa menular lewat seks bebas.
Pada tahun 2003, tiga tahun setelah dia divonis mengidap virus HIV, bersama empat temannya, Ginan mendirikan Rumah Cemara. Rumah Cemara adalah komunitas yang menjadi tempat berkumpul orang yang pernah hidup dengan narkoba. Juga mereka yang akhirnya terkena HIV/AIDS. Bagi Ginan, sepak bola memang menjadi salah satu jalan yang membuat dirinya bisa kembali bahagia menjalani hidup meski telah positif mengidap HIV. Dia bisa menyalurkan kreativitasnya di tengah keterbatasan kondisi tubuh yang digerogoti virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu. Sepak bola telah menjadi alat untuk memupus diskriminasi dan stigma negatif terhadap ODHA. Lawan-lawan yang pernah bertanding dengan Rumah Cemara, tak ada yang kapok. Semua bersedia datang di kesempatan tanding berikutnya, tak segan beraktivitas bersama para pengidap HIV. Homeless World Cup 2011 adalah ajang sepak bola jalanan yang diikuti komunitas tunawisma. Pesertanya anggota komunitas yang kurang beruntung, seperti pecandu narkoba, penderita HIV/AIDS, dan lain-lain. Homeless World Cup 2011 telah membawa Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia yang melangkah ke perempat final. Indonesia bahkan berhasil mengalahkan Italia, Denmark, Belanda, dan Nigeria. Tak hanya itu, Ginan yang menjadi kapten tim yang terpilih sebagai the Most Valuable Player atau pemain terbaik dalam Homeless World Cup 2011 di Paris, Perancis. Mengapa Ginan enggan menyebutkan nama bapaknya saat ditanya oleh Host Kick Andy? Apa yang dilakukan Ginan hingga membuat marah besar sang ayah bahkan ia diusir dari rumah?
Episode Kick Andy kali ini tak hanya menampilkan Ginan dan Baby saja, tetapi Ari Lasso juga Indra Qadarsih yang ditemani sang ibu, Titi Qadarsih juga ikut berbagi pengalamannya.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar