Hutan hujan tropika di Indonesia terdiri dari banyak jenis pohon. Setidak –tidaknya, 4000 jenis yang tumbuh pada berbagai formasi hutan dan tipe hutan telah di ketahui nilai komersial kayunya. Dendrologi ialah ilmu yang mempelajari cara- cara mengidentifikasi jenis – jenis pohon berdasarkan ciri – cirinya. Pengetahuan tentang nama – nama pohon dan cara mengenalnya, sangat penting bagi rimbawan yang bekerja di lapangan, teutama yang bekerja di hutan alam produksi di luar Pulau Jawa. Setidaknya – tidaknya, mereka harus mengenal nama pohon di tempat tinggal dan kerjanya.
Mengenal nama dan sifat-sifat pohon yang masih berdiri di hutan maupun melalui identifikasi kayunya, sangat menolong dan membantu pekerjaan seorang rimbawan. Apa lagi bila dapat mengidentifikasi pada tingkat semai dan pancang. Ciri-ciri yang dapat digunakan dalam pengenalan pohon, yaitu melalui daun, kulit, pohon, buah, ranting, dan sosok pohonnya.
Sebatang pohon didentifikasi sebagai suatu tumbuhan tahunan berkayu, yang mempunyai batang utama tunggal, dan mencapai tinggi enam meter atau lebih, dan diameter lebih dari 10 cm pada saat masak tebang. Ada tiga bagian utama sebuah pohon, yaitu akar, batang, dan tajuk. Setiap pohon mempunyai satu atau lebih nama daerah, tetapi hanya satu nama ilmiah dalam bahasa latin. Sebagai contoh, pohon rasa mala yang terdapat di pegunungan Jawa Barat, mempunyai nama latin Altinghia excelsa Noronha, termasuk famili Hammamelidaceae. Para botaniwan telah mengembangkan suatu metode sistematik dalam mengklasifikasi tumbuhan, mulai dari kelas ordo, famili, genera, dan species. Konifer adalah termasuk kelas Gymnospermae dan pohon berdaun lebar, termasuk kelas Angiosperma. Masing-masing individu pohon disebut species,dan nama ilmiahnya terdiri atas genus dan species, misalnya Eucalyptus alba.
Faktor – faktor Tapak atau Tempat Tumbuh
Laju pertumbuhan sebuah pohon dan macam pohon apa yang tumbuh di suatu lokasi, tergantung atas faktor-faktor tapak atau tempat tumbuh. Tapak ialah sebuah tempat dipandang dari segi factor-faktor ekologinya dalam hubungan kemampuannya untuk menghasilkan hutan atau vegetasi lainnya atau dengan kata lain, gabungan kondisi biotik, iklim, dan tanah dari sebuah tempat.
Para rimbawan telah mengklasifikasikan tapak bagi pertumbuhan pohon berdasarkan tinngi pohon yang di capai pada periode tumbuh atau umur tertentu .Kualita Tapak diukur dengan tinggi masing-masing jenis pohon yang di capai dalam periode tertentu, misalnya selama 50 tahun.
Salah satu pertimbangan terpenting dalam mengelolah suatu hutan dan menerapkan perlakuan sivikultur ialah derajat toleransi setiap jenis pohon terhadap naungan. Ada jenis pohon yang memerlukan sinar matahari penuh dan keadaan terbuka sehinga adanya sedikit naungan saja, sudah dapat mencegahnya untuk tumbuh. Jenis pohon lain justru memerlukan naungan yang rapat, terutama pada masa semainya .Kalau tidak malahan dapat mati .Dalam penentuan jenis apa yang akan di tanam, memilih pohon yang ditinggalkan dalam penjarangan, dan pohon yang akan di tebang, toleransi merupakan faktor primer yang harus dipertimbangkan.
Salah satu pertimbangan terpenting dalam mengelolah suatu hutan dan menerapkan perlakuan sivikultur ialah derajat toleransi setiap jenis pohon terhadap naungan. Ada jenis pohon yang memerlukan sinar matahari penuh dan keadaan terbuka sehinga adanya sedikit naungan saja, sudah dapat mencegahnya untuk tumbuh. Jenis pohon lain justru memerlukan naungan yang rapat, terutama pada masa semainya .Kalau tidak malahan dapat mati .Dalam penentuan jenis apa yang akan di tanam, memilih pohon yang ditinggalkan dalam penjarangan, dan pohon yang akan di tebang, toleransi merupakan faktor primer yang harus dipertimbangkan.
Toleransi
Toleransi adalah istilah yang sering digunakan dalam kehutanan, yang berarti kemampuan relatif dari sebuah pohon untuk bertahan hidup dibawah naungan (Baker,1950). Pohon-pohon yang mempunyai kemampuan demikian, disebut toleran, dan yang tidak mempunyai sifat-sifat tersebut , disebut intoleran atau memerlukan cahaya matahari. Banyak jenis pohon yang tidak dapat digolongkan toleran atau intoleran. Mereka termasuk toleran tengahan, jadi antara keduanya.
Perbedaan yang tepenting diantara pohon toleran dan pohon intoleran adalah sebagai dibawah ini (Baker,1950; Daryadi & Hardjono, 1970).
Perbedaan yang tepenting diantara pohon toleran dan pohon intoleran adalah sebagai dibawah ini (Baker,1950; Daryadi & Hardjono, 1970).
1. Pohon-pohon toleran dapat mempermudakan dan membentuk tegakan bawah, dibawah lapisan tajuk pohon intoleran,bahkan juga dibawah naungannya sendiri.Pohon – pohon toleran hanya mampu mempermudakan diri ditempat terbuka, atau pada lapisan tajuk yang terbuka. Sebagai contoh masing-masing ialah Aghatis loranthifolia dan jenis Pinus merkusii, yang banyak ditanam di Pulau Jawa.
2. Apabila pohon toleran membentuk tegakan bawah, mereka sangat ulet bertahan hidup selama bertahun-tahun, meskipun riapnya sangat kecil. Sebagai contoh, jenis pohon Parashorea malaanon, yang hidup ditempat terbuka dan dibawah naungan pohon hutan lainnya (Richard, 1952). Bila dibebaskan ,mereka masi dapat tumbuh baik. Kecuali bila sudah sangat lama tertekan . Sebaiknya, pohon intoleran akan cepat mati dan reaksi terhadap pembebasanya, sangat lambat.
3. Pohon toleran mempunyai tajuk yang tebal, terdiri dari beberapa lapisan daun.
Daun pada bagian dalam masih tetap berfungsi pada intensitas cahaya yang rendah. Pohon intoleran mempunyai tajuk tipis dan terbuka, dan tediri atas daun-daun yang cukup mendapat cahaya matahari.
Daun pada bagian dalam masih tetap berfungsi pada intensitas cahaya yang rendah. Pohon intoleran mempunyai tajuk tipis dan terbuka, dan tediri atas daun-daun yang cukup mendapat cahaya matahari.
4. Pohon toleran membersihkan batangnya dari ranting-ranting secara perlahan-lahan, karena daunnya masih befungsi dalam intensitas cahaya rendah. Sebaliknya, pohon intoleran melakukan pemangkasan alami secara cepat, Jadi pada hutan-hutan yang kurang baik pengelolaanya.
5. Tegakan yang rapat dari pohon toleran, cenderung menghasilkan lebih banyak batang per-hektar, dibandingkan dengan tegakan yang terdiri pohon intoleran, meskipun mempunyai kualitas tapak yang sama.
6. Batang pohon toleran cenderung lebih selidris bentuknya, dibandingkan dengan batang pohon intoleran yang mempunyai kerucut, Meskipun kerapatan tegakannya sama.
7. Pertumbuhan tinggi di waktu muda pada pohon intoleran, adalah lebih cepat dibandingkan pada pohon toleran.
Penentuan toleransi
Beberapa tolak ukur dalam penentuan toleransi telah dikembangkan, meskipun diakui kurang teliti dan terasa subyektif. Ukuran itu bagi jenis pohon sangat toleran dan sangat intoleran, memang cocok, tetapi bagi jenis pohon toleran tengahan, kadang-kadang tidak cocok dan samar-samar.
Hal-hal yang dapat digunakan antara lain (Baker, 1950):
1. Kerapatan tajuk
2. Cahaya minimum bagi eksistensi daun
3. Pemangkasan alami
4. Jumlah orde percabangan
5. Laju pertumbuhan sewaktu muda
6. Keadaan permudaan di lapisan bawah hutan
7. Struktur daun.
2. Cahaya minimum bagi eksistensi daun
3. Pemangkasan alami
4. Jumlah orde percabangan
5. Laju pertumbuhan sewaktu muda
6. Keadaan permudaan di lapisan bawah hutan
7. Struktur daun.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar