Kabupaten Tulang Bawang dibentuk pada tahun 1997 melalui sekretariat Persiapan Kabupaten Tulang Bawang. Penetapan ini melalui surat keputusan Gubernur No.821.2/II/09/97 tanggal 14 Januari1997 tentang penunjukan Bupati Kabupaten Tingkat II persiapan Tulang Bawang.
Kota Menggala memiliki sejarah yang sangat tua , dimana Menggala ini terkenal dengan sebutan Parisnya Lampung. Jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang sampai dengan akhir tahun 2001 berjumlah 711.886 jiwa.
Tari Bedayo Tulang Bawang adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Tulang Bawang memiliki usia yang sangat tua dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Menggala. Marwansyah Warganegara mengatakan, bahwa Tari Bedayo Tulang Bawang dulunya diciptakan atas permintaan Menak Sakaria dan adiknya Menak Sangecang Bumi keturunan ari puti Bulan, di kampung Tus Bujung Menggala kecamatan Tulang Bawang Udik.
Konon munculnya tari Bedayo Tulang Bawang akibat adanya wabah penyakit yang melanda kampung Bujung Menggala di masa itu. Berbagai usaha yang dilakukan pada saat itu, namun tidak kunjung hilang, selama pertapaannya menak Sakaria mendapatkan wangsit agar mengadaan upacara dan memotong kambing hitam diiringi sebuah tarian yang dibawakan penari wanita yang masih suci berjumlah 12 orang.
Ratu Dandayanti menerangkan, bahwa pada mulanya tari Bedayo Tulang Bawang disebut tari pemujaan atau penyembuh penyakit. Tarian pemujaan itu dipentaskan di candi Gughi yang disaksikan oleh banyak orang-orang di sekitar Kampung Bujung Menggala. Asal kata bedayo berasal dari kata budaya, Oleh karena itu tari Bedayo hanya terdapat di kabupaten Tulang Bawang saja.
Biasanya, kalau sudah ada kejadian yang sifatnya ghaib atau misalnya ada wabah penyakit yang melanda sebuah desa dimasa lalu, seketika masyarakat tersebut membuat penolak bala. Apakah yang digunakan itu sebuah tarian atau lainnya, yang intinya mohon keselamatan.
Dengan adanya peninggalan adat istiadat dan kebiasaan lama, secara umum masyarakat Menggala masih percaya dengan kata-kata orang tua, baik itu berupa pantun, dongeng, legenda mitos, dan yang lainnya. Dengan demikian, cerita tari Bedayo Tulang Bawang pada saat ini masih terdengar di lingkungan masyarakat Menggala.
Untuk mengungkapkan kehadiran tari Bedayo Tulang Bawang secara pasti sangatlah sulit dicari jejak sejarahnya, karena sampai sekarang belum ditemukan data-data yang mencatat mengenai sejarah tarinya.
Tari Bedayo Tulang Bawang ditarikan oleh dua belas orang penari putri. Tiga orang penari membawa sesajen dan berada pada posisi depan, dan terdapat satu orang putra yang bertugas membawa payung sebagai pengiring namun tidak dalam posisi menari.
Adapun sesajen yang dibawa oleh ketiga penari putri tersebut antara lain: beras kuning dengan yang dicampur dengan kunyit dan bunga, kemenyan, dan daun salah. Dan Sembilan penari ini merupakan symbol kehidupan manusia yang melambangkan fungsi panca indra manusia dan fungsi hati, syaraf dan kaki manusia. Kemudian untuk ketiga penari yang mebawa sesaji yang melambangkan ke-Tuhanan.
Tari Bedayo Tulang Bawang dari hasil penyusunan ini memiliki beberapa gerak dasar pokok yang sudah menjadi gerak inti. Misalnya:
- Gerak Lapah Tebeng ( Melangkah)
- Gerak Sembah Pebekou (Menyembah)
- Gerak Samber Melayang (Burung Terbang)
Busana yang dipakai penari Bedayo Tulang Bawang diantaranya:
- Siger atau Makuto
- Kalung Jimat
- Gelang Kano
- Tapis Cucuk Kanda
- Tapis Tutup Dada
- Ikat Pinggang Kuning
- Selendang
- Tanggai
Walaupun tarian ini tidak begitu sakral seperti awal kemunculannya, tetapi saya sebagai orang yang pernah ikut seta dalam menarikan tarian ini masih merasa kesakralan dalam setiap gerakan tarian ini.
Kita harus ikut serta menjaga Tarian ini, karena ini adalah salah satu warisan budaya kita.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar