Ke Munafikan
Di suatu hari, di kota yang panas, kering kerontang. Penuh dengan kerumunan orang yang sibuk dengan kegiatannya. Wajah- wajah yang berlalu lalang di penuhi dengan tampang yang begitu menyeramkan. Wajah- wajah manusia yang di anggapnya munafik. Lalu?, bagaimana dengan dirinya sendiri?. Ya! Gadis kecil berumur 8 tahun itu berdiri di tengah- tengah kerumunan orang- orang yang berlalu lalang, dan tentang kemunafikan. Dia tentu tidak mengetahui tentang kemunafikan, tapi dia mencoba untuk tidak menyentuh kata itu. Namaku Shisi, kini aku sendirian, bingung akan kemana? Tak punya uang sepeser pun?, dan tidak tahu apa yang akan kulakukan, kenapa semua orang menatapku dengan enyah. Apa karena aku anak kecil? Apa karena aku terlihat kumuh? Apa pakaianku yang sederhana?. Ahhhh! Persetan dengan semua orang- orang itu. Tapi inikah yang dinamakan manusia yang kataya punya rasa perhatian??!. Dalam benakku, aku sendiri bingung? Mengapa anak sekecilku mampu berperasaan seperti ini, dan seharusnya anak usiaku ini bermain dan belajar dengan teman-teman yang seumuran. Kini akau tidak punya siapa- siapa, aku kabur dari rumah orang tuaku yamg begitu besar dan mewah. Mungkin dalam benak anda aku sangat bodoh karena meninggalkan kehidupan yang mewah. Tapi aku cukup puas dengan jalan yang kupilih, setelah sebelumnya aku mendengar percakapan bahwa ayah dan ibu seorang koruptor. Mungkin pikirnya aku tidak tahu apa-apa tentang korupsi, tapi otakku merasa hal itu sangat kotor ketika sehabis nonoton TV yang penuh dengan berita mengenasakan, menjijikkan, memalukan, yang di alami negriku. Yang ada dalam benakku waktu itu, hatiku terasa sakit ketika meratap rumah yang aku injak penuh dengan keharaman, pakaian, makanan, serta apapun yang aku punya. Apa lagi ketika tidak sengaja mendengar percakapan ibu dengan temannya bahwa aku anak pungutan. Rasanya sangat kacau waktu itu, pantas saja perhatian seorang orang tua tidak aku dapatkan. Sekali lagi aku merasa bingung? Kenapa aku bisa merasakan hal ini?. Matahari mulai bersembunyi, dan membuat hawa cukup dingin. Sishi yang terus berjalan tanpa arah terlihat lelah dan tak berdaya. Namun dia masih ingin menemukan jati diri, pikirnya. di sandarkan bahunya pada tembok gedung di pinggir jalan. Hanya menatap jalan yang dilintasi kendaraan, perutnya kini benar-benar tak kuat menahan lapar dan haus. Wajahnya pucat, bibirnya kering sedikit terkelupas, pandangannya mulai kabur. Dia meneteskan air mata, sedih akan keadaannya. Apa aku akan mati?, apa ini yang dinamakan pingsan?, kenapa semuanya gelap……. Tes…tes….tes tes tes tes…….., suara rintikan air yang berjatuh dan mulai menderas Membasahi wajah Shisi. Dengan seketika, Shisi terkaget terbangun dari rasa lelahnya karena merasakan kenikmatan air hujan. Dia terdiam sejenak, menysukuri nikmat Allah yang di dapatnya. Kemudian dalam hati dia berpikir bagaimana caranya bertahan hidup?. Lalu dia bangkit karena semangat hidup, berdiri diam sejenak. Meratapi sekelilingnya,dan hujan begitu deras. Shisi menundukkan kepala, apa yang bisa aku lakukan????. Bepikir, dan berpikir. Hingga hujan tak lagi mengguyur air, shisi melangkahkan kakinya mendekati sebuah sepeda motor yang di parkir di depan mini market. “hei nona kecil?!! Apa kau yang melakukannya ini???, Tanya seorang pria berumur sekitar 25 tahunan. Shisi menganggukkan kepala, “apa kau sendirian dhek??”, Tanya orang itu lagi. Shisi menganggukkan kepala lagi, dan orang itu mulai menatap shisi dengan aneh. Orang itu mulai merayu Shisi untuk ikut dengannya, awalnya shisi tidak mau. Tapi mata shisi memandang seakan orang itu tidak jahat, dan akhirnya shisi di ajak dengan naik sepeda motor oleh orang itu. Berhenti di sebuah taman kota,shisi dan orang itu duduk berdua di sebuah ayunan dengan makan ice cream. Orang itu memulai pembicaraan, “kenapa kau membersihkan sepeda motorku dengan jaketmu dhek??”, “saya berusaha mendapatkan uang untuk hidup..”, jawab shisi. “seharusnya, anak seusiamu belajar dirumah atau bermain. Sepertinya kau menghadapi hidup yang membingungkan ini ya?, apa kau punya orang tua? Dimana tempat tinggalmu??” “aku tidak punya orang tua dan tidak tahu siapa orang tuaku, aku muak dengan semua orang, dan aku tidak bisa mengerti orang baik itu seperti apa?, harusnya aku tidak ikut dengan anda di sini, tapi aku tiba-tiba menganggap anda tidak jahat. Apa anda orang yang jahat??” Orang itu tiba-tiba kaget mendengar perkataan seorang anak kecil berbicara tentang kenaifan dunia. Dan tersenyum seraya berkata, “aku adalah penjahat yang akan membawamu terbang kelangit melihat indahnya bintang, dan mengelilingi matahari sampai badan jadi gosong, lalu mengajak kau ke bulan untuk memancing. Siapa tahu disana ada danaunya dan ikannya besar-besar !!” Shisi tertawa manis dan mereka berdua mulai saling kenal dengan percakapan hingga larut malam. Di sisi lain, orang itu menganggap shisi sebagai anak yang cerdas dan tidak biasa. Orang itu bernama Beni, dia mengajak Shisi untuk tinggal di rumahnya. Shisi yang tergolong keras kepala sebenarnya tidak ingin tinggal di rumah Pak beni yang tidak ia kenal dan ingin berusaha menjalani hidupnya sendiri. Tapi kondisi yang memaksa, badannya yang sudah letih dan waktu yang larut malam membuat Shisi memilih untuk tinggal di rumah pak BEni untuk sementara. *** Adzan subuh mulai berkumandang, shisi terbangun dari tempat tidur yang nyenyak. Dia heran, dimana dia sekarang? Tiba-tiba pintu kamar terbuka, seseorang dengan badan tinggi masuk ke kamar. Shisi kaget dan takut, pandangan mata shisi tidak begitu baik karena kamar yang petang. Shisi berteriak, UWAAAAAAAAAAAAAA!! PENJAHAAAAAAAAAAAAAT! TOLOOOOOOOOOOOONG!, tapi shisi terdiam ketika lampu kamar mulai menyala dan ternyata orang itu adalah pak beni. Dalam hati shisi bertanya-tanya, apa yang akan di lakukan pak beni??, eeeehhh, ternyata mengajak untuk sholat berjamaah !! hehehe. Pagi hari, shisi dan pak beni duduk-duduk di dipan teras dengan pemandangan taman rumah yang bagus. “di rumah ini, slain pak beni, ada siapa lagi??”, Tanya shisi. “tidak ada siapa-siapa, aku tinggal sendirian, hanya ada kau sekarang dan embok(pembantu rumah)...”, “waaaaau !!?, di rumah sebesar ini pak beni tinggal sendirian?? Lalu, keluarga pak beni dimana?”, Tanya shisi lagi. “aku tidak punya keluarga, dan jangan panggil aku pak !?,”, “ lantas aku panggil apa??”, “ panggil saja kak beni yah !! hahahaha”, ” aku tidak mau memanggil orang yang sudah keriput dengan sebutan kakaaaaaak ??! hahahaha” jawab shisi dengan canda. Mereka berdua cepat sekali akrab, berbincang, dan bercanda satu sama lain. Tapi dalam benak shisi, ada yang aneh dari kak beni, sebenarnya shisi masih penasaran dengan kak beni dan ingin melontarkan pertanyaan-pertanyaan, namun shisi sadar bahwa dia baru kenal dan merasa tak pantas untuk bertanya tentang pak beni, apa lagi tentang kepribadian. Pada malam hari, beni melihat shisi yang sedang sndiri, di hampirinya dan melihat ternyata shisi sedang menggambar sebuah pemandangan yang begitu bagus. Dan kebetulan sekali, beni sangat suka dengan seni lukis, “kamu jago gambar yaa!”, shisi hanya tersenyum dengan pujian itu. Mereka berbincang lagi tentang seni, tiba-tiba di tengah perbincangan, beni menginginkan shisi untuk di gambarkan sebuah kota yang hancur oleh ledakan. Shisi bertanya, “mengapa kakak mengiginkan gambar itu??”, beni tersenyum menjawab, ” aku suka aja dengan objek gambar ledakan, bagiku itu seni yang sangat mahal. Aku tahu, kamu akan menolak untuk tinggal denganku, karena kau mengaggap hal itu akan membuat kau lemah. Shisi, Kau tipe keras kepala dan ingin berusaha sendiri untuk hidup. Maka dari itu aku mempunyai permintaan, tolong gambarkan aku tentang kehancuran. Sebagai imbalannya, aku akan menyekolahkanmu dan kamu bisa tinggal disini!”, shisi semakin aneh dengan beni, dia mempertimbangkan sejenak tawaran itu. “hmmmm, kalau gambar aja aku gk mau kak ! bagaimana sekalian menjaga dan merawat rumah ini !! hehehehe”, jawab shisi. “ kau memang anak yang tidak mau di kasih gratisan ya !!hahahaha” kata beni… *** Hari terus bergulir, dulu yang awalnya shisi ingin pergi dari rumah kak beni, tidak jadi karena kak beni ingin di temani oleh shisi yang menurut kak beni shisi adalah seorang yang sangat menghibur. Kini Shisi sudah beranjak dewasa, dia di sekolahkan oleh Beni yang dianggap kakak kandungnya sendiri. Begitu juga beni, dia mengaggap shisi adalah adiknya. Tapi ada hal yang masih belum diketahui oleh shisi tentang beni. Meski sudah sekitar 7 tahun tinggal bersama, shisi tidak mengetahui banyak tentang kakaknya itu, beni. Bahkan shisi belum tahu apa pekerjaan kakanya itu,kenapa dia begitu baik??. Shisi merasa bodoh tidak bisa berani mengungkapkan pertanyaan yang menghantui tentang kakanya (Beni) karena shisi takut akan menyinggung perasaan orang yang sudah mencukupi kehidupannya. Di lain hari shisi menghampiri beni yang sedang duduk di halaman rumah sambil memandangi gambaran yang begitu banyak di buat shisi. “kak? Maaf mengganggu?”, “heiiiiiiii !!, kamu gk ganggu kog shi, ada apa? Kok cepat sekolahnya?pulang pagi ya? Duduk sini shi !”, Tanya beni. “ aduh kakak ini lupa atau udah pikun sih?, aku pulang pagi karena hari ini pengumuman kelulusan sekolahku!!”, jawab shisi. “ aduh aku lupa! Gak kerasa ya kamu udah kelas 9 ya!!, aku beneren gak nyadarinya! Maaf ya shi ??maaf!hehehehe”, “ini hasil ujian nasionalku kak,belum aku buka sama sekali, aku gak brani lihatnya, biar kakak aja yang lihat, aku takut gak lulus kaK??!”. Kemudian beni yang membuka map yang berisi hasil ujian shisi, ketika membuka, beni terdiam, melamun. Tentunya shisi semakin gemetaran, beni mengerutkan keningnya, wajahnya tidak begitu bahagia ketika melihat hasil ujian. Di banting map itu oleh beni, shisi menunduk ketakutan meneteskan air mata. Beni berdiri di depan shisi, namun shisi tak brani menatap mata kakaknya yang penuh dengan hawa kemarahan. Di terkam pundak shisi, lalu beni memaksa shisi untuk berdiri. “shisi !!! apa- apaan nilaimu ini !! kakak benar-benar gak nyangka !”, beni berbicara keras kepada shisi. “kaaak, maaf? Aku sudah berusaha…maaf kaaaak??”, shisi berkata sambil menangis. Beni melepaskan cengkramannya, dan berjalan meninggalkan shisi sambil berkata.. “cepat ganti baju !, kita keluar bersenang-senang untuk merayakan keululusanmu dan selamat sudah mendapat nilai terbaik sesekolahan ?!!!hahahahahaha!”. shisi terdiam kaget!, dia tersenyum manis meski sedikit jengkel dengan beni karena mengerjainnya. Shisi tumbuh sebagai anak yang cerdas, sejak SD dia selalu peringkat 1 di kelasnya. Tentunya beni sangat bangga,tapi entah kenapa shisi selalu merasa ada yang ganjal di senyuman beni, kakaknya. Dalam hati shisi ingin melupakan perasaan aneh itu. Walau bagaimanapun juga beni sangat baik bagi shisi, beni terkadang bisa menjadi orang tua bagi shisi, terkadang juga bisa jadi teman akrab. Pemikiran shisi tentang kemunafikan adalah milik semua orang, kini perlahan hilang semenjak mengenal beni. Ternyata shisi percaya bahwa di dunia ini masai ada orang yang baik. Minggu. di pagi hari, yang begitu cerah. Beni mengajak shisi ke tepi dermaga, melihat dan merasakan sejuknya udara. Dalam hati, shisi merasa tidak biasanya kak beni mengajak kesini, sepanjang perjalanan dia merasa ada sesuatu yang benar-benar serius. Sambil duduk berdua melihat matahari terbit beni terus menatap langit, dan memulai pembicaraan.. “Shisi, kau sudah besar sekarang. Kita seperti keluarga, aku tidak tahu gimana jadinya kalau tidak ada kamu. Aku tahu selama ini kau penasaran dengan kakak, maaf aku tidak memberi tahu banyak tentang kehidupanku. Alasanku untuk tidak mencari jodoh atau menikah di usiaku yang cukup tua ini karena aku tidak bisa merasakan cinta. Aku sendiri tidak tahu kenapa? aku juga tidak tahu arti cinta itu apa, aku bingung kenapa semua orang terlena dengan kata cinta. Kedua orang tuaku dulu meninggal karena ledakan bom di sebuah apartemant, lalu aku hidup sendiri. Tentunya dari dulu kau ingin tahu pekrjaanku ya??hehehe”. shisi hanya tersenyum, dan memandang dengan tatapan seakan dia ingin lebih tau tentang oreng yang di anggapnya kakak. “pekerjaanku, adalah mengikuti tujuan hidupku…, aku akan pergi untuk bekerja dalam waktu yang lama ke luar negeri. Karena inilah tujuanku bekerja, dan sekaligus tujuan hidupku. Doakan aku y? agar bisa mencapai tujuan itu…!”, shisi semakin bingung dengan kata-kata kak beni. Dan dia berkata, “iya, semoga kaka bisa mencapainya. Lalu, jika tujuan itu tercapai apakah kakak akan berhenti bekrja?”, beni tersenyum, “ iya !, aku akan berhenti bekerja. Oh ya, selama aku pergi kamu gak usah khawatir, aku akan kirim kamu uang kok, dan kalo ada sisanya di tabung ya? Atau kamu kasih ke panti asuhan…”kata beni. “memang kakak pergi sampai berapa lama sih?, oh ya kalo emang lama, aku dan embok akan jaga rumah dengan baik dan aku akan cari kerajaan sampingan”. “aku tidak tahu berapa lama akan pergi…”, jawab beni… *** 7 tahun kemudian… Shisi yang tumbuh dewasa, kini telah lulus dari bangku kuliah. Menyelesaikan pendidikan Sarjananya, dari kejauhan saat perayaan wisuda Shisi memeluk embok sebagai pengganti kehadiran orang tua. Sesampai di rumah, dengan raut muta yang sedih, embok mengatakan sesuatu pada shisi, “non shisi, ini surat dari pak Beni. Saya di suruh memberi ke non shisi jika udah lulus sarjana, ini suratnya….”. sisi kaget! Dan memandangi surat yang terlihat kusam dan sangat lama.. “hei gadis kecil ?? pasti kamu sudah sangat dewasa ya sekarang… Maafkan aku yang tidak memberi kabar, saat kamu membaca surat ini.. Mungkin aku sudah mati, kini aku lega bisa menghabisi pembunuh orang tuaku. Meski dengan jalan menjadi teroris, aku tak peduli. Aku tau kau kecewa.. Setiap manusia memiliki sisi hitam dan putih. Tolong putihkan jejak hitam yang sudah aku buat. . . “ **** Shisi hanya tersenyum manis, memandang langit. Air matanya tak henti menetes mengingat senyuman Beni yang tidak bisa iya dapatkan lagi. Dia baru sadar kakaknya seorang buronan yang sangat terkenal, yang mengebom gedung-gedung di berbagai Negara. Dia melakukan hal itu hanya untuk mengenali teroris yang mendunia, yang sudah membunuh orang tuanya. Dalam benaknya, heran kenapa shisi yang benci kekerasan tibi-tiba merasa bangga dengan kakaknya yang berhasil menghabisi pelaku pembunuh orang tuanya. Dan dia jadi teringat kata-kata terakhir kakaknya… “dunia tak senaif yang kita bayangkan, yang kita pikirkan, dan yang kita rencanakan…” by : Edward Wonmaly
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar