Pengaruh Mulsa Dan Jenis Tanaman Hutan Terhadap Sifat Fisik Tanah Di Ruang Terbuka Hijau Kampus Universitas Tadulako
Maryam1), Wardah2), Rahmawati2)
1) Mahasiswa Program S1 Kehutanan
2) Dosen Pembimbing
Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Palu, Sulawesi Tengah 94112
Absract
Soil is a grow place, a supplier of nutrient elements, water, mineral, and others required for vegetation and animal growth. As a dynamic system, soil will always experience the changes, those are the physical, chemical, and biological change. The organic Mulsa use coming from natural organic and easily raveled substances such like plant residues, namely Straw and Manure is an endeavor to keep stability of plant growing site. This research aims to find out the Mulsa influence on soil physical characteristic at Mahoni (Swietenia macrophylla) and Trembesi tree (Samanea saman) on green space area of Tadulako University.
This research is arranged by using completely randomized design with factorial pattern consisted of 2 factors, firstly is type of plant which the soil sample is going to be taken, it consists of two types, those are Mahoni (Swietenia macrophylla) and Trembesi (Samanea saman)tree. Secondly is the use of Mulsa consisted of three treatments, using no Mulsa, Straw, and Mulsa Manure.
The result indicates that treatments of organic Mulsa, forest plantation Mahoni, and Trembesi do not clearly have an effect on permeability characteristic, bulk density, and porosity, but those clearly have an effect on stability of soil aggregate. Soil given organic Mulsa such like straw cultivated Trembesi tree, the stability of its soil aggregate is clearly higher than other treatments.
Abstrak
Tanah merupakan tempat tumbuh, penyedia unsur hara, air, mineral dan lain-lain yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetasi dan hewan. Sebagai suatu sistem dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu perubahan segi fisik, kimia, ataupun biologi tanahnya. Penggunaan mulsa organik yang berasal dari bahan-bahan organik alami dan mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman yaitu jerami dan seresah merupakan suatu usaha untuk menjaga kestabilan tempat tumbuh tanaman. Tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa terhadap sifat fisik tanah pada tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla), dan Trembesi (Samanea saman) Pada kawasan Ruang Terbuka Hijau di Universitas Tadulako.
Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan pola factorial (RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu Faktor pertama adalah jenis tanaman yang akan di ambil sampel tanahnya, terdiri dari dua jenis yaitu Mahoni (Swietenia macrophylla) Trambesi ( Samanea saman) Faktor kedua yaitu penggunaan mulsa yang terdiri dari tiga perlakuan Tanpa menggunakan mulsa, Mulsa Jerami, dan Serasah Mulsa.
Hasil menunjukkan bahwa Perlakuan mulsa organik dan jenis tanaman hutan Mahoni dan Trembesi tidak berpengaruh nyata terhadap sifat permeabilitas, bulk density dan porositas, tetapi berpengaruh nyata terhadap stabilitas agregat tanah. Tanah yang diberi mulsa organik jerami yang ditanami Trembesi secaranya nyata stabil agregat tanahnya lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya.
1. PENDAHULUAN
Tanah merupakan tempat tumbuh, penyedia unsur hara, air, mineral dan lain-lain yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetasi dan hewan. Sebagai suatu sistem dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu perubahan segi fisik, kimia, ataupun biologi tanahnya. Perubahan-perubahan ini terutama karena berbagai unsur iklim. Kerusakan tanah yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang berlebihan misalnya kerusakan dengan lenyapnya lapisan tanah, peristiwa ini dikenal dengan erosi. Erosi berlansung secara alamiah yang di karenakan oleh beberapa tindakan manusia terhadap tanah, dan tanaman yang tumbuh diatasnya sehingga menimbulkan kerugian kepada manusia, seperti banjir, kekeringan dan kurangnya produktifitas tanah (Brady, 1974).
Tanah dan air merupakan kekayaaan alam yang harus tetap lestari pengelolaaan tanah ditujukan untuk menjaga kesuburan tanah. kesuburan tanah merupakan unsur penting dalam pencegahan erosi pada suatu kawasan. Pengelolaan tanah meliputi pemeliharaan sifat fisik, kimia, dan biologi serta kandungan bahan organik tanah yang berfungsi untuk menstabilkan agregat tanah (Foth, 1995).
Sifat fisik tanah sangat penting peranannya dalam pertumbuhan tanaman. Karena sifat fisik tanah dapat menjadi indikator kemampuan tanah untuk mengkonservasi, mengalirkan dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Sifat fisik tanah yang mempengaruhi tanah ialah struktur tanah, bulk density permeabilitas tanah, stabilitas agregat, dan tekstur tanah serta porositas tanah. Di mana struktur dapat mempengaruhi sifat tanah dan tekstur tanah yang baik dapat mengikat air dan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan sehingga di perlukan penutupan tanah dengan cara pemberian mulsa.
Mulsa organik adalah sisa-sisa tanaman yang tersebar di permukaan tanah yang dapat menghasilkan bahan organik. Sisa tanaman tersebut dapat berupa seresah, cabang , ranting, batang maupun daun-daun bekas tanaman atau sisa tanaman hasil panen. Bahan organik yang dihasilkan serta kemampuan dalam menjaga suhu tanah sehingga mulsa organik dalam penggunaannya memiliki peran penting dalam mengatasi sifat fisik dan struktur tanah.
Penggunaan mulsa organik yang berasal dari bahan alami dan mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman yaitu jerami dan seresah merupakan suatu usaha untuk menjaga kestabilan tempat tumbuh tanaman. Salah satu indikator tempat tumbuh tanaman adalah kondisi tanah dengan suhu dan kelembaban yang memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman. Oleh karena itu, dalam setiap penggunaan bahan mulsa memiliki pengaruh yang berbeda tehadap pertumbuhan tanaman.
Ruang Terbuka Hijau yang terdapat di kampus Universitas Tadulako memiliki tekstur tanah dengan kelas tektur lempung berpasir, stuktur tanah dan permeabilitas pada tanah kosong tidak mempunyai daya simpan yang mampu mengikat air sehingga penyerapanya cukup tinggi di kawasan tersebut. Salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik di kawasan ruang terbuka hijau yaitu pemberian mulsa baik mulsa jerami maupun mulsa seresah. Terutama pada jenis-jenis tanaman yang ada di ruang terbuka hijau seperti Mahoni (Sweitenia macrophylla) dan Trembesi (Samanea saman).
1.2 Rumusan Masalah
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah dan sumber bahan organik yang ada di permukaan tanah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jenis pemberian mulsa organik dan jenis tanaman terhadap sifat fisik tanah di ruang terbuka hijau kampus Universitas Tadulako
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa organik dan sifat fisik tanah jenis tanaman hutan Mahoni dan Trembesi terhadap sifat fisik tanah permeabilitas, bulk density, porositas, stabilitas agregat dan tekstur.
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang peranan mulsa organik dan jenis tanaman hutan Mahoni dan Trembesi terhadap sifat fisik tanah di ruang terbuka hijau (RTH) di Universitas Tadulako bagi peneliti dan peneliti lainnya.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Tempat dan waktu
Penelitian ini bertempat di Ruang Terbuka Hijau Kampus Univrsitas Tadulako. Waktu penelitian ini di laksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2012.
2.2 Bahan dan Alat
· Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Sampel tanah utuh dan komposit pada masing-masing tanaman dengan perlakuan mulsa.
2. Label tempel, digunakan untuk mencatat kode sampel.
3. Zat-zat kimia, digunakan dalam analisis laboratorium.
4. Dua jenis tanaman yang telah di beri mulsa terdiri dari Mahoni (swietenia macrophylla) dan Trembesi ( Samanea saman).
5. Hamparan tanaman di RTH Untad
· Alat yang digunakan antara lain :.
1. Kantong plastik, digunakan untuk menyimpan sampel tanah tidak utuh.
2. Cangkul /sekop, digunakan untuk menggali tanah.
3. Ring sampel tanah
4. Kamera, digunakan untuk keperluan dokumentasi.
5. Alat-alat laboratorium, digunakan untuk menganalisis sampel tanah..
6. Pisau atau cutter.
7. Alat tulis menulis.
2.3 Data awal penelitian sebelumnya
1. Pertamabahan diameter batang
· Mahoni berumur ± 6 bulan dengan diameter rata-rata 6,67cm
· Trembesi berumur ± 6 bulan dengan diameter rata-rata 6,67cm
1. Pertamabahan tinggi tanaman
· Mahoni berumur ± 6 bulan dengan diameter rata-rata 9,72cm
· Trembesi berumur ± 6 bulan dengan diameter rata-rata 7,67cm
2. Pertamabahan tinggi tanaman
· Mahoni berumur ± 6 bulan dengan diameter rata-rata 6,33cm
· Trembesi berumur ± 6 bulan dengan diameter rata-rata 7,67cm
2.3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial (RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu
1 Faktor pertama adalah jenis tanaman yang akan di ambil sampel tanahnya, terdiri dari dua jenis yaitu:
§ Trembesi (J1)
§ Mahoni (J₂)
2 Faktor kedua yaitu penggunaan mulsa yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu:
§ Tanpa menggunakan mulsa (Mo)
§ Mulsa Jerami (M₁)
§ Mulsa Seresah (M₂)
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan dalam rancangan percobaan faktorial terhadap sifat fisik tanah pada berbagai perlakuan mulsa terhadap tanaman.
| | pemberian mulsa | |
| | | |
Jenis tanaman | Tanpa Mulsa (Mo) | Mulsa Jerami (M₁) | Mulsa Seresah (M₂) |
| | | |
Trembesi (J₁) | J₁ Mo | J₁ M₁ | J₁ M₂ |
| | | |
Mahoni (J₂) | J₂ Mo | J₂ M₁ | J₂ M₂ |
| | | |
Tiap Kombinasi perlakuan diambil 2 sampel pada titik yang berbeda tetapi pada Jenis tanaman yang sama dan perlakuan diulang 2 kali sehingga terdapat 12 sampel unit penelitian.
2.4 Prosedur Penelitian
2.4.1 Teknik pengambilan sampel tanah
Adapun cara pengambilan sampel yaitu :
1. Sampel tanah utuh digunakan untuk menganalisis bulk density (bulk density), permeabilitas tanah, serta porositas tanah, yang dilakukan dengan menggunakan ring sampel yaitu dengan cara membersihkan tanah dari seresah dan rumput lalu meletakan ring sampel di atas tanah yang telah ditentukan letaknya kemudian dimasukkan ke dalam tanah dengan mengunakan martil, kemudian ring sampel diangkat dengan menggunakan sekop beserta tanah yang ada di dalamnya. Ring yang berisi tanah kemudian diratakan dengan cutter sehingga kedua permukaan benar-benar rata dengan bibir ring sampel, setelah itu kedua ujung ring tersebut di tutup dengan mengunakan tutup ring yang terbuat dari plastik. Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan cara mengambil titik tengah yang telah ditentukan titiknya. Jumlah sampel tanah utuh adalah eenam (6) yang diambil dari satu kedalaman (5-20 cm) pada masing-masing tanaman dengan perlakuan mulsa di ruang terbuka hijau.
2.
Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur dan struktur pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan letaknya, kemudian dikompositkan/dicampur untuk menghasilkan 1 sampel tanah. Jumlah sampel tanah tidak utuh adalah enam (6) yang diambil dari satu kedalaman (5-20 cm) pada masing-masing perlakuan mulsa di ruang terbuka hijau.
|
3. Sampel tanah utuh (bongkahan tanah) digunakan untuk analisis stabilitas agregat pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan cara mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan letaknya, bersihkan permukaan tanah dari seresah dan rumput kemudian tanah disekop sampai kedalaman 20 cm, tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik. (diusahakan jangan sampai struktur atau agregat tanahnya rusak atau hancur). Jumlah sampel tanah utuh adalah sembilan (6) yang diambil dari satu kedalaman (5-20 cm) pada masing-masing perlakuan mulsa di ruang terbuka hijau. Jumlah keseluruhan sampel adalah 12
3.3.2 Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan berupa data sifat fisik tanah yang meliputi tekstur, struktur tanah, bulk desinty, permeabilitas tanah, dan stabilitas agregat yang akan dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Metode analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium disajikan pada tabel 2
Tabel 2. Metode Analisis Tanah di Labolatorium
No | Sifat Tanah | Metode |
1 2 3 4 5 6 | Tekstur Struktur Permeabilitas Bulk density Porositas Stabilitas agregat | menggunakan metode pipet pengamatan secara langsung Hidrolik Contoh tanah utuh dalam ring sampel dihitung (bulk density dan kerapatan partikel) Pengayakan |
Adapun cara kerja analisis tanah di laboratorium sebagai berikut :
1. Tekstur Tanah
Mengambil tanah komposit sebanyak 10 gr yang telah diayak dengan ukuran ayakan 2 mm, dan memasukkan kedalam erlemeyer (lampiran). Menambahkan H2O225-50 ml, diamkan selama 1 hari kemudian panaskan, setelah mendidih tambahkan HCl2N 25 ml, cukupkan volume sampel sampai 100 ml dengan aqudest, biarkan sampai mendidih dan hilangkan busanya, angkat dan
dinginkan, saring pasir kasar (0,25mm) pasir halus (0,09 mm), masukkan air saringan kedalam labu ukur 1000 dengan manambahkan aquades, tambahkan 25 ml calgon 12,5 ml (utuk memisahkan debu dan liat), kocok hingga rata, setelah itu pipet 25 ml untuk debu, diamkan selama 1 jam pipet 25 ml utuk liat, kemudian keringkan dalam oven selama 1 hari, timbang berat masing-masing fraksi. Proporsi fraksi menurut kelas tekstur digambarkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Proporsi Fraksi Menurut Kelas Tekstur Tanah
No | Kelas Tekstur Tanah | Proporsi (%) fraksi tanah | ||
Pasir | Debu | Liat | ||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. | Pasir (Sandy) Pasir berlempung (Loam sandy) Lempung Berpasir ( Lempung (Loam) Lempung Liat Berpasir ( Lempung Liat Berdebu ( Lempung Berliat (Clay loam) Lempung Berdebu (Slity loam) Debu (Slit) Liat Berpasir ( Liat Berdebu (Slity clay) Liat (Clay) | >85 70-90 40-87,5 22,5-52,5 45-80 <20 20-45 <47,5 <20 45-62,5 <20-<45 | <15 <30 <50 30-50 <30 40-70 15-52,5 50-87,5 >80 <20 40-60 <40 | <10 <15 <20 10-30 20-37,5 27,5-40 27,5-40 <27,5 <12,5 37,5-57,5 40-60 >40 |
Sumber: Panduan Analisis Fisik Tanah Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
2. Permeabilitas
Contoh tanah di dalam ring sampel direndam dalam baki perendam selama 24 jam, setelah perendaman selesai, contoh tanah yang sudah jenuh air dipindahkan ke alat penetapan permeabilitas (lampiran), kemudian dialiri air selama 1 jam yang terbagi ke dalam 3 tahap yaitu 30 menit pertama 15 kedua dan 15 menit ketiga. Setelah itu melakukan pengukuran air yang tertampung selama 1 jam (ml). Kelas permeabilitas tanah menurut USSCS disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kelas Permeabilitas Tanah Menurut USSCS
No | Kecepatan permeabilitas ( cm/jam ) | Keterangan | |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. | < 0.12 0.13- 0.51 0.51- 2.00 2.01- 6.25 6.26 -12.50 12.51- 25.00 > 25.00 | Sangat Lambat Lambat Agak Lambat Sedang Agak Cepat Cepat Sangat Cepat | |
Sumber : Panduan Analisis Fisik Tanah Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
3. Bulk Density
Sampel tanah utuh (ring) di masukkan ke oven selama 2 hari dengan suhu 105o C. Kemudian timbang keseluruhan (tanah+ring) kemudian dikurangi oleh berat ring maka akan diperoleh berat tanah kering oven. Ukur tinggi dan diameter ring untuk analisis porositas tanah.
4. Porositas
Tentukan bobot jenis tanah dengan cara seperti pada praktikum no 4, untuk nilai kepadatan partikel dipakai nilai 2,65. Total porositas berarti sama dengan jumlah air yang dapat mengisi pori-pori tanah apa bila tanah dalam keadaan jenuh air. Jumlah pori dari 0 – 8,6 mikron menunjukkan jumlah air dalam keadaan kapasitas lapang. Jumlah pori dari 0,2 – 8,6 mikron menunjukkan jumlah air tersedia bagi tanaman.
Tanah-tanah yang bertekstur halus akan mempunyai presentase ruang pori total yang lebih tinggi dibanding tanah yang bertekstur kasar seperti yang terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Porositas Dari Berbagai Tekstur Tanah
No | Kelas Tekstur | Porositas (%) |
1 2 3 4 5 6 7 | Liat Lempung Berliat Lempung Berdebu Lempung Lempung Berpasir Halus Lempung Berpasir Pasir | 60 59 56 55 51 48 42 |
Sumber : Panduan Analisis Fisik Tanah Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
6. Stabilitas Agregat
Pengayakan ada dua yaitu pengayakan kering dan pengayakan basah. Pengayakan kering, contoh tanah dengan agregat utuh (bongkah) kira-kira 500 g tanah kering ditaruh di atas ayakan 8 mm, dibawah ayakan ini berturut-turut terdapat ayakan 4,76 mm, 2,83 mm, 2 mm dan 0 mm, haluskan tanah dengan menggunakan lumpang (alu kecil) sampai semua tanah lolos melalui ayakan 8 mm, gerak-gerakan ayakan dengan tangan, masing-masing fraksi agregat ditimbang kemusian dinyatakan dalam tegakan %. Persentasi agregasi = 100% dikurangi dengan % agregasi lebih kecil dari 2 mm.
Pengayakan basah, agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering, kecuali agregat lebih kecil dari 2 mm, ditimbang dan masing-masing dimasukkan ke dalam cawan, teteskan air pada tanah dalam cawan sampai kapasitas lapang, simpan dalam inkubator pada temperatur 20o C selama 1 malam, pindahkan tiap agregat dari cawan ke ayakan sebagai berikut :
- Agregat antara 8 dan 4,74 mm di atas ayakan 4,76 mm
- Agregat antara 4,76 dan 2,83 mm diatas ayakan 2,83 mm
- Agregat antara 2,83 dan 2 mm di atas ayakan 2 mm
Disamping ayakan tersebut di atas, digunakan berturut-turut ayakan 1mm, 0,5 mm, pasang susunan ayakan dan pengayakan dilakukan selama 5 menit, setelah selesai pindahkan agregat tiap ayakan ke cawan, buang kelebihan air dari cawan lalu keringkan diatas pemanas terbuka pada suhu 130o C, setelah kering kemudian ditimbang. Kelas indeks stabilitas
agregat disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6: Kalsifikasi indeks stabilitas agregat
No | Kelas | Indeks stabilitas % |
1. 2. 3. 4. 5. 6. | Sangat stabil sekali Sangat stabil Stabil Agak stabil Kurang stabil Tidak stabil | > 200 80-200 66-80 50-66 40-50 < 40 |
Sumber: Panduan Analisis Fisik Tanah Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang telah tersedia pada instansi ,terkait dan data yang di peroleh dari berbagai studi literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.3.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis sidik ragam sesuai dengan metode rancangan acak lengkap dengan pola factorial (RAL). Model matematis yang akan digunakan adalah berdasarkan Gaspers (1991), yaitu:
Yijk=µ + Ai + Bj + ABij + €ij
Dimana:
µ = Rataan Umum
Ai = Pengaruh Faktor A pada taraf ke –i
Bj = Pengaruh Faktor B ke –j
ABij = Interaksi antara Faktor A dengan Faktor B
€ij = Pengaruh galat pada Faktor A ke taraf ke-I dan Faktor B taraf ke-j
Analisis dalam penelitian sifat fisik tanah pada berbagai perlakuan Mulsa menggunakan Rancangan Percobaan faktorial ini adalah sebagai berikut (Gasperz.V, 1991).
FK =
JKT = ∑ (Y) - FK
JKP = - FK
JKG = JKT – JKK-JKK
JKA = - FK
JKB = - FK
JKAB = JKP- JKA- JKB
Dimana:
(Y...2) = Kuadrat total
FK = Faktor Koreksi
JKT = Jumlah Kuadrat Total
JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKA = Jumlah Kuadrat Faktor A
JKB = Jumlah Kudarat Faktor B
JKAB = Jumlah kuadrat interaksi Faktor A dan B
JKG = Jumlah Kuadrat Galat
Analis keragaman dalam penelitian sifat fisik tanah dengan menggunakan Rancangan Percobaan factorial adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Analisis Keragaman dalam penelitian sifat fisik tanah dengan menggunakan Rancangan percobaan factorial.
Sumber | Derajat | Jumlah | Kuadrat | | F Tabel | |
Keragaman | Bebas | Kuadrat | Tengah | F Hitung | 0.05 | 0.01 |
(SK) | (DB) | (JK) | (KT) | | | |
PERLAKUAN | a.b -1 | JKP | | | | |
A | a – 1 | JKA | | | | |
B | b -1 | JKB | | | | |
AB | (a-1) (b-1) | JKAB | | | | |
Galat | a.b (R-1) | JKG | | | | |
| | | | | | |
Total | (R.a.b -1) | JKT | | | | |
Jikaanalisis sidik ragam menunjukan pengaruh yang nyata atau sangat nyata akan dilanjutkan dengan uji
jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tekstur Tanah
Dari hasil analisis tektur tanah di Laboratorium di ketahui bahwa tanah di sekitar tanaman Mahoni dan Trembesi dengan perlakuan berbagai mulsa memiliki kelas tekstur lempung berpasir dan lempung liat berpasir. tekstur tanah tersebut disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Tekstur tanah pada berbagai perlakuan jenis tanaman dan mulsa
Jenis Tanaman | Mulsa | | | Fraksi Tanah | Kelas Tekstur | |
| | pasir kasar | Pasir halus | Debu | Liat | |
| Mo | 29,2 | 20,0 | 37,7 | 13,1 | Lempung berpasir |
Trembesi (J₁) | M₁ | 31,0 | 16,2 | 34,0 | 18,8 | lempung berpasir |
| M₂ | 31,3 | 18,1 | 29,8 | 20,8 | Lempung liat berpasir |
| Mo | 37,6 | 18,6 | 34,8 | 9,0 | Lempung berpasir |
Mahoni (J₂) | M₁ | 39,7 | 19,6 | 24,5 | 16,2 | Lempung berpasir |
| M₂ | 29,3 | 23,5 | 32,5 | 14,7 | lempung berpasir |
Tabel 8. menunjukkan bahwa tanah yang sudah ditanami dengan Trembesi dan Mahoni yang diberi mulsa cenderung memuliki tekstur yang sama yaitu lempung berpasir, kecuali tanah yang ditanami Trembesi dengan diberi mulsa seresah memiliki lempung liat yang agak tinggi sehingga teksturnya lempung liat berpasir. Kondisi tekstur yang mirip tersebut menunjukkan bahwa jenis tanaman pohon dan perlakuan mulsa tidak berpengaruh terhadap tekstur tanah..
5.1.2 Permeabilitas
Dari hasil analisis permeabilitas tanah di Laboratorium ilmu tanah. Dianalisis sidik ragam untuk mengetahui berbagai perlakuan mulsa dan jenis tanaman terhadap permeabilitas tanah. Adapun analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil analisis sidik ragam pada permeabilitas tanah
| | | | | F Tabel | |
SK | DB | JK | KT | FH | 0,05 | 0,01 |
PERLAKUAN | 5 | 6670,15 | 1334 | 1TN | 5,99 | 13,74 |
J | 1 | 143,83 | 143,83 | 0,1TN | 5,99 | 13,74 |
M | 2 | 1491,78 | 757,89 | 0,52TN | 5,99 | 13,74 |
(JxM) | 2 | 6376,54 | 3188,27 | 2,24TN | 4,76 | 9,78 |
Galat | 6 | 8505,02 | 1417,50 | | | |
Total | 11 | 21884,7 | | | | |
Keterangan : TN : Tidak berpengaruh nyata
Analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 9. menunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada permeabilitas tanah.
Untuk mengetahui kombinasi perlakuan terbaik terhadap permeabilitas. Rata-rata permeabilitas tanah yang ditanami Mahoni dan Trembesi dan diberi mulsa dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata permeabilitas tanah.
| | Jenis | | |
Mulsa | | | | Rata-rata |
| J₁ | | J₂ | |
Mo | 3,79 | | 23,68 | 13,73 |
M₁ | 16,64 | 65,48 | 41,06 | |
M₂ | 54,46 | | 5,71 | 30,08 |
Rata-rata | 24,96 | | 31,62 | |
Tabel 10 menunjukkan bahwa permeabilitas tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Trembesi, selanjutnya permeabilitas tanah yang di beri mulsa jerami lebih tinggi dari pada mulsa seresah dan tanpa mulsa. Meskipun perbedaannya cenderung tidak berbeda nyata
5.1.3 Bulk Density
Hasil analisis bulk density tanah di Laboratorium ilmu tanah. Dianalisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan mulsa dan jenis tanaman terhadap bulk density tanah. Adapun hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel 11 .
Tabel 11. Hasil analisis Sidik ragam pada bulk density tanah.
| | | | | F Tabel | |
SK | DB | JK | KT | FH | 0,05 | 0,01 |
| | | | | | |
PERLAKUAN | 5 | 0,13 | 0,026 | 1,625TN | 5,14 | 10,92 |
J | 1 | 0,01 | 0,01 | 0,625TN | 5,99 | 13,74 |
M | 2 | 0,03 | 0,015 | 0,937TN | 5,99 | 13,74 |
(JxM) | 2 | 0,09 | 0,045 | 2,812TN | 4,76 | 9,78 |
Galat | 6 | 0,1 | 0,016 | | | |
Total | 11 | 0,36 | | | | |
Keterangan : TN : Tidak berpengaruh nyata
Analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 12. menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada bulk density tanah.
Pengarunh kombinasi perlakuan terhadap bulk density dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata pada bulk density tanah.
| | Jenis | | |
Mulsa | | | | Rata-rata |
| J₁ | | J₂ | |
Mo | 1,36 | | 1,30 | 1,33 |
M₁ | 1,36 | 1,34 | 1,34 | |
M₂ | 1,26 | | 1,40 | 1,40 |
Rata-rata | 1,33 | | 1,67 | |
Tabel 12 menunjukkan bahwa Bulk Density tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Trembesi, selanjutnya bulk density tanah yang diberi mulsa seresah lebih tinggi dari pada mulsa jerami dan tanpa mulsa.
3.1.4 Porositas
Hasil analisis Porositas tanah di Laboratorium ilmu tanah. Dianalisis sidik ragam untuk mengetahiu berbagai perlakuan mulsa. Adapun analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil analisis Sidik ragam pada porositas tanah.
| | | | | F Tabel | |
SK | DB | JK | KT | FH | 0,05 | 0,01 |
| | | | | | |
PERLAKUAN | 5 | 154,01 | 30,8 | 1TN | 5,99 | 13,74 |
J | 1 | 2,35 | 2,35 | 0,05TN | 5,99 | 13,74 |
M | 2 | 26,64 | 13,32 | 0,3TN | 5,99 | 13,74 |
(JxM) | 2 | 125,02 | 62,51 | 1,42TN | 5,14 | 10,92 |
Galat | 6 | 262,58 | 43,76 | | | |
Total | 11 | 570,6 | | | | |
Keterangan : TN : Tidak berpengaruh nyata
Analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 14. menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap porositas tanah.
Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata porositas tanah.
| | Jenis | | |
Mulsa | | | | Rata-rata |
| J₁ | | J₂ | |
Mo | 48,49 | | 50,62 | 49,55 |
M₁ | 48,53 | 53,6 | 51,06 | |
M₂ | 52,36 | | 42,50 | 47,43 |
Rata-rata | 49,79 | | 48,91 | |
Tabel 14 menunjukkan bahwa porositas tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Trembesi, selanjutnya porositas tanah yang diberi mulsa jerami lebih tinggi dari pada mulsa seresah dan tanpa mulsa.
3.1.5 Stabilitas agregat
Hasil analisis stabilitas agregat tanah di Laboratorium ilmu tanah. Dianalisis sidik ragam untuk mempengaruhi sifat fisik tanah pada berbagai perlakuan mulsa. Adapun analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil analisis sidik ragam pada stabilitas agregat tanah
| | | | | F Tabel | |
SK | DB | JK | KT | FH | 0,05 | 0,01 |
PERLAKUAN | 5 | 199,42 | 39,88 | 9,38** | 4,06 | 7,86 |
J | 1 | 140,08 | 140,08 | 32,96** | 3,77 | 7,14 |
M | 2 | 36,17 | 18,08 | 4.25TN | 4,39 | 8,75 |
(JxM) | 2 | 23,17 | 11,58 | 2,72TN | 4,76 | 9,78 |
Galat | 6 | 25,5 | 4,25 | | | |
Total | 11 | 424,34 | | | | |
Keterangan : TN : berpengaruh nyata
** : Berpengaruh sangat nyata
Hasil analisis yang disajikan pada tabel 15. menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan dan jenis tanaman memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tanah tetapi perlakuan mulsa dan interaksi antara jenis tanaman dan mulsa tidak berpengaruh nyata pada stabilitas agregat tanah.
Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap stabilitas agregat tanah Maka selanjutnya dilakukan uji jarak berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 16 .
Tabel 16. Uji jarak berganda Duncan pada stabilitas agregat tanah
| | Jenis | |
Mulsa | | | Rata-rata |
| J₁ | J₂ | |
M₁ | 57.5b | 54.5a | 56b |
M₂ | 62a | 54a | 58a |
M₃ | 58.5b | 49b | 53.75c |
Rata-rata | 59.33a | 52.5b | |
Keterangan : J₁ = Mahoni J₂ = Trembesi dan Mo = Tanpa mulsa M₁ =Mulsa jerami M₂ = Mulsa seresah angka yang diikuti huruf yang sama menunjukka tidak berbeda nyata.
Tabel 16 menunjukkan bahwa stabilitas agregat tanah yang ditanami tanaman Trembesi secara nyata lebih tinggi dibanding tanah yang ditanami Mahoni Selanjutnya stabilitas tanah yang diberi mulsa jerami lebih tinggi dari pada mulsa seresah, dan tanpa mulsa.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Tekstur
Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 8. Menunjukkan bahwa pada kedua jenis tanaman di satu kedalaman (0-15) memilki kelas tekstur tanah yaitu lempung liat berpasir dan Lempung berpasir. Tekstur lempung liat berpasir cenderung berada pada jenis tanaman Mahoni (swietenia macropylla) pada pelakuan mulsa seresah dengan tekstur tanah lempung liat berpasir kondisi tersebut cenderung mulai berubah pada
tanaman Trembesi (Samanea saman) dengan tektur tanah lempung berpasir.
Tekstur tanah lempung berpasir ditemui pada tanah yang ditanami Trembesi (Samanea saman). Hanafiah (1995) menyatakan bahwa tanah yang bertekstur lempung berpasir lebih baik jika dibandigkan dengan tanah yang bertekstur lempung, karena didominasi pasir maka banyak terdapat pori-pori makro disebut lebih porous, makin poreus tanah maka makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik).
Tanah yang didominasi pasir dan termasuk kedalam kelas lempung berpasir adalah tanah yang banyak mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus. Tanah lempung berpasir memiliki kemampuan memegang air dan mengandung unsur hara tinggi, serta kondisi tanahnya lebih subur dengan mengandung nitrogen dan bahan organik lebih banyak (Foth, 1988).
Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 9. menunjukkan bahwa tekstur tanah yang yang ditanami jenis tanaman Mahoni dan Trembesi sama yaitu lempung berpasir. Darmawijaya (1990) menyatakan bahwa tidak berbedanya kelas tekstur pada beberapa satuan lahan disebabkan oleh satuan lahan tersebut mempunyai bahan induk yang sama, disamping itu tekstur tanah menyatakan sifat tanah sulit mengalami perubahan. Didukung oleh pendapat Soepardi (1983) yang menyatakan bahwa proses pembentukan tanah melalui pelapukan batuan dan mineral membutuhkan waktu yang lama, diperkirakan antara 100-200 tahun.
5.2.2 Permeabilitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla) dan Trembesi (Samanea saman). pada permeabilitas tanah yang ditanami tanaman Trembesi cenderung lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Mahoni (Swietenia macrophylla). Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa permeabilitas adalah kecepatan laju air tanah dalam medium masa tanah atau kecepatan tanah dalam meloloskan atau dilewati oleh air. Hasil analisis tanah di Laboratorim menunjukkan bahwa, nilai permeabilitas pada Trembesi dengan perlakuan mulsa jerami cenderung lebih tinggi hal ini diduga karena tekstur tanahnya mengandung lebih banyak fraksi pasir dan memiliki kelas tekstur lempung berpasir. Permeabilitas dipengaruhi oleh tekstur, stuktur, bulk density, porositas dan bahan organik tanah.
Bahan organik merupakan bahan yang sangat mudah menyerap air, karena itu kandungan bahan organik tanah akan mempengaruhi karateristik air tanah. Pengaruh bahan organik berubah menurut waktu karena bahan organik berpengaruh terhadap struktur tanah (Hardjowigeno, 2003).
Didik (2009) menyatakan bahwa jumlah pori makro dan kemantapan agregat pada giliranya akan meningkatkan kapasitas infiltrasi (masuknya air kedalam tanah) dan sifat aerasi tanah. Tingginya infiltrasi menyebabkan air mudah hilang. Pada laju permeabilitas cenderung lebih rendah hal ini menyebabkan daya pegang tanah terhadap air baik dan tidak mudah hilang. Tekstur tanah ikut berperan dalam menentukan laju permeabilitas, tanah yang memiliki lebih banyak fraksi pasir akan meningkatkan laju infiltrasi, dibanding tanah yang memiliki lebih banyak fraksi liat.
5.2.3 Bulk Density
Hasil menunjukan bahwa Bulk Density tidak berpengaruh nyata pada tanaman Trembesi (Samanea saman Mahoni (Swietenia macrophylla)) dan . Bulk Density tanah yang ditanami tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla). cenderung lebih tinggi daripada tanah yang ditanami Trembesi (Samanea saman) Nilai Bulk density akan lebih rendah apabila bahan organik penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat memperkecil berat (S) tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan mineral. Tanah dengan nilai bulk density yang kecil baik untuk lahan pertanian sebab Bulk density yang kecil bahan organik yang dikandungnya akan semakin besar sehingga akan menyebabkan aerasi dalam tanah tersebut menjadi lebih baik. Tanah yang memiliki Bulk density tinggi atau besar mempunyai kandungan bahan mineral yang banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai Bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang. Makin padat suatu tanah makin tinggi Bulk density berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk density kurang dari 0,85 (Hardjowigeno, 1981).
Bulk density atau bulk density menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai bulk density pada tanaman Trembesi ( Samanea saman) dengan perlakuan mulsa jerami cenderung lebih tinggi dibanding tanaman Mahoni (Swietenia macropylla) mulsa jerami. Dari hasil analisis Laboratorium memperlihatkan bahwa nilai bulk density cederung agak tinggi pada Mahoni Swietenia macropylla) dengan perlakuan mulsa jerami dibanding Trembesi ( Samanea saman) hal ini menunjukkan bahwa Makin padat suatu tanah makin tinggi Bulk density berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman.
Fandi (2009) menyatakan bahwa meningkatnya kerapatan tanah (bulk density) menyebabkan berkurangnya total ruang pori. Analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai porositas Mahoni (Swietenia macropylla) cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan Trembesi (Samanea saman). Pendapat ini didukung oleh Islami (1995) yang mentatakan bahwa tanah yang baik ialah tanah yang mempunyai struktur remah dan ruang porinya tinggi sehingga bobot volumenya rendah. Selain porositas tanah nilai bulk density juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah, tingginya bulk density pada Trembesi (Samanea saman) diduga karena kandungan bahan organik tanahnyacenderung lebih rendah dibanding Mahoni (Swietenia macropylla). Tanah yang mengandung bahan organik rendah akan lebih padat dan berat voume tanahnya akan bertambah / meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa tanah pada tanaman Trembesi (Samanea saman) dengan perlakuan mulsa jerami mengandung lebih banyak bahan organik / unsur hara.
Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah makin padat tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air dan ditembus akar tanaman. Nilai bulk density dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan tanah oleh alat-alat pertanian tekstur dan struktur. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Idris (1987) yang menyatakan bahwa salah satu dampak fisik pada tanah hutan akibat pembalakan secara mekanis adalah terjadinya pemadatan tanah yang merusak struktur tanah. Tanah yang belum mengalami gangguan cenderung memiliki stabilitas keremahan dan porositas yang lebih tinggi serta kepadatan masa tanah (soil bulk density) yang lebih rendah dibanding yang sudah mengalami pembalakan.
5.2.4 Porositas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Porositas tidak berpengaruh nyata pada tanaman Mahoni dan Trembesi. Tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung lebih tinggi daripada Trembesi. Faktor yang mempengaruhi sifat fisik tanah di Ruang terbuka hijau (RTH) di sebabkan oleh fungsi dan pengaruh yang berbeda dari jenis mulsa organik tersebut sehingga dengan jenis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda dalam meninggkatkan produtivitas tanah. Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh air dan udara). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori tanah kasar (makro pori) dan pori-pori halus (mikro pori). Pada umumnya pori-pori besar berisi udara terutama bila tanah seluruhnya tergenang air dan pori-pori kecil berisi air kecuali bila tanah sangat kering (Harianto, 2008).
Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang disajikan menunjukkan bahwa nilai porositas pada tanaman Trembesi ( Samanea saman) mulsa jerami cenderung lebih tinggi tanaman Mahoni (Swietenia macropylla) Mulsa jerami Tingginya nilai porositas pada tanaman Trembesi (Samanea saman) berkaitan erat dengan bulk density dan kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi bahan organik tanah akan semakin rendah bulk density dan semakin tinggi porositas. Adrian (2003) meyatakan bahwa semakin tinggi bahan organik tanah semakin rendah bobot volume tanah dan semakin tinggi ruang pori. Rendahnya porositas pada tanaman Mahoni (Swietenia macropylla). diduga karena kandungan organik tanahnya lebih rendah dibanding tanaman Trembesi ( Samanea saman), bulk density yang lebih tinggi dan Yudi (2009) menyatakan bahwa tingginya bahan organik tanah dapat mempertahankan kualitas fisik tanah, sehingga membantu perkembangan akar tanaman dan kelancaran sirkulasi air tanah serta pemtegakanan pori tanah berperan dalam pengendalian limpasan permukaan sehingga mengurangi bahaya erosi serta kerapatan yang tinggi dari rajutan perakaran halus yang ada dapat menghasilkan porositas tanah. Pendapat ini didukung oleh Sutedjo dan Kartasapoetra (2005) menyatakan bahwa tumbuhan bawah atau rumput-rumput yang tumbuh rapat mempunyai kemampuan mencegah berlangsungnya erosi tanah yang lebih besar, sedang akar taman yang telah mati dapat menyebabkan partambahan pori-pori tanah dan bahan organik dalam tanah.
. Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa porositas tanah tinggi dipengaruhi oleh bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi pula, tanah dengan struktur remah mepunyai porositas yang lebih tinggi dari pada tanah yang ber struktur pejal.
5.2.5 Stabilitas agregat
Hasil penelitian pada analisis sidik ragam menunjukkan bahwa stabilitas agregat tanah berpengaruh sangat nyata antara jenis tanaman dan jenis mulsa. hasil uji jarak jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa interaksi antara tanaman dan jenis mulsa menunjukkan bahwa Trembesi mulsa seresah cenderung tinggi dibanding Mahoni mulsa jerami dan tanpa mulsa yang memiliki respon terbaik pada pertumbuhan. Faktor yang mempengaruhi interaksi pada jenis tanaman dan perlakuan mulsa tersebut disebabkan oleh fungsi yang berbeda dari jenis mulsa organik sehingga dengan jenis yang berbeda memberikan penagaruh yang berbeda dalam meningkatkan produktivitas tanah.
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanag permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah (Sarief, 1989).
Pemberian mulsa di atas permukaan tanah menyebabkan energi air hujan akan ditahan oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
Yudi (2009) menyatakan bahwa penentuan agregat tanah seharusnya hanya dapat ditentukan di lapangan sedangkan analisis di laboratorium lebih sukar terutama dalam mempertahankan tegakan agregat yang asli. Hadiutomo (1982) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemtegakanan agregat tanah yaitu bahan induk, fraksi penyusun tanah mempengaruhi pembentukan agregat tanah.
Sutedjo dan Kartasapoetra (2005) menyatakan bahwa adanya kemantapan agregat yang berbeda-beda adalah lebih disebabkan karena adanya perbedaan tekanan ikatan antara butiran. Agregat tanah yang disebabkan adanya ikatan atau sementasi antar butiran-butiran tanah.
Pengaruh waktu aplikasi sangat berpengaruh dalam proses penguraian mulsa dalam menghsilkan baha organik. Semakin lama bahan organik. Semakin lama bahan organik diaplikasikan sebagai penutup tanah pada tumbuhan maka, proses pelapukan dalam dekomposisi yang dilakukan mikro organisme akan semakin baik. Mulsa organik akan mengalami proses pelapukan yang akan dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan karbondioksida (CO₂), air, (H₂O) dan mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat tanamansebagai zat makanan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan hasil pengamatan di lapangan maupun di Laboratorium yaitu:
1. Perlakuan mulsa organik dan jenis tanaman hutan Mahoni dan Trembesi tidak berpengaruh nyata terhadap sifat permeabilitas, bulk density dan porositas, tetapi berpengaruh nyata terhadap stabilitas agregat tanah.
2. Tanah yang diberi mulsa organik jerami yang ditanami Trembesi secaranya nyata stabil agregat tanahnya lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih mengetahui sifat kimia tanah pada berbagai perlakuan mulsa di Ruang Terbuka Hijau Kampus Universitas Tadulako.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar