Ampas Tebu Menjadi Energi Listrik Terbarukan

Bookmark and Share
Air dan listrik telah menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat modern. Oleh sebab itu, kekurangan listrik di Indonesia, apa pun alasannya merupakan kemunduran. Krisis listrik memang berdampak buruk bagi perekonomian. Kita tahu bahwa investor yang hendak menanamkan modal pertama kali akan menanyakan apakah daya listrik sudah memadai. Itu yang menyebabkan investasi sulit masuk di daerah yang daya listriknya kurang seperti daerah Lampung. PLN selaku wakil pemerintah berusaha mengatasi masalah krisis listrik dengan membangun PLTA, PLTU, PLTN, dan PLTD. Proyek itu sangat bergantung pada kondisi alam, juga boros, dan tidak ramah lingkungan. Bahkan, proyek PLTA sangat bergantung pada daya dukung hutan yang berujung pada penyebab pemanasan global. Memang demikianlah dilema keberadaan ketenagalistrikan di Indonesia. Ketika satu solusi timbul, seribu masalah muncul, seperti peribahasa makan buah simalakama.
Tak ada rotan akar pun jadi. Fuel cell merupakan salah satu contoh teknologi energi alternatif yang berprospek untuk dikembangkan. Menurut beberapa penelitian yang pernah dilakukan, energi fuel cell tidak selalu harus bersumber dari hidrogen murni, tetapi dapat bersumber dari zat-zat lain yang mengandung hidrogen atau menghasilkan elektron.  Teknologi microbial fuel cell (MFC) dapat menjadi solusi alternatif sebagai sumber energi listrik.
Potensi ampas tebu di Indonesia cukup besar. Hal ini dikaitkan dengan peningkatan produksi tebu. Pada 1999 tercatat mencapai 2.270.623 ton sehingga ampas tebu yang dihasilkan berkisar antara 340.593 ton sampai 711.614 ton. Kecenderungan masyarakat selama ini yang menjadikan ampas tebu hanya sebagai pakan ternak, ternyata di balik limbah ampas tebu dapat disulap menjadi bahan baru dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Salah satunya bahan organik dalam pembuatan sumber listrik alternatif. Ampas tebu kering mengandung hemiselulosa dan selulosa ampas tebu dengan kemumian tinggi masing-masing sebanyak 24,64; 54,4; dan 45,60%.
MFC merupakan suatu alat yang menggunakan bakteri dalam menghasilkan tenaga listrik dari senyawa organik maupun nonorganik. Alat MFC sama seperti fuel cell biasa yang tersusun atas anoda, katoda, dan elektrolit. Pada MFC sebagai komponen anoda digunakan kultur mikroba. Dalam hal ini sebagai aktivitas metabolisme mikroba. Langkah-langkah pengolahan ampas tebu menjadi sumber listrik alternatif dengan metode MFC: pengamatan beda potensial sampel ampas tebu, pengukuran aktivitas enzimatik dengan metode FDA, dan optimasi sampel terpilih ampas tebu untuk meningkatkan voltase listrik yang dihasilkan dalam MFC. Di Kuba, 156 pabrik gula telah membangkitkan  membangkitkan 20 KWh listrik untuk setiap ton tebu dengan peralatan kogenerasi (MFC bertingkat). Di pabrik gula sebesar 100 MW senilai US$ 1 miliar dengan perhitungan dalam waktu 15 tahun, daya listrik yang potensial dapat ditambahkan ke jaringan nasional adalah 400 MW.
Bagaimana tidak, jika di Indonesia limbah ampas tebu dibudidayakan, seluruh kebutuhan energi listrik  dapat digantikan oleh ampas tebu yang dulunya terbuang percuma atau hanya dipakai campuran pakan ternak.
Penulis adalah mahasiswa Fisika 2008

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar