Skripsi Kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu sejak berada didalam suatu kelompok, terutama kelompok masyarakat. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senangtiasa berlaku aturan-aturan dan n norma-norma sosial tertentu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai latar belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan, dengan demikian masalah tersebut, maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan latar belakang budaya yang beranekaragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya, agar pelayanan tersebut memberikan hasil yang optimal untuk kepuasan masyarakat itu sendiri (Sudarti, 2007).
Puskesmas adalah sistem terdepan yang melaksanakan pelayanan kesehatan secara komprehensif, namun dalam kenyataannya sampai saat ini belum banyak Puskesmas yang dapat memerankan dan bahkan mengembangkan dirinya menjadi institusi Pelayanan Kesehatan yang representatif, yang dapat memberikan manfaat secara optimal kepada masyarakat. Dengan bergesernya sistem pemerintahan dari sentralisasi menuju desentralisasi belumlah menunjukkan tanda-tanda modernisasi Puskesmas sebagai garda terdepan. Petugas kesehatan haruslah menjadi pioner untuk memperjuangkan performa Puskesmas, sehingga Puskesmas tidak lagi terkesan kumuh, apa adanya, dan berbagai kekurangan lainnya. Sudah saatnya Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan mendapatkan perhatian yang serius dari para Kepala Daerah agar masyarakat yang sebagian besar kalangan bawah dapat pula menikmati layanan yang berkualitas dengan biaya terjangkau (Entjang, 2000).
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu. Kondisi pelayanan yang harus diprioritaskan, baik rumah sakit maupun puskesmas adalah memberikan pelayanan terhadap pasien yang membutuhkan adalah pelayanan yang dapat memuaskan pasien, sehingga pasien tertarik dengan pelayanan yang kita berikan. Pihak petugas kesehatan harus memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh pasien dan berusaha untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik (Azwar, 1996).
Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah seperti puskesmas telah terdapat disemua Kecamatan dan ditunjang paling sedikit oleh tiga puskesmas pembantu. Namun upaya kesehatan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Indonesia memang masih menghadapkan permasalahan pemerantaan dan kesenjangan pelayanan kesehatan. Diperkirakan hanya sebesar 43,7% penduduk yang memanfaatkan pelayanan puskesmas dan puskesmas pembantu. Selain itu memanfaatkan pelayanan kesehatan Rumah Sakit, baik swasta maupun pemerintah dan juga masih ada yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (Depkes RI, 2003).
Kinerja menjadi tolak ukur keberhasilan pelayanan kesehatan yang menunjukkan akuntabilitas lembaga pelayanan dalam kerangka tata pemerintahan yang baik (good Governance). Program pelayanan kesehatan masyarakat perlu terlaksana dengan baik dan perlu diperhatikan dengan baik sesuai dengan sasaran, sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat dari pelayanan yang diberikan. (Yaslis, 2001).
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di ketahui pelayanan kesehatan dasar yang diperoleh dari puskesmas adalah sebesar 76,7% tergantung dari ketersediaan fasilitas dan keramahan petugas yang baik dalam melayani pasien, maka tingkat kepuasan pasien akan tercapai sebagaimana yang diharapkan (Dinkes, NAD, 2009)
Baca Selengkapnya, DOWNLOAD DISINI
Terima kasih atas kunjungannya di blog Menara Ilmu semoga artikel tentang Contoh Skripsi Faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja petugas puskesmas bermanfaat untuk anda.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar