1. Penyakit jamur akar merah pada tanaman Acacia mangium
Penyakit jamur akar merah (Ganoderma sp.) menyerang dan menyebabkan kerusakan yang serius, bahkan kematian yang cukup besar pada tanaman Acacia mangium. Kerusakan yang timbul dianggap sebagai penyakit utama pada tanaman A. mangium umur 3 tahun dan menyebabkan kerusakan sebesar 40% dari total tanaman umur 8 tahun. Kerusakan yang pada daur kedua dilaporkan lebih parah dan lebih awal menyerang tanaman dibandingkan serangan pada tegakan daur pertama.Gejala serangan penyakit ini berupa daun menguning, layu dan gugur sehingga pohon menjadi gundul.Akar pada tanaman yang sakit tertutupi hifa dari jamur Ganoderma sp yang berwarna coklat kemerahan yang terlihat sangat jelas ketika akar dibersihkan dari tanah yang menempel. Bila serangan sudah sampai pada taraf lanjut, akan muncul badan buah fungi pada batang tanaman. Badan buah Ganoderma sp seperti kuku kuda, tipis, keras, berkayu, permukaan bawah berwarna putih, bagian atas tengah berwarna coklat dan dapat mencapai ukuran 40 cm (Semangun,1991dalam Kurniawan, 2008).
· Cara pengendaliannya
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan cara pembersihan tonggak pohon-pohon pada lokasi yang telah terserang, pembuatan parit isolasi, serta penggunaan pestisida (Anonim, 2008).
Agen pengendali hayati yang sudah dikembangkan dewasa ini diantaranya adalah Trichoderma spp, Gliocladiumspp, Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis dan lain-lain.Pada penelitian yang telah dilakukan Trichoderma sp efektif menghambat perkembangan jamur Ganoderma speudoferreum (patogen akar merah pada tanaman akasia, karet dan teh) dan jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporussp pada skala laboratorium (Widyastuti dkk, 1998).
Gambar 3. Serangan penyakit jamur akar merah (Ganoderma sp) pada tanaman Acacia mangium di Wonogiri (Foto: Nurhidayati dan Mulyanto, 2004)
2. Penyakit busuk hati (heart rot)pada tanaman Acacia mangium
Penyakit busuk hati (heart rot) merupakan penyakit yang menyerang kayu teras.Penyakit ini disebabkan oleh hymenomycetes (dari kelompok basidiomycetes) yang menyerang selulosa dan lignin kayu (Mohammed et al., 2005). Menurut Rimbawanto (2005), jamur busuk hati umumnya adalah jamur pelapuk kayu yang saprophytic kosmopolitan atau parasit luka. Serangan busuk hati pada tegakan A. mangium menyebabkan kehilangan volume kayu hingga 17,5% (Zakaria et al., 1994 dalam Rimbawanto, 2005).
Gejala serangan busuk hati diantaranya adalah perubahan warna kayu teras menjadi keunguan/hitam (warna gelap hingga kuning pada kayu yang sehat) kayu gubal menjadi hijau/coklat. Gejala awal pelapukan kayu teras agak sulit dideteksi tetapi akan tampak perubahan warna kayu teras menjadi agak gelap. Kerusakan tanaman oleh busuk hati sulit untuk ditanggulangi karena serangan jamur yang sudah berkembang pada kayu teras sulit untuk dihambat, tetapi kerusakan ini dapat dicegah.
Gambar 4. Serangan penyakit busuk hati pada batang tanaman A. mangium
(sumber foto: Google)
· Cara pengendaiannya
Usaha pencegahan dengan cara memanipulasi iklim mikro tegakan hutan supaya tidak sesuai untuk perkembangan jamur. Usaha ini dapat dimulai pada saat penyiapan lahan, pemilihan jarak tanam dan metode pemeliharaan.
3.Kanker batang
Kanker batang (Stem Cancer) adalah penyakit yang menyerang batang pokok tanaman.Kerusakan ini sangat merugikan karena rusaknya struktur kayu dan pada kerusakan tingkat lanjut tanaman tidak dapat dimanfaatkan.Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh iklim mikro tegakan hutan.Patogen penyebab kanker lebih aktif pada daerah yang curah hujannya tinggi sehingga tanaman lebih rentan.Penyakit kanker berasosiasi dengan jamur upas (pink disease) yang disebabkan oleh Corticium salmonicolor.
Tanaman yang terserang kanker batang akan mengalami kerusakan pada batang pokok. Kerusakan berupa benjolan/pembengkakan jaringan batang dan serat kayu mengalami kerusakan. Pada kerusakan tingkat lanjut batang akan mengalami pembengkakan dari pangkal sampai batang bebas cabang.
· Cara Pengendaliannya
Salah satu cara mencegah penyebaran serangan adalah dengan memutus kontak antar akar pohon penyusun hutan. Pengendalian penyakit perakaran yang disebabkan oleh jamur dapat dilakukan dengan membuat parit isolasi untuk mencegah penularan melalui kontak akar dari pohon yang terserang dengan pohon yang sehat.Pada parit isolasi yang dibuat dapat ditambahkan kapur atau fungisida.Selain itu dapat dilakukan penjarangan sanitasi dengan menebang pohon yang telah terserang dan membersihkan semua tonggak/tunggul dan sisa-sisa akar pohon yang terserang dan dibakar.
\4. Penyakit Layu Bakteri pada tanaman Nilam
Salah satu kendala dalam pengembangan tanaman nilam yaitu adanya serangan penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum.
Penyakit layu bakteri tersebut merupakan penyakit penting yang harus dikendalikan, karena bisa menimbulkan kerugian sekitar 60-95%. Penyakit ini menyerang daun dan batang nilam, penularannya karena terbawa oleh benih dan atau lahan yang sudah terkontaminasi atau pertanaman bekas terserang penyakit layu.
Gejala serangan berupa kelayuan yang terjadi pada tanaman muda dan tua.Kelayuan terjadi dalam waktu 2-5 hari setelah terinfeksi. Pada perkembangan lebih lanjut seluruh bagian tanaman layu dan mati.
Pada tanaman berumur 1-3 bulan, kematian tanaman terjadi 6 hari setelah terlihat gejala serangan, jaringan batang dan akar tanaman yang terserang membusuk, sedang kulit akar sekundernya mengelupas, irisan melintang batang terserang memperlihatkan warna hitam sepanjang jaringan yang layu sampai kambium. Bila cabang yang layu dipotong akan tampak lendir seperti susu, begitu pula bila direndam dalam air bersih.
· Cara pengendaliannya
Menurut Sukamto, 2009., penanggulangan penyakit pada tanaman nilam dilakukan secara terpadu yaitu dengan memanfaatkan berbagai komponen pengendalian mulai dari penyiapan bahan tanaman/bibit unggul (bebas penyakit), perlakuan persemaian/pembibitan, penanaman di lapang dan pemeliharaan tanaman yang rutin dari mulai tanam sampai panen. Pengendalian penyakit pada nilam untuk menurunkan intensitas serangannya bisa dilakukan yaitu dengan perlakuan penggunaan pupuk organik, mulsa, pestisida nabati, agensia hayati/musuh alami dan pestisida kimia sebagai alternatif terakhir.
Strategi pengendalian penyakit layu bakteri pada nilam secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1. Sanitasi dan eradikasi untuk mengurangi inokulum;
2. Memberaukan lahan yang sudah terinfeksi bakteri selama 2-3 tahun dan mencabut tanaman terserang, serta membakarnya;
3. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang layu bakteri seperti tanaman padi atau jagung.
4. Memperbaiki saluran drainase pada waktu curah hujan tinggi. Tanaman yang ditanam di lahan yang tergenang air atau air tanah dangkal dapat mendorong berkembangnya organisme pengganggu tumbuhan seperti cendawan dan bakteri, oleh karena itu diperlukan adanya parit drainase.
5. Menggunakan bibit unggul atau bibit dari tanaman sehat pada kebun yang belum terserang penyakit layu bakteri.
6. Menggunakan agensia hayati yaitu bakteri Pseudomonas flourescen, Pseudomonas sepasia, Bacillus sp., dan Micrococcus sp.
7. Penggunaan pestisida nabati dari bahan tanaman cengkeh dan kayu manis.
8. Pestisida kimia digunakan sebagai alternatif terakhir, yaitu dengan penggunaan pestisida yang berbahan aktif streptomycin sulfat dan carbofuran.
5. Penyakit Bercak Daun Pestalotia pada tanaman pinus
Penyakit bercak daun Pestalotia muncul sebagai problem persemaian pinus setelah periode sukulen semai berakhir.Awal kerusakan semai di persemaian umumnya dimulai setelah semai berumur 3 atau 4 bulan pasca sapih.
Gejala kerusakan diawali dengan timbulnya bercak-bercak kuning pada daun jarum semai, yang kemudian meluas sehingga daun-daun jarum tampak menguning (klorosis).Gejala lebih lanjut berupa mengeringnya (nekrosis) daun-daun diawali dari pucuk daun jarum ke arah pangkal, dari bagian daun bagian bawah kemudian menyebar ke arah pucuk semai.Semai yang terserang parah biasanya seluruh daun sudah mengering, hanya tersisa bagian hijau di pucuk semai.Serangan penyakit bercak daun ini sering berakhir dengan kematian ribuan semai pinus di persemaian.Untuk kasus-kasus serangan penyakit bercak daun pada semai yang lebih muda, terkadang gejala kematian diawali dari pucuk semai, sehingga semai menjadi mati pucuk.
Penyebaran penyakit antar semai dibantu oleh angin dan kelembaban udara sehingga model penyebaran kerusakan semai akan tampak berupa titik-titik (spot) yang mengelompok dan semakin meluas dengan cepat menular ke semai-semai di sekitarnya.
· Penyebab Penyakit
Jamur Pestalotiasp. telah diidentifikasi sebagai jamur penyebab penyakit bercak daun. Ciri-ciri Pestalotia sp. adalah, bila menyerang tanaman akan menimbulkan bercak-bercak pada daun dengan area nekrosa yang tampak kering pada bagian tengahnya, berbintik-bintik kecil (cairan) yang berwarna hitam yang disebut acervuli jamur. Pada bagian pinggir serangan tampak berwarna coklat atau merah.
Kerusakan semai pinus di persemaian yang cukup tinggi akibat penyakit bercak daun Pestalotiasp. lebih dipicu oleh kondisi semai yang lemah akibat kondisi lingkungan yang buruk (penurunan vigoritas semai akibat kekahatan unsur hara).Hal ini karena pada dasarnya jamur Pestalotia sp. dalam kondisi normal sebenarnya merupakan parasit lemah yang mengadakan infeksi melalui luka-luka (patogen sekunder) dan umum dijumpai berasosiasi dengan daun berbagai jenis tanaman.
· Pencegahan dan Pengendalian
Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit bercak daun pinus di persemaian, perlakuan-perlakuan yang dilakukan memiliki dua fungsi, yaitu :
a) perlakuan yang berfungsi meningkatkan tingkat kesehatan (vigoritas) semai, antara lain melalui pemupukan (organik dan an organik), pemberian mikoriza, pemberian pelet Trichoderma atau Gliocladium. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
- Pupuk yang digunakan sebaiknya jenis pupuk lambat tersedia (slow release fertilizer), misal Dekastar.
- Waktu pemupukan sebaiknya setelah semai berumur 2-3 bulan sejak sapih. Hal ini dengan pertimbangan jaringan batang sudah mengeras (tidak sukulen lagi). Pemupukan pada semai sukulen sering meningkatkan kematian bibit.
- Pupuk lambat tersedia di tabur dan dimasukkan dekat polibag (1-1,5 cm dari pangkal batang) sebanyak 10 butir.
- Pelet Trichoderma atau Gliocladium dicampur dengan media pada saat pembuatan media semai. Dosis aplikasinya : 5 pelet Trichoderma untuk setiap polibag. Sedangkan bila Gliocladium yang dipakai, maka dosisnya ½ sendok teh per polibag.
- Adapun dosis tablet mikoriza per polibag adalah sebanyak 1 butir.
- Pupuk organik cair juga dapat diberikan pada bibit. Pupuk cair berasal dari rendaman kotoran kambing yang sudah matang. Pupuk cair diencerkan dan disemprotkan ke bibit di persemaian.
b) Perlakuan yang bersifat mematikan jamur patogen (melalui penyemprotan fungisida).
Dalam pelaksanaan tindakan pengendalian penyakit di persemaian, kedua fungsi di atas tidak dapat dipisah-pisahkan.
Perlakuan penting pertama sebagai langkah preventif diterapkan pada bibit di persemaian sejak awal sebelum bibit terserang. Dengan pertumbuhan dan vigoritas yang optimal maka ketahanan semai terhadap resiko terberat penyakit bercak daun berupa kematian bibit, dapat dipertahankan sampai dengan semai siap tanam.
Tindakan pencegahan dalam kasus serangan penyakit bercak daun pinus harus menjadi pilihan utama. Hal ini mengingat seringkali tindakan pengobatan penyakit bercak daun pinus berakhir dengan kematian ribuan bibit (bibit gagal diselamatkan), terutama bilamana gejala kerusakan terlambat ditangani.
· Cara pengendaliannya
Dalam pelaksanaan pengobatan/recovery semai, di samping tindakan mematikan jamur patogen, semai harus segera disuplai nutrisi tambahan agar semai dapat pulih dan tumbuh sehat.
Berikut ini langkah-langkah pengendalian bilamana terjadi serangan penyakit bercak daun Pestalotia :
- Seleksi dan Sortasi Bibit : bibit-bibit dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan serangan.
- Tindakan wiwil daun dan pucuk semai yang terserang : daun-daun atau pucuk semai yang kering akibat serangan penyakit bercak daun harus digunting/dipotong. Daun-daun kering atau pucuk semai yang mati kering dapat menularkan penyakit ke daun-daun/semai pinus yang masih sehat. Gejala serangan bercak daun di pucuk semai biasanya terjadi pada semai umur awal (± umur 3 bulan), bila serangan terjadi
- Daun-daun kering bekas terserang di atas, harus dimusnahkan/dibakar agar tidak menularkan jamur Pestalotia ke semai-semai lainnya.
- Pemberian suplemen tambahan guna meningkatkan kesehatan semai (antara lain pupuk kimia/organik cair, pelet Trichoderma - T. reesei atau Gliocladium)
- Penyemprotan dengan menggunakan fungisida. Untuk pencegahan penyemprotan 10 hari sekali selama 3 bulan, untuk pengobatan penyemprotan 5 hari sekali selama 3.
6. PenyakitFusarium sp.
Penyakit ini mempunyai arti yang penting dalam pembibitan karet karena menyerang bibit-bibit di polibeg dan mudah menyerang tanaman di polibeg di sekitarnya sehingga menyebabkan kerugian yang besar.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Penyakit ini mudah berjangkit pada musim hujan, terutama di daerah-daerah berkelembapan tinggi dan beriklim basah.Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan angin, sehingga jangkauan penyebarannya menjadi luas.
· Gejala Penyakit
Gejala penyakit layu Fusarium pada bibit di polibeg ditandai dengan pertautan mata okulasi mati dan kulit batang membusuk.Akibatnya bibit di polibeg mati.Pada kecambah di pendederan, gejala serangan ditandai dengan ujung akar membusuk dan berwarna kehitaman sehingga kecambah tidak tumbuh.Gejala pada batang bermula dengan bercak berwarna coklat kehitaman pada kulit batang. Apabila bercak dibuka/dikupas akan terlihat bercak hitam yang lebih luas agak basah, tetapi pada bagian kulit yang sehat masih mengeluarkan lateks sehingga dapat dibedakan antara serangan KAS atau BN. Bagian kulit batang yang mati akan mengundang serangan kumbang penggerek sehingga batang yang terserang akan tumbang atau mati.
· Pengendalian Penyakit
Penyakit lapuk cabang/batang Fusarium dapat dikendalikan dengan cara tidak menanam klon rentan di daerah rawan penyakit ini. Tanaman yang sakit diobati dengan pengolesan fungisida pada batang/cabang terserang yang sudah dikerok kulitnya.Bagian kulit yang terserang/membusuk dapat ditutupi dengan Colter ataupun disemprot dengan insektisida untuk mencegah serangan kumbang penggerek batang.Selain itu dapat juga dilakukan penyiraman fungisida pada daerah perakaran pada tanaman yang terserang. Tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk mencegah penularan penyakit ini pada tanaman lain yang sehat. Untuk pencegahan, tanaman sehat disekitar tanaman sakit dapat diolesi cabang/batangnya dengan fungisida.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar