Penyebab Depresi. Gangguan depresi pada umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu. Kenyataannya peristiwa hidup tersebut tidak selalu diikuti oleh depresi, hal ini mungkin disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang ikut berperan mengubah atau memengaruhi hubungan tersebut.
A. FAKTOR FISIK
1. Faktor Genetik
Seorang yang dalam keluarga diketahui menderita depresi berat memiliki risiko lebih besar menderita gangguan depresi daripada masyarakat pada umumnya. Gen ( kode biologis yang diwariskan dari orang tua) berpengaruh dalam terjadinya depresi, tetapi ada banyak gen di dalam tubuh kita dan tidak ada seorang pun peneliti yang mengetahuinya secara bagaimana gen bekerja. Seseorang tidak akan menderita depresi hanya karena ibu, ayah, atau saudara menderita depresi, tetapi risiko terkena depresi meningkat.
2. Susunan Kimia Otak dan Tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon noradrenalin yan memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivis tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi (kompas, 2008).
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon noradrenalin yan memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivis tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi (kompas, 2008).
3. Faktor Usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga kepernikahan.
Dalam penelitian Jorm (2000), ditemukan bukti bahwa pada usia dewasa terdapat penurunan kecenderungan kecemasan dan depresi seiring dengan bertambah usia. Faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut adalah berkurangnya respon emosi seseorang seiring bertambahnya umur, meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap pengalaman yang stressful.
4. Faktor Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja kerena wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria dan dokter lebih dapat mengenali depresi wanita. Penelitian Angol (1998) menunjukkan bahwa periode meningkatnya risiko depresi pada wanita terjadi ketika masa pertengahan pubertas.
Data yang dihimpun oleh World bank menyebutkan prevalensi terjadinya depresi sekitar 30% terjadi pada wanita dan 12,6% dialami oleh pria (Desjarlais, 1995). Radloff dan Rae (1979) berpendapat bahwa adanya perbedaan tingkat depresi pada pria dan wanita lebih ditentukan oleh faktor biologis dan lingkungan, yaitu adanya perubahan peran sosial sehingga menimbulkan berbagai konflik serta membutuhkan penyesuaian diri yang lebih intens, adanya kondisi yang penuh stressor bagi kaum wanita, misalnya penghasilan dan tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan pria, seperti masalah reproduksi serta berbagai perubahan hormon yang dialami wanita sesuai kodratnya.
5. Gaya Hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak shat berdampak pada penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa orang mengalami depresi. Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, mengkomsumsi jenis makanan fast food atau makanan yang mengendung bahan perasa, pengawet dan pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras (Hendranata, 2004).
6. Penyakit Fisik
Perasaat terkejut karena mengetahui kita memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri. Alasan terjadinya depresi cukup kompleks misalnya depresi sering terjadi setelah serangan jantung, mungkin karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat menyebabkan kematian atau mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak berdaya. Pada individu lanjut usia penyakit fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi. Penelitian Ebrahim (1987) terhadap 149 penderita stroke menunjukkan adanya gangguan efektif depresi pada penderita stroke akut setelah enam bulan.
Menurut McKenzie (1999) ada beberapa penyakit yang dihubungkan dengan depresi yaitu :
a. Acromegaly
b. Addixon’s desease
c. Alkohol
d. Brain abscess
e. Brain haemorrhage
f. Brain tumours
g. Chronic fatigue syndrome
h. Cushing’s desease
i. Dementia
j. Diabetes
k. Encephalitis
l. Luka pada kepala
m. Masalah jantung
n. Hyperparathyroidism
o. Hypopituitarism
p. Hypothyroidism
q. Multiple sclerosis
r. Parkinson’s desease
s. Luka berat pada kepala
t. Tubercolosis, meningitis
u. Kekurangan vitamin
v. Penyakit oleh virus
w. Masalah keseimbangan air dalam tubuh, misalnya kurang garam, tinggi atau rendahnya kalsium dalam tubuh.
7. Obat-obatan
Beberapa obat – obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi dan menghentikan pengobatan dapat lebih berbahaya daripada depresi.
Menurut McKenzie (1999) ada beberapa obat yang menyebabkan depresi yaitu :
a. Tablet antiepilepsy
b. Obat anti tekanan darah tinggi
c. Obat anti malaria-mefloquine
d. Obat anti parkinson
e. Obat kemoterapi (beberapa) digunakan untuk pengobatan kanker
f. Pil kontrasepsi
g. Digitalis (jantung)
h. Diuretics (tekanan darah)
i. Interferon-alfa yang digunakan untuk pengobatan hepatitis C
j. Obat penenang
k. Terapi streroid (untuk asma)
8. Obat-obatan terlarang
Obat-obatan terlarang terbukti dapat menyebabkan depresi karena memengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan ketergantungan. Menurut Bress (2008) beberapa obat-obatan terlarang yang menimbulkan depresi yaitu :
a. Marijuana/Ganja
b. Heroin/Putauw
c. Kokaina
d. Ektasi
e. Meth/Sabu-sabu
9. Kurangnya cahaya matahari
Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari daripada hari mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin.
B. FAKTOR PSIKOLOGI
1. Kepribadian
Aspek kepribadian ikut pula memengaruhi tinggi rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu yang lebih rentang terhadap depresi yaitu yang mempunyai konsep diri dan pola pikir yang negatif, pesimis, juga tipe kepribadian Introvert (Retnowati,1990).
2. Pola Pikir
Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck menggambarkan pola pemikiran yang umum pada depresi dan dipercaya membuat seseorang rentan terkena depresi. Secara singkat, dia percaya bahwa seseorang yang merasa negatif mengenai diri sendiri rentan terkena depresi.
3. Harga Diri (Self-Esteem)
Harga diri menurut Bandura (1997) adalah perasaan individu mengenai kemampuannya dalam melakukan sesuatu.
Self-esteem bervariasi dari positif ke sangat negatif. Baaik terlalu positif maupun negatif tidak baik untuk kesehatan :
a. Harga diri terlalu tinggi
b. Harga diri negatif
c. Harga diri yang sehat4. Stres : Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah, atau stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan depresi. Reaksi terhadap stres seringkali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi. Riset telah memperlihatkan bahwa peristiwa kejadian-kejadian dalam hidup yang buruk cenderung menumpuk dalam 6 sampai 12 bulan sebelum depresi mulai terjadi.
5. Lingkungan Keluarga
a. Kehilangan orang tua ketika masih anak-anak
ada bukti bahwa individu yang kehilangan ibu mereka ketika muda memiliki risiko lebih besar terserang depresi.
b. Jenis pengasuhan
Psikolog menemukan bahwa orang tua yang menuntut dan kritis, yang menghargai kesuksesan dan menolak semua kegagalan membuat anak-anak lebih mudah terserang depresi di masa depan. Psikoterapis menyatakan bahwa orang-orang yang kurang kasih sayang ketika kecil berisiko terserang depresi ketika dewasa namun tidak bukti ilmiah untuk membuktikan hal ini.
c. Penyiksaan fisik dan seksual ketika kecil
Ada beberapa bukti bahwa penyiksaan fisik atau seksual dapat membuat seseorang berisiko terserang depresi berat sewaktu dewasa.
6. Penyakit Jangka panjang
Orang yang sakit keras menjadi rentan terhadap depresi saat mereka dipaksa dalam posisi dimana mereka tidak berdaya atau karena energi yang mereka perlukan untuk melawan depresi sudah habis untuk penyakit jangka panjang. Beberapa ahli percaya bahwa seseorang yang ditempatkan untuk waktu yang lama dalam situasi dimana mereka tidak punya kekuatan dan tidak dapat melarikan diri , lebih mudah terserang depresi (Lumongga lubis,2009).
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar